"Hyunjin cape ga?" setelah berlarian dan berhasil keluar dari lingkungan sekolah lewat warung belakang sekolah, Hyunjin langsung melanjutkan perjalanannya tanpa menurunkan Felix dari gendongannya.
"Capelah, lo pikir lo ga gendut hah?" ucap Hyunjin dengan nada tak bersahabatnya.
Felix diam, bahunya perlahan-lahan turun. Badannya melemas mendengar nada ucapan Hyunjin yang sama sekali tidak bersahabat. Hyunjin tentu saja dapat merasakannya karena Felix masih berada dalam gendongannya yang otomatis membuat bebannya menambah.
Hal ini aneh menurutnya, apa Felix memang terbiasa merasa kecewa seperti ini atau ia melakukannya karena merasa sudah dekat dengannya? Sungguh, ia baru melihat Felix yang seperti ini, karena ia tak pernah memperhatikannya. Ya, benar.
Felix meronta pelan dalam gendongannya membuat Hyunjin mau tak mau menguatkan pegangannya.
"Turunin Felix."
Suara itu terdengar sangat lemah namun tetap memberi titahan dengan tegas. Suara itu pula yang membuat Hyunjin mau tak mau melepaskan gendongannya membuat Felix berjalan ringan disampingnya. Raut wajah Felix masih menunjukan bahwa ia kecewa, sekaligus takut mungkin? Ya, mungkin karena perlu ditegaskan ia sama sekali tak tahu menahu soal Felix.
"Lo kenapa sih? Moody an kek bumil." celetuk Hyunjin sembari menatap Felix yang kini berada disampingnya.
"Gapapa." bales Felix lesu.
Dengan perlahan Felix beranjak dari sisi Hyunjin, memberi jarak antar keduanya yang berjalan sejajar. Hal itu jelas dirasakan oleh Hyunjin sehingga ia mendenguskan hidungnya malas.
Karena mood nya turun, Hyunjin segera melebarkan langkah kaki berbalut sepatu mahalnya di trotoar yang kini berdebu dan dipenuhi dedaunan kering yang gugur dari pohonnya.
Gelagapan. Itu yang Felix rasakan sekarang. Ia tak tahu harus melakukan hal apa saat Hyunjin kembali dalam mood buruknya selain berusaha mengejar Hyunjin yang sudah jauh di depannya. Saking terburu-buru, sebelah kaki Felix tersandung batu yang lumayan besar sehingga ia jatuh di trotoar dan menimbulkan suara 'bruk' yang lumayan keras.
Suara itu mampu menarik atensi Hyunjin sehingga ia membalikkan badannya dan menatap ke arah sumber suara yang kini tengah tengkurap sembari meringis. Melihat hal itu, sebagian dari hatinya memilih tertawa dengan keras karena kecerobohannya namun sebagian hati lain yang lebih dominan memilih khawatir akan keadaan si ceroboh yang masih sibuk meringis itu.
"Lo gapapa?" tanya Hyunjin cemas sembari membantu Felix berdiri dari tengkurapnya.
"Gapapa kok." jawab Felix sembari membersihkan seragamnya yang kini kotor dengan debu. Ia menepuk-nepuknya pelan berharap debu-debu itu hilang dari sana.
"Bener ga ada yang luka?" tanya Hyunjin sembari memegang kedua bahu Felix dan memutar badannya, berupaya mengecek keadaan Felix.
"Ih gapapa kok beneran." jawab Felix mencoba melepaskan cengkraman erat Hyunjin di bahunya, yang sudah pasti gagal karena tenaga Hyunjin luar biasa besar.
"Hyunjin kok perhatian?" tanya Felix sembari memiringkan kepalanya, bertanya dengan intonasi imut yang tak sengaja ia keluarkan.
Yanh ditanya terpesona pada keimutan sosok didepannya hingga tak mampu menjawab dengan langsung pertanyaan yang dilontarkan oleh Felix. Tersenyum manis, Hyunjin tersenyum lalu memindahkan sebelah tangannya ke pipi kanan Felix lalu mengelusnya lembut, memberikan sensasi nyaman pada Felix.
"Dulu aja waktu tangan Felix luka, Hyunjin ga perduli." lanjut Felix murung.
"Karna dulu gue belum sadar satu hal." jawab Hyunjin menggantung.
Hal itu membuat Felix mengernyitkan dahinya bingung dan bertanya kembali pada Hyunjin yang masih tersenyum hangat.
"Apa?"
"Kalo gue suka sama lo."
Pernyataan singkat itu diakhiri dengan kecupan ringan dibibir Felix yang masih diam membeku. Hingga akhirnya menghangat dan meleleh. Kakinya terasa seperti jelly dan tak mampu menopang berat badannya. Felix akan jatuh ke trotoar jika saja tangan Hyunjin tak menahan badannya.
Kecupan itu terlepas begitu Hyunjin menjauhkan badannya, membuat Felix yang malu tak berani membuka matanya. Wajahnya yang sudah semerah tomat, matanya yang terpejam lucu membuat Hyunjin tak henti-hentinya memuji keindahan ciptaan Tuhan dalam hatinya.
"Felix." panggilnya pelan mencoba meyakinkan Felix untuk membuka matanya.
Namun Felix masih bersikeras memejamkan matanya, ia rasa mentalnya belum kuat jika harus bertatapan dengan Hyunjin. Ia masih merasa malu. Benar-benar malu.
"Lee Felix." panggilan kedua lengkap dengan marga pun tak mampu membuat Felix membuka matanya. Dan hal itu sukses membuat Hyunjin merasa kesal.
"Lee Felix, buka mata lo atau gue tinggalin lo disini." dan ancaman itu pun berhasil membuat Felix membuka matanya.
Dengan segera Felix mendorong pelan badan Hyunjin agar menjauh darinya. Yang didorongpun berdecak tanda tak suka.
"A-apa?"
"Lo mau merem terus atau lanjut jalan?" tanya Hyunjin dengan nada datarnya.
"La-lanjut jalan."
"Yaudah. Jalan sendiri bisakan? Gausah nyusahin orang." lanjut Hyunjin lalu berjalan duluan, meninggalkan Felix yang menatap bahu tegapnya kecewa.
"Jadi ini ya yang dinamain 'diterbangkan setinggi langit lalu dihempaskan ke dasar jurang'? Sakit ya?" gumam Felix pelan lalu menyusul Hyunjin yang jauh didepannya.
Tbc
Vomment Juseyooooo
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna be? || Hyunlix
Fanfic"Mau ga jad-...." "Ga!" "Serius?" "Iya!" "Miapa?" "Anjing!" Hyunjin seme, Felix uke bxb Seenggaknya pernah singgah di #950 in fanfiction 2018/05/07 #904 in fanfiction 2018/05/08 #812 in fanfiction 2018/05/09 #40 in schoollife 2018/05/11 #840 in fa...