Ini sudah menginjak hari ke 4 sejak kejadian Hyunjin yang mengusir Felix dari kehidupannya namun tak ada tanda-tanda bahwa Felix akan benar-benar menjauhinya.
Semakin hari, Felix semakin gencar melayangkan aksi 'mendekati Hyunjinnya' itu. Telinganya sudah tuli akan umpatan dan hinaan yang dilemparkan Hyunjin kepadanya. Dengan bermodal kepercayaan akan berubahnya sikap Hyunjin, Felix terus bertahan dan berusaha untuk meluluhkan Hyunjin.
Langit senja perlahan berubah kelabu. Menimbulkan gelap yang teramat sangat, namun hal itu tak membuat Felix beranjak dari tempatnya.
Kini Felix tengah duduk di sebuah kursi taman yang dekat dengan apartemennya. Dari pakaiannya orang-orang yang berlalu lalang dapat menebak bahwa Felix baru saja melakukan olahraga sore.
Felix mengabaikan udara malam yang mulai dingin dan menusuk kulitnya. Ia lebih memilih diam sembari menatap langit yang ditaburi beberapa bintang.
Hari ini tak banyak bintang di langit, hanya beberapa yang masih bisa dihitung oleh jari. Felix sendiri tak mempermasalahkan itu, ia rasa langit malam dengan beberapa taburan bintang tak kalah bagus dengan langit malam yang di penuhi bintang.
Membicarakan bintang, Felix jadi ingat dahulu ia sering berjalan beringiran di malam hari sembari mengamati bintang. Bersama sosok pujaan hatinya tentunya. Midam. Mengingat itu membuat Felix tak mampu menahan senyumnya, rasanya menyenangkan saat kilas balik dulu memenuhi otak kalian.
"Lo udah sinting ya?"
Sebuah suara membuyarkan lamunan Felix. Ia kini beralih menatap pria jangkung yang kini menjatuhkan dirinya di kursi taman yang berada di sebrang kursi taman yang Felix tempati. Mereka hanya terhalang oleh sebuah jalan setapak yang tak terlalu besar namun tak terlalu kecil pula.
"Apaan sih Hyunjin." balas Felix sembari menatap pria yang dipanggil Hyunjin tersebut.
"Lagian lo, malem malem senyum senyum sendiri kek orang sinting. Ngeri gue liatnya." balas Hyunjin.
"Ya ga usah diliat aja." ucapan Felix hanya dibalas gendikan bahu oleh Hyunjin.
Felix tak mempermasalahkannya dan kembali asik menatap bintang di langit. Memilih mengabaikan Hyunjin yang tengah menatapnya.
"Serius banget liat bintang nya."
"Ya."
Balasan simple dari Felix membuat Hyunjin mendenguskan hidungnya kesal.
"Emang kenapa sama bintang? Kek yang baru liat aja, norak."
"Banyak."
"Banyak apa?" tanya Hyunjin yang tak mengerti.
"Banyak kenangannya." mata Felix menatap dalam onyx milik Hyunjin, berusaha menyampaikan kata-kata yang ada dihatinya.
"Kek yang punya kenangan aja lo."
"Asalnya gapunya, cuma midam yang ngasih."
Hyunjin merotasikan matanya malas. Bisa tidak sih pendengarannya tidak mendapati nama 'Midam' sehari saja? Ia rasanya muak terus-terusan disumpali nama Midam entah itu oleh Felix, Jisung ataupun Bang Chan. Dadanya merasakan hal yang tak wajar saat mendengar nama Midam terucap, terlebih jika itu keluar dari mulut seorang Lee Felix. Entahlah, karena apa yang jelas ia sangat membencinya.
"Kek nya Midam berarti banget buat lo." sahut Hyunjin malas.
"Haha, nada bicara Hyunjin aneh. Midam emang berarti banget buat Felix. Baik juga orangnya, Chan juga pasti setuju kalo Midam itu berarti."
"Hubungan lo, Midam sama Chan itu apaan sih? Gue aja baru tau kalo Chan deket sama Midam."
"Kita itu deket dari kecil, udah kaya sodara. Tapi Felix suka sama Midam dan juga sebaliknya. Jadi kita pacaran. Masa pacaran kita dilalui sama Chan juga, kita gabakal lupain sama ninggalin Chan gitu aja."
"Dan ternyata hubungan kami berakhir gara gara Midam yang mendapat tawaran menjadi trainee disini. Dia pergi ninggalin Felix sama Chan, dan yah. Ga lama Chan juga nyusulin Midam. Jadi Felix sendirian di Aussie."
"Kasian banget lo hidup pake ditinggal-tinggal." ucap Hyunjin sembari tersenyuk remeh yang sudah pasti diabaikan oleh Felix.
"Makanya Hyunjin jangan ninggalin Felix." Hyunjin terkejut begitu kalimat itu keluar dari mulut Felix. Kini ia beralih menatap mata Felix yang juga tengah menatapnya. Ada pancaran tulus dan harapan yang keluar dari mata indah Felix. Yang entah mengapa membuat jantungnya berdebar menyalahi aturan. Membuat ia lemah seketika.
Hyunjin lebuh memilih mengabaikan perkataan Felix dan berdiri bersiap beranjak dari sana. Namun sebelumnnya ia melepas jaket ungu yang ia pakai dan melemparkannya kepada Felix.
"Gue tau lo kedinginan jadi mending lo pake jaket gue."
Dan Hyunjin pun berjalan meninggalkan Felix yang sedang menatapnya dengan pandangan yang tak dapay diartikan. Senyum Felix mengembang. Dengan segera ia memakai jaket Hyunjin dan menyusul Hyunjin yang sudah lumayan jauh di depannya.
"Hyunjin tungguin Felix!" teriak Felix sembari berlari kecil mengejar Hyunjin.
Felix berhenti berlari setelah langkahnya sejajar dengan Hyunjin da merapatkan dirinya dengan Hyunjin.
Hyunjin yang merasakan lengan Felix menyentuh lengannya mendorong Felix pelan.
"Jangan deket deket sama gue."
Felix sendiri mengerucutkan bibirnya kesal namun kembali mendekati Hyunjin.
"Jangan ninggalin Felix ya?"
"Bukannya dari waktu itu gue ninggalin elo ya?"
"Iya, makanya sekarang jangan ninggalin lagi."
"Gamau."
Ucapan yang keluar dari mulut Hyunjin tak sepaham dengan lengannya yang kini tersampir di pundak Felix, merangkulnya di perjalanan menuju apartemen mereka. Ia mengabaikan Felix yang kini wajahnya memerah seperti tomat.
Tbc
Vomment juseyooGimana chapternya?:v gue nulia ini garagara terinspirasi sama moment hyunlix semalem:v hadeuh:v maaf untuk typo dan kurangnya feel.❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna be? || Hyunlix
Fanfiction"Mau ga jad-...." "Ga!" "Serius?" "Iya!" "Miapa?" "Anjing!" Hyunjin seme, Felix uke bxb Seenggaknya pernah singgah di #950 in fanfiction 2018/05/07 #904 in fanfiction 2018/05/08 #812 in fanfiction 2018/05/09 #40 in schoollife 2018/05/11 #840 in fa...