Sudah dua hari sejak kejadian di lapangan indoor namun hubungan Hyunjin dan Felix tidak mengalami perkembangan. Alih-alih berkembang, hubungan itu kini semakin merenggang dan merenggang.
Hyunjin sudah berinisiatif untuk datang menghampiri Felix ke kelasnya, namun Felix absen. Entahlah, saat ia bertanya pada Jisungpun, ia menjawab tidak tahu.
Hal itu membuat Hyunjin frustasi saja. Entahlah mengapa ia menjadi begini yang jelas ia ingin segera bertemu dengan Felix. Hatinya resah, tak tenang, dihantui rasa bersalah. Terlebih jika Hyunjin ingat wajah Felix saat ter akhir kali mereka bertemu membuat dadanya merasa sesak. Bahkan rokokpun kini tak berfungsi untuk menenangkan dirinya. Sebenarnya apa yang salah pada dirinya?
Ini sudah masuk hari ketiga, dan Hyunjin tengah menunggu kedatangan Felix di depan gerbang sekolah. Berharap pria manis berkebangsaan Australia itu masuk sekolah hari ini.
Sepertinya dewi Fortuna sedang berpihak pada Hyunjin. Tak jauh di depannya dapat Hyunjin lihat Felix yang tengah berjalan dengan tenang dengan senyum manisnya. Dalam hati ia bersyukur bisa bertemu dengan Felixnya, dan ia juga bersyukur karena ia tidak menghancurkan senyum manis itu.
"Felix!" panggil Hyunjin karena Felix belum sadar akan keberadaannya.
Merasa terpanggil, Felix menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, mencoba mencari seseorang yang memanggilnya tadi. Dan jackpot! Ia melihat Hyunjij tengah melambai-lambaikan tangan kearahnya, seolah memberi kode bahwa ia disana.
Sebenarnya Felix ragu, namun ia memantapkan hatinya dan berjalan kearah Hyunjin yang tak jauh di depan sana. Setelah sampai disana dapat Felix rasakan Hyunjin menariknya kedalam dekapan hangatnya. Felix tak bisa bohong jika pelukan Hyunjin ini sangat membuatnya nyaman namun rasanya membuat hatinya sakit. Apa ini yang dinamakan dipermainkan? Apa Hyunjin tengah menarik ulurnya? Apa perasaannya adalah hal yang tak penting bagi Hyunjin? Hanya satu yang bisa Felix lakukan, tersenyum.
Sakit. Sangat sakit. Rasanya ia sangat sakit ditengah dekapan hangat pria jangkung itu. Daripada membalas pelukan Hyunjin, Felix lebih memilih diam. Ia tak mampu untuk sekedar membalas pelukan Hyunjin.
Hyunjin merasa ada yang kurang. Tak biasanya Felix tak balas memeluknya. Ini seperti ia kehilangan Felixnya. Jangan! Jangan sampai! Entah bagaimana, hati Hyunjin tak rela jika itu terjadi. Ia mengakui ia salah tapi ia tak mau kehilangan Felixnya. Sungguh demi pluto yang ditendang dari tata surya, kehilangannya adalah hal terburuk dihidupku. Seperti itulah ungkapan Hyunjin dalam hatinya.
"Emm Hyunjin. Kita sedang di sekolah." ucap Felix sembari berusaha melepas pelukan Hyunjin.
Sadar akan tempat, Hyunjin melepaskan pelukannya dan menarik Felix ke tempat kesukaannya. Pohon belakang taman. Tempat yang menjadi saksi saat ia menjadikan Felix sebagai kekasihnya.
"Kenapa kau membawaku kesini?" tanya Felix bingung.
"Sesekali membolos tak apa-apa kan." ucap Hyunjin lalu duduk di bawah pohon itu dan menarik agar Felix ikut duduk di sampingnya.
"Aku kemarin-kemarin sudah tak masuk sekolah Hyunjin."
"Memangnya kemana kau sampai tak masuk sekolah?" tanya Hyunjin menyelidik membuat Felix gelagapan.
"Sakit?" ucap Felix ragu.
"Sakit apa?"
"Hati?" lagi Felix menjawab dengan ragu membuat Hyunjin memandang kearahnya.
"Ka-kau sa-sak-"
"Bercanda haha." Felix lalu memukul pundak Hyunjin pelan lalu tertawa terbahak-bahak membuat Hyunjin menghela nafasnya lega.
"Huh kukira." ucap Hyunjin.
Dan hening. Tak ada percakapan sama sekali. Felix lebih memilih diam sementara Hyunjin tengah merangkai kata hingga menjadi kalimat yang mampu membuat Felix memafkannya.
"Felix." panggil Hyunjin hingga Felix kini menaruh atensi penuh kepada Hyunjin.
"Tentang yang kemarin, saat di lapangan indoor, itu sebenarnya hanya-"
"Sudahlah tak usah dibahas. Aku tak apa-apa." potong Felix sembari tersenyum.
"Tap-tapi-"
"Bukankah sedari awal kita hanya menjalani hubungan ini tanpa didasari cinta? Akunya saja yang besar kepala hingga tak tahu diri. Bahkan pohon ini saja tahu bahwa kau tak serius saat itu." ucap Felix sembari tersenyum manis mencoba menahan air mata yang sudah siap jatuh kapan saja.
"Bukan begitu-"
"Tak usah kau pikirkan. Aku tahu aku hanya mainanmu. Tak usah pikirkan perasaanku. Ini bisa kuurus dengan sendirinya. Sudah yah! Aku tak ingin bolos. Bye." pamit Felix lalu segera melangkah menuju kelasnya, meninggalkan Hyunjin yang sedang diam termangu.
Entah mengapa melihat Felix yang seperti tak apa-apa membuat dadanya kembali sesak. Kata 'bye' yang diucapkan Felix tadi seperti ucapan perpisahan untuk selamanya. Atau Hyunjin yang terlalu alay?
Entahlah yang jelas Hyunjin tak suka saat Felix tadi pergi dari sisinya. Dan Hyunjin semakin tak suka saja saat melihat Felixnya tengah berjalan dengan lelaki lain menuju kelasnya. Dia adalah sahabat sekaligus rivalnya. Tentu saja dia adalah Seo Changbin.
Tbc
Vomment juseyoo ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanna be? || Hyunlix
Hayran Kurgu"Mau ga jad-...." "Ga!" "Serius?" "Iya!" "Miapa?" "Anjing!" Hyunjin seme, Felix uke bxb Seenggaknya pernah singgah di #950 in fanfiction 2018/05/07 #904 in fanfiction 2018/05/08 #812 in fanfiction 2018/05/09 #40 in schoollife 2018/05/11 #840 in fa...