Kerajaan Tao terletak di sebelah barat kerajaan Tang. Kerajaan tersebut terkenal akan kekayaan alamnya yang berlimpah. Wilayahnya berupa pegunungan yang membentang juga daratan yang cukup luas di pesisir pantai. Di sana rakyat hidup makmur serta memiliki loyalitas yang tinggi kepada junjungannya kaisar Zhaoyang Hong. Mereka rela bertumpah darah mengorbankan nyawa demi tanah kelahirannya yang mahsyur. Kerajaan Tao merupakan penguasa dari inkarnate yang memiliki empat kerajaan bawahan di dalamnya. Esok hari tepatnya di kediaman putra mahkota Zhang Yiuhuan terdengar sebuah perbincangan hangat antara kasim Li juga putra mahkota.
"Kasim Li, bisakah kau menemaniku keluar dari kerajaan? Sudah lama aku tidak menemuinya." Ucap putra mahkota Zhang Yiuhuan.
Dengan ketenangan yang luar biasa kasim Li berkata "Siapa yang hendak putra mahkota temui?"
"Gadis venus itu." Putra mahkota Zhang Yiuhuan melipat tangannya di belakang kepala, ia berbaring telentang menatap langit-langit kamarnya yang diukir indah.
"Jadi putra mahkota akan menemui seorang gadis?" Kasim Li menautkan kedua alisnya.
"Aku pernah berkelahi dengannya sewaktu di pasar. Aku sengaja memperoloknya agar bisa lebih dekat dengan dirinya. Awalnya aku mengira jika dia akan menangis saat mendengar olokanku, tapi yang ada dia malah menyerangku. Aku tidak mengira jika dia seberani itu." Sebuah senyuman hinggap di bibir putra mahkota Zhang Yiuhuan, ia teringat akan kejadian memalukan saat dirinya menangis di hadapan gadis yang begitu ia sukai.
"Apa gadis itu cantik?" Tanya kasim Li penasaran.
Tiba-tiba saja bayangan gadis tersebut muncul di langit-langit kamar. "Ya, kecantikannya memancar seperti venus." Ucap putra mahkota Zhang Yiuhuan seketika.
"Kebetulan sekali putra mahkota, tadi yang mulia kaisar memerintahkan hamba kemari untuk memberitahukan sesuatu kepada putra mahkota." Ucap kasim Li teringat akan maksud kedatangannya mengunjungi kediaman putra mahkota Zhang Yiuhuan.
Putra mahkota Zhang Yiuhuan mengubah posisinya. Ia bersandar pada malas pada tiang ranjang. "Apa yang ayahanda katakan?" Tanyanya.
"Mulai besok putra mahkota akan tinggal di kediaman tabib Chou. Putra mahkota harus bisa menguasai ilmu berpedang yang diajarkan tabib Chou. Keputusan yang mulia sangatlah bijak, hal ini akan meminimalisir bahaya yang akan mengancam putra mahkota. Kita tidak perlu bolak-balik ke kediaman tabib Chou setiap pekannya karena putra mahkota akan tinggal disana." Kasim Li memberikan penjelasan.
"Ah, jadi aku bisa lebih sering menemuinya." Gumam Zhang Xiuhuan dengan binar di kedua matanya.
"Tapi putra mahkota harus fokus mendalami ilmu berpedang." Ucap kasim Li mengingatkan.
"Kasim Li, kenapa ayahanda mengirimku untuk mendalami ilmu berpedang kepada seorang tabib? Bukankah disini ada jenderal Junqing yang biasa melatih ilmu berpedang seluruh pengawal?"
"Tabib Chou bukanlah tabib biasa putra mahkota, dia salah satu sosok legendaris yang telah menguasai seluruh ilmu berpedang. Ada beberapa jurus yang tidak di miliki oleh ahli pedang lainnya, karenanya dirinya termasuk salah satu orang yang di istimewakan. Dulu yang mulia kaisar telah menawarinya sebuah posisi di kerajaan sebagai seorang jenderal, akan tetapi tabib Chou lebih memilih untuk mempertahankan profesinya sebagai seorang tabib dengan pertimbangan mementingkan kesehatan rakyat juga demi netralitas kedudukannya.” Dengan khidmat kasim Li menyelesaikan ceritanya.
"Apa disana aku harus mempertahankan penyamaranku?" Tanya putra mahkota Zhang Yiuhuan sambil mengamati tempat tidurnya yang dibingkai tiang-tiang acanthus berukir.
"Ya, putra mahkota harus tetap melakukan penyamaran. Yang mulia kaisar telah mengirimkan surat perintah kepada tabib Chou. Di dalam surat tersebut yang mulia kaisar meminta agar tabib Chou merahasiakan identitas putra mahkota. Yang mulia kaisar juga meminta tabib Chou agar menjamin keselamatan putra mahkota. Sebagai imbalannya yang mulia kaisar telah mengirimkan lima peti emas juga beberapa kain kualitas terbaik kepada tabib Chou."
"Apa hadiah tersebut sepadan dengan ilmu berpedang yang akan aku dapatkan?" Ucap putra mahkota Zhang Yiuhuan ingin tahu.
"Hamba rasa itu sepadan, karena yang mulia kaisar akan mengirimkan hadiah tambahan secara berkala." Jawab kasim Li. Dirinya sudah terbiasa menanggapi keingintahuan putra mahkota Zhang Yiuhuan sedari kecil.
"Kapan kita akan berangkat kasim Li?" Lagi-lagi putra mahkota Zhang Yiuhuan menggumamkan pertanyaan.
"Petang nanti putra mahkota."
"Kasim Li, apa kau tahu apa yang di sukai para gadis?"
Pertanyaan tersebut membuat kedua bola mata kasim Li membola. "Setahu hamba semua wanita menyukai bunga juga perhiasan putra mahkota." Katanya.
"Aku masih ragu dengan selera venus ku, dia wanita tapi kelakuannya seperti laki-laki."
Kasim Li menyunggingkan senyum. Dia tidak menyangka jika putra mahkota tertarik dengan lawan jenisnya di usianya yang cukup muda. Yang di khawatirkannya putra mahkota jatuh cinta dengan wanita dari kalangan rakyat biasa. Padahal, sesuai peraturan kerajaan seorang putra mahkota harus menikah dengan seorang putri kerajaan maupun anak dari bangsawan terhormat. Kasim Li takut jika suatu saat putra mahkota akan merasakan pedihnya patah hati.
***
Di kediaman tabib Chou, putri Xiu Min terlihat sedang mengayunkan pedangnya membelah udara. Rambut panjangnya berterbangan setiap kali ia bergerak. Terlihat perbedaan yang begitu kontras, wanita cantik dengan sebuah pedang berada di tangannya. Awalnya putri Xiu Min merasa berat saat mengangkat pedang untuk yang pertama kalinya. Tapi dirinya terus berusaha untuk membiasakannya. Tabib Chou sedang mengajarkan gerakan-gerakan dasar di hadapannya.
Dari ekor matanya tabib Chou menatap dua orang pemuda berpakaian rapi khas kerajaan sedang memasuki gerbang kediamannya. Karenanya tabib Chou segera menghentikan ayunan pedangnya. Putri Xiu Min yang berada tepat di hadapannya menangkap tatapannya, ia turut menghentikan ayunan pedangnya.
"Kau, mengapa kau kemari?" Ucap putri Xiu Min kepada Zhang Yiuhuan yang saat itu telah berdiri di hadapannya memberikan salam penghormatan kepada tabib Chou.
"Memangnya kenapa? Aku kesini untuk mengunjungi pamanku." Jawab Zhang Yiuhuan tidak kalah ketus.
"Jadi tabib Chou pamanmu?" Gumam putri Xiu Min. Ia menangkap basah Zhang Yiuhuan yang sedang mengamati dirinya dari atas ke bawah. Wajah Zhang Yiuhuan memerah ketika kedua bola mata putri Xiu Min melotot kearahnya, seolah memberikan peringatan “Akan ku cungkil kedua matamu.”
"Ah jadi kalian sudah saling mengenal.” Ucap tabib Chou memecah keheningan. “Xiu Min ini murid yang akan aku perkenalkan kepada dirimu, dia Zhang Yiuhuan keponakanku. Mulai sekarang dia akan tinggal di kediamanku." Tabib Chou menambahkan.
"Sampai kapan dia akan tinggal di sini?" Tanya putri Xiu Min kepada tabib Chou.
"Dia akan tinggal di sini sampai satu tahun mendatang. Ku harap kau bisa berteman baik dengan dirinya."
"Paman, tahukah dia pernah menamparku beberapa kali, dia juga menendang bokong ku." Seru Zhang Yiuhuan merebut perhatian tabib Chou.
Tabib Chou mengalihkan tatapannya kepada Zhang Yiuhuan. "Dia selancang itu kepadamu? Apa kau balas memukulnya?" Tanyanya.
"Kau mengadukannya? Kau pecundang, seperti seorang wanita yang selalu bersembunyi di belakang tubuh ibunya." Gerutu putri Xiu Min. Ia menatap kesal pada Zhang Yiuhuan.
"Sudah-sudah, mengapa kalian bertengkar? Zhang, tidak seharusnya kau membalas pukulan seorang wanita, kelelakianmu dipertaruhkan jika dirimu memukul seorang wanita." Lerai tabib Chou.
"Tapi dia terus memukulku paman." Ucap Zhang Yiuhuan tidak mau disalahkan.
Mendengarnya tabib Chou menggeleng sebelum akhirnya membuka mulutnya untuk memberikan nasihat. "Lain kali kau bisa menangkis pukulannya." Setelah berucap tabib Chou mengalihkan perhatiannya pada kasim Li yang telah bersedia memanjangkan ususnya, menyaksikan perdebatan antara putri Xiu Min juga putra mahkota Zhang Yiuhuan. Ia beramah tamah sejenak sebelum akhirnya melangkahkan kakinya ke dalam kediamannya bersama kasim Li. Di dalam mereka membahas keputusan kaisar Zhaoyang Hong perihal dikirimkannya putra mahkota kerajaan Tao ke kediamannya. Sesekali mereka tampak tertawa di tengah perbincangan. Sedangkan di luar kediaman, putri Xiu Min masih saja berdebat dengan Zhang Yiuhuan. Beberapa tanaman obat-obatan tampak terombang-ambing tertiup angin, mereka seakan menjadi saksi akan perdebatan keduanya. Di atas langit sang mentari tertawa geli melihat kekonyolan keduanya.
***
Delapan tahun kemudian...
"Yang mulia permaisuri telah tiba." Seru penjaga pintu ruangan kerja kaisar Xingguang Zao.
Gemerisik pakaian kekaisaran permaisuri Wei Xia menyapu lantai saat memasuki ruangan kerja kaisar Xingguang Zao. Terpancar kesedihan yang begitu mendalam dari raut wajah sang permaisuri. Di hadapannya kaisar Xingguang Zao sedang berkutat dengan perkamen kerajaan yang memenuhi meja kerjanya. Di tangannya terselip sebuah kuas dengan tinta hitam yang siap ia torehkan pada gulungan kain yang berada di hadapannya.
"Hamba memberi hormat, yang mulia panjang umur hingga ribuan tahun." Permaisuri Wei Xia menyatukan kedua tangannya memberi salam penghormatan kepada kaisar Xingguang Zao dengan kepala tertunduk.
"Apa yang membawamu kesini hingga kau berani menemuiku?" Kaisar Xingguang Zao meletakkan kuasnya di tempat tinta. Ia tidak suka jika ada seseorang yang mengusik kegiatannya.
"Ampun yang mulia, kedatangan hamba membawa kabar penting untuk yang mulia.” Ucap permaisuri Wei Xia. “Hamba mendapat surat dari perbatasan. Dalam surat tersebut dayang Yihua memberitahukan jika selir Qixuan telah tiada." Ucap permaisuri dengan suara bergetar. Pertahanan dirinya runtuh saat mengucapkan kalimat tersebut. Air mata mengalir membanjiri kedua pipinya yang kemerahan.
"Apa kau bilang!" Kaisar Xingguang Zao meninggikan suaranya. Tampak keterkejutan yang luar biasa merasuki jiwanya.
"Ampun yang mulia, hamba tidak berani. Selir Qixuan di kabarkan meninggal karena sakit paru-paru." Ucap permaisuri Wei Xia menambahkan disela isak tangisnya.
"Mengapa jadi seperti ini Wei Xia?” Ucap kaisar Xingguang Zao terlihat frustasi. “Asal kau tahu, aku sengaja mengirimnya ke perbatasan agar dia bisa hidup tenang terhindar dari selir Li Mei. Aku belum sempat meminta maaf serta menjelaskan semua ini kepadanya. Tapi mengapa dia secepat itu pergi meninggalkanku Xia?" Ratap kaisar Xingguang Zao. Penyesalan yang mendalam bergelayut di pelupuk matanya.
"Hamba mengerti bagaimana perasaan yang mulia." Permaisuri Wei Xia bersimpati.
"Aku terkesan seperti lelaki kejam yang tega menelantarkan istri beserta anak ku Wei Xia." Kaisar Xingguang Zao tampak merenung, menyadari bahwa itu mungkin benar.
"Semua telah digariskan yang mulia, hamba mohon yang mulia berwelas asih menjemput putri dari selir Qixuan untuk kembali ke istana. Bagaimana pun juga dia merupakan putri kandung yang mulia. Akan sangat berbahaya jika gadis seusianya tinggal di perbatasan dekat dengan kerajaan tetangga." Bujuk permaisuri Wei Xia.
"Xia, apa dia masih bersedia untuk mengakuiku sebagai seorang ayah?" Tanya kaisar Xingguang Zao. Ia tampak terpukul akan pertanyaan yang barusan ia lontarkan. Ketakutan membayang, ia takut jika putrinya tidak bersedia mengakuinya sebagai seorang ayah. Ia takut jika putrinya membenci dirinya.
"Ampun yang mulia, selir Qixuan sosok yang berhati lembut. Hamba rasa jika putrinya juga menuruni sifat tersebut. Hamba bisa memastikan jika dia akan sangat bahagia bila bertemu dengan yang mulia, sosok ayah yang selalu di nantinya sedari kecil." Ucap permaisuri Wei Xia menepis kekhawatiran kaisar Xingguang Zao.
"Xia, sampai sekarang aku masih belum menemukan cara untuk menyingkirkan selir Li Mei. Posisinya yang berasal dari bangsawan berpengaruh di inkarnate yang membuatku sulit untuk menyingkirkannya. Membunuhnya sama dengan memancing perang tiga kerajaan." Kata kaisar Xingguang Zao. Suaranya serak, ia menarik napas.
Permaisuri Wei Xia mengulurkan tangan dan meraih jemari kaisar Xingguang Zao. "Hamba mengerti yang mulia." Ia meremas tangan bermaksud untuk menguatkan.
"Besuk aku akan mengirimkan jenderal Ying beserta beberapa pengawal menuju perbatasan untuk menjemput putriku.” Kaisar Xingguang Zao mengungkapkan keputusannya.
"Hamba sangat senang mendengarnya yang mulia. Hamba mohon ijin untuk undur diri." Ucap permaisuri Wei Xia dengan mata berbinar. Perkataannya dibalas dengan sebuah anggukan oleh sang kaisar, segera ia undur diri meninggalkan ruangan kerja kaisar Xingguang Zao.
Tampak kesedihan yang mendalam bergelayut di pelupuk mata kaisar Xingguang Zao. Ia mengepalkan tangan kanannya hingga urat-urat tangannya tampak ke permukaan, beberapa saat kemudian ia menghantamkannya pada meja di hadapannya yang penuh dengan tumpukan perkamen. Penyesalan selalu datang di waktu akhir. Niatan baiknya dengan mengasingkan selir kesayangannya di perbatasan agar terhindar dari selir Li Mei justru membuatnya sangat terpukul pada akhirnya. Ia merasa jika dirinya satu-satunya lelaki yang tidak mempunyai hati. Kaisar Xingguang Zao bangkit menuju jendela ruang kerjanya yang menghadap langsung ke arah danau teratai, ia bergumam pelan dengan pandangan kosong menembus dasar danau "Maafkan aku Qixuan, aku berjanji akan menebus kesalahanku dengan menjamin kebahagiaan putri kita."

KAMU SEDANG MEMBACA
THE BLOODY MISSION
FantasyKerajaan Tao merupakan penguasa inkarnate, di mana kaisar Huan Hong sebagai kaisarnya. Dalam inkarnate tersebut terdapat lima kerajaan, yang mana keempat kerajaan lainnya tunduk di bawah kekuasaan kaisar Huan Hong. Empat kerajaan tersebut terdiri da...