Chapter 16

1.2K 107 3
                                    

“Hamba telah memutuskan untuk menangguhkan lamaran kaisar Huan Hong seperti halnya para pelamar lain. Mulai pagi ini rombongan hamba akan memulai kunjungan ke kediaman para pelamar, mohon pangeran Zhang Jinzi menerima dengan lapang keputusan hamba.” Ucap putri Xiu Min kepada pangeran Zhang Jinzi disaksikan seluruh anggota keluarga kerajaan.
“Dengan lapang hamba menerima keputusan tersebut putri Xiu Min. Hamba akan menyampaikan keputusan tersebut kepada yang mulia kaisar Huan Hong. Untuk itu, kami mohon undur diri untuk mempersiapkan kunjungan putri Xiu Min beserta rombongan ke kerajaan kami.” Kata pangeran Zhang Jinzi sambil undur diri meninggalkan balairung istana. Pagi ini, ia beserta seluruh rombongannya akan melakukan perjalanan pulang, kembali menuju kerajaan Tao.
Mengetahui pangerannya akan kembali, putri Liu Fang bangkit dari duduknya untuk menyusul kepergian pangeran Zhang Jinzi. Dia berteriak di sepanjang lorong istana, meneriakkan nama pangeran Zhang Jinzi agar berhenti. Mendengar namanya diserukan pangeran Zhang Jinzi menghentikan langkahnya. Ia berbalik, mencari-cari sumber suara. Dilihatnya putri Liu Fang tengah berlari menghampirinya, khas dengan riasan wajahnya yang terlalu mencolok.
“Kau akan meninggalkanku secepat ini? Aku sedikit kecewa kepadamu! Aku kira kedatanganmu kesini untuk melamar ku. Tapi, yang ada justru kau datang kesini untuk menyampaikan lamaran kaisar Huan Hong.” Putri Liu Fang mengintrogasi.
“Mohon maaf untuk kesalah pahaman ini. Hamba benar-benar tidak ada niatan untuk melamar putri Liu Fang.”
“Kau pasti malu untuk mengakuinya bukan? Tak mengapa, aku akan selalu menantikan lamaranmu pangeran Zhang Jinzi.”
“Apa? Tidak. Sedikitpun tidak pernah terbersit di benakku sebuah keinginan untuk melamarmu putri Liu Fang. Jangan terlalu berharap lebih kepadaku.”
“Kau! Tega sekali kau mengucapkan kalimat seperti itu kepadaku. Tidakkah kau tahu itu sangat menyakitkan. Apa kau sengaja ingin membuatku menangis?”
“Ya Dewa, ini benar-benar bencana.” Batin pangeran Zhang Jinzi di sela isak tangis putri Liu Fang yang dari menit ke menit semakin menjadi.
“Emmm, maafkan aku putri Liu Fang. Kurasa aku tadi hanya bercanda.” Gumam pangeran Zhang Jinzi mencoba untuk menghentikan tangisan putri Liu Fang.
“Benarkah?”
“Iya, tentu saja. Sepertinya aku memiliki sebuah kejutan kecil untukmu putri Liu Fang.”
“Kau mau memberiku kejutan?”
“Iya, tapi kau harus memejamkan kedua matamu terlebih dahulu. Kau tidak diperbolehkan untuk mengintip sama sekali.”
“Ternyata kau sangat romantis. Baiklah, akan ku pejamkan kedua mataku.” Saat itu pula putri Liu Fang memejamkan kedua matanya.
Mengetahui hal tersebut, tentu saja pangeran Zhang Jinzi tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Perlahan ia mulai berjingkat, kabur dari hadapan putri Liu Fang. Dirinya benar-benar tidak perduli dengan apa yang akan terjadi setelahnya, yang terus ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar ia bisa terhindar dari sosok putri Liu Fang secepat mungkin.
“Pangeran, apa aku sudah bisa membuka kedua mataku?” Hening, tidak ada satupun suara di sekitar putri Liu Fang. “Pangeran Zhang Jinzi, apa kau sengaja ingin mengajakku bermain-main?” lanjut putri Liu Fang. Namun, tidak ada satupun sahutan dari mulut pangeran Zhang Jinzi yang bisa ia dengar. Akhirnya putri Liu Fang memutuskan untuk membuka kedua matanya. Betapa terkejutnya ia setelahnya, ketika melihat rombongan pangeran Zhang Jinzi hendak keluar dari gerbang istana.
“Hentikan! Jangan buka gerbangnya!” Seru putri Liu Fang sekencang mungkin, berharap agar salah satu penjaga gerbang istana mendengar teriakannya. Dengan sigap dia berlari menyusuri lorong mengejar kepergian pangeran Zhang Jinzi. Akan tetapi, rupanya keberuntungan tidak berpihak kepada dirinya. Kerasnya teriakan putri Liu Fang teredam oleh hiruk pikuknya aktifitas kerajaan. Kini rombongan pangeran Zhang Jinzi telah berhasil keluar dari gerbang istana, menyisakan suara derap langkah kuda yang saling berderap.

***
“Mengapa kau tidak membawaku ikut serta dalam kunjungan ini?” Tanya pangeran Wang Shen di sela persiapan keberangkatan rombongan putri Xiu Min ke kerajaan tetangga.
“Kau tidak bisa ikut karena ayahanda akan menugaskanmu untuk mengecek tambang bijih emas di dekat perbatasan.” Jawab putri Xiu Min sekenanya.
“Benarkah begitu? Bahkan ayahanda tidak memberitahuku. Ini hanya akal-akalanmu saja kan agar aku tidak bisa bersenang-senang memenuhi naluriku.”
“Bukan tidak, tapi belum. Siapa juga yang perduli dengan nalurimu. Sebaiknya kau penuhi saja perintah ayahanda.”
“Di luar sana banyak rintangan yang bisa menghampiri kalian sewaktu-waktu. Kalian akan membutuhkan campur tanganku.”
“Bilang saja jika kau akan merindukan keberadaan kami. Aku punya angin topan, tidakkah kau lupa?” Sahut putra mahkota Wang Wenxiao.
“Angin topan belum tentu menjamin keselamatanmu.” Ucap pangeran Wang Shen tak mau kalah.
“Angin topan?” Gumam putri Xiu Min tidak paham.
“Dia tangan kananku, petarung terbaik di kerajaan ini.” Jelas putra mahkota Wang Wenxiao menghapus ketidak pahaman putri Xiu Min.
“Aku sudah selesai untuk bersiap, apa kita bisa berangkat sekarang juga?” Tanya putri Xiu Min sambil memasukkan sebilah pedang yang baru saja selesai ia bersihkan.
“Setidaknya kita masih mempunyai waktu untuk berpamitan terlebih dahulu kepada keluarga kerajaan.” Ajak putra mahkota Wang Wenxiao. Mereka bertiga segera menuju balairung istana untuk berpamitan kepada seluruh anggota keluarga kerajaan.
Di halaman istana tampak para abdi istana tengah mempersiapkan beberapa kebutuhan yang diperlukan dalam perjalanan, seperti obat-obatan, pakaian, makanan, juga pasokan persenjataan. Semua barang logistik ditempatkan dalam peti, diangkut menggunakan sebuah kereta kuda. Penjaga gerbang utama tampak berlarian membukakan pintu gerbang begitu melihat rombongan putri Xiu Min bersama putra mahkota Wang Wenxiao telah bersiap untuk melakukan kunjungan ke kerajaan tetangga.
“Di mana angin topanmu? Bukankah kau bilang jika ia akan ikut serta mengawal perjalanan kita?” Tanya putri Xiu Min seraya mengendalikan tali kekang kudanya agar berjalan beriringan dengan kuda yang ditunggangi putra mahkota Wang Wenxiao.
“Dia baru akan muncul ketika aku panggil ataupun di saat keselamatan kita sedang terancam. Dia lebih suka untuk bersembunyi memantau keadaan dari tempat yang tidak kita duga.” Jawab putra mahkota Wang Wenxiao.
“Jadi dia baru akan muncul ketika kita menghadapi rintangan?”
Putra mahkota Wang Wenxiao hanya menjawab pertanyaan putri Xiu Min dengan sebuah anggukan kepala. Kini rombongan mereka mulai keluar dari jalan utama kerajaan Tang. Untuk menyingkat waktu tempuh mereka memutuskan untuk melalui ladang ilalang yang berada di sisi Utara wilayah kerajaan. Perlu waktu setengah hari untuk sampai ke kerajaan Mao. Sepanjang perjalanan putri Xiu Min selalu bercakap dengan kakak pertamanya mengenai batas wilayah kerajaan juga komoditas unggulan yang berada di tiap-tiap wilayah kerajaan Tang. Siang hari yang terik ketika matahari tepat di atas kepala, Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di tepian sungai yang dikelilingi tebing-tebing menjulang. Sungai tersebut memiliki air yang sangat jernih, karenanya ikan-ikan yang berada di dalamnya tampak jelas terlihat dari permukaan.
“Kita bisa membuat pesta kebun di sini lengkap dengan perapiannya. Sungai ini memiliki banyak ikan, kita bisa menangkapnya sebagai pengisi perut sebelum kembali melanjutkan perjalanan.” Ucap putra mahkota Wang Wenxiao sembari berjalan mendekat ke pinggiran sungai.
“Dengan apa kita menangkapnya?” Tanya putri Xiu Min dari atas batu besar.
“Apapun bisa kita pergunakan, kita punya tombak juga panah. Kurasa itu bisa aku pergunakan untuk menangkap.”
“Dengan panah? Sepertinya akan menyenangkan.” Seru putri Xiu Min penuh semangat. Ia bangkit dari duduknya, menyusul putra mahkota Wang Wenxiao yang tengah bersiap untuk menangkap ikan dengan bidikan panahnya.
Beberapa pengawal mulai mendirikan tenda kecil juga perapian untuk memanggang ikan. Tidak sulit untuk melakukannya, karena di sekitar sungai banyak ditemukan ranting-ranting kering yang hanyut terbawa air. Beberapa kali putri Xiu Min berteriak kegirangan ketika mendapati dirinya berhasil menangkap ikan dengan bidikan panahnya.
“Berapa ikan yang sudah kau dapatkan?” teriak putra mahkota Wang Wenxiao di sela aktivitasnya membidik ikan.
“Ada tujuh ekor ukuran besar.” Jawab putri Xiu Min dengan penuh percaya diri.
“Kurasa itu sudah cukup, aku memperoleh delapan ekor. Biarkan para pengawal membersihkan ikan ini, kita masih mempunyai waktu untuk bersantai sejenak di dalam tenda.”
“Tapi, aku tidak mau kalah dari dirimu, aku akan menangkap seekor lagi untuk menyamakan perolehan kita.”
“Terserah, kau benar-benar bebal.” Putra mahkota Wang Wenxiao berjalan menuju tenda kecil yang telah di dirikan para pengawal. Dia mengamati dari kejauhan kegiatan yang berlangsung di sekitarnya. Para pengawal telah memulai untuk membersihkan ikan, adik kelimanya tengah berjalan mendekat menuju kearahnya. Putra mahkota Wang Wenxiao mengeluarkan sebuah gulungan dari dalam hanfunya, dibukanya sebuah rute perjalanan yang telah ia buat semalam bersama putri Xiu Min juga ayahandanya kaisar Xingguang Zao.
“Masih jauhkah wilayah kerajaan Mao dari tempat ini?” Tanya putri Xiu Min sembari mengambil duduk di samping kakaknya.
“Tidak lama lagi, kita sudah dekat dengan perbatasan. Setelahnya kita akan menjumpai perkebunan anggur milik kerajaan Mao.”
“Perkebunan anggur? Bisakah kita nanti singgah sejenak di sana?”
“Tidak bisa. Seluruh wilayahnya dijaga ketat oleh para penjaga. Kita belum memperoleh ijin dari kaisar Huang Yan, akan sulit untuk menerobosnya. Kita hanya bisa melalui jalan setapak tepat di pinggir perkebunan.”
“Sayang sekali, apa perkebunan itu merupakan sumber utama kerajaan Mao untuk memproduksi wine?”
“Ya, di tengah-tengah perkebunan tersebut terdapat sebuah tempat  yang mereka pergunakan untuk mengolah wine. Dari proses pemilahan anggur, penghancuran buah, proses fermentasi, penjernihan juga penuaan berlangsung di tempat tersebut. Setelahnya baru mereka akan mengirimkan anggur-anggur tersebut ke kerajaan untuk pasokan danau wine.”
“Lalu di mana letak tambang bijih emas milik kerajaan kita? Bukankah ayahanda bilang jika letak tambang tersebut dekat dengan perbatasan juga?”
“Ada di balik tebing tinggi ini. Perlu jalan memutar untuk sampai kesana.”
“Benar-benar letak yang strategis, orang-orang tidak akan menyangka jika di tengah-tengah tebing ini terdapat tambang emas, mereka terkecoh dengan gugusan perbukitan juga tebing-tebing yang menjulang.”
“Ya, sepertinya ikan kita sudah matang. Aku bisa mencium aroma lezatnya.” Ucap putra mahkota Wang Wenxiao seraya menarik pergelangan tangan putri Xiu Min agar bangkit untuk menikmati ikan panggang yang tadinya sudah mereka tangkap.
Selesai bersantap rombongan kerajaan Tang kembali melanjutkan perjalanan. Mereka menyusuri perbukitan yang menurun. Dari kejauhan hamparan perkebunan anggur milik kerajaan Mao telah nampak. Perkebunan tersebut sangat luas, membujur dari barat hingga ke timur. Para penjaga yang sedang berpatroli di sekitarnya tampak seperti kumpulan semut berjalan dari kejauhan. Karena jalanan yang menurun cukup curam terpaksa rombongan kerajaan Tang turun dari kuda tunggangannya masing-masing. Ada sedikit kendala untuk menurunkan kereta kuda berisikan barang-barang logistik, namun segera mereka atasi dengan saling bekerjasama. Kini mereka telah berada pada medan datar, mereka kembali menaiki kuda tunggangannya dan berjalan semakin mendekat ke arah perkebunan. Rupanya, kerajaan Mao menanam dua jenis anggur dalam perkebunan tersebut. Anggur merah dan anggur hijau, Semuanya tampak tumbuh subur serta berbuah lebat. Rombongan penjaga wilayah kerajaan Mao tampak siaga ketika melihat rombongan kerajaan Tang memasuki wilayahnya. Dengan sigap mereka menghentikan rombongan kerajaan Tang serta menanyakan maksud dan tujuan mereka hendak berkunjung. Setelah mengetahui maksud kedatangan mereka, para penjaga segera mempersilahkan rombongan kerajaan Tang untuk masuk. Mereka juga memberikan pengawalan khusus untuk mengantar rombongan kerajaan Tang hingga ke dalam istana kerajaan Mao.

THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang