Chapter 31

200 14 3
                                    

Tenshing masih saja memasukkan beberapa potong daging kambing kedalam bak pedatinya ketika suasana tempat pemotongan dimana ia bekerja riuh akan perbincangan panas para pekerja lainnya. Berita keracunan yang dialami hampir setengah dari anggota keluarga kerajaan Mao menjadi salah satu topik pembicaraan yang begitu diminati saat ini. Pasalnya hal tersebut menimbulkan beberapa spekulasi di benak setiap orang mengenai siapa dalang dari kejadian berdarah tersebut. Kaisar Huang Yan dikabarkan menderita kelumpuhan permanen setelah sebelumnya sempat mengalami muntah darah ketika berhubungan intim dengan salah satu selirnya pada peringatan bulan merah. Seperempat dari jumlah selirnya dikabarkan meninggal dengan gejala kematian yang serupa. Sedangkan jumlah selir yang tersisa menderita penyakit serius yang sulit untuk disembuhkan.


"Hei Tenshing! Benarkah kau yang mendapat giliran untuk memasok persediaan daging ke dapur istana?" Seorang pemuda dengan pakaian penuh keringat menghampiri.


"Itu tugasku."


"Sungguh beruntung dirimu. Koreklah Informasi sebanyak mungkin. Kita bisa menjual Informasi tersebut kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Bukankah itu merupakan bisnis yang sangat menguntungkan?"


"Carilah saja sendiri, aku terlalu takut untuk mati."


Bahh... "Sungguh bodoh dirimu."


"Aku berangkat dulu. Kembalilah bekerja, tuan besar akan memotong kepalamu jika mendapati dirimu tidak berada di tempat."


"Persetan dengannya. Aku sudah muak dengan semua aturannya."


Tenshing hanya tersenyum mendengar penuturan rekan kerjanya. Dalam hati ia membenarkan pendapat rekannya mengenai tuan besarnya. Ia mulai melajukan pedatinya menuju istana kerajaan Mao yang letaknya hanya beberapa ratus kaki dari tempat dimana ia bekerja.


Pasca kejadian berdarah yang menimpa anggota keluarga kerajaan Mao, keamanan istana semakin diperketat. Tenshing harus mengalami dua kali pemeriksaan sebelum akhirnya ia tiba di dapur istana. Tidak seperti biasanya, kini ia harus mengantri karena peraturan baru istana yang mengharuskan setiap bahan pangan yang keluar masuk ke dalam istana harus dilakukan pengecekan. Sekedar untuk memastikan jika bahan pangan tersebut terhindar dari kandungan zat beracun.


"Kau rupanya, bukalah penutup pedatimu." Perintah salah satu petugas kepada Tenshing. Mendengarnya Tenshing dengan sigap membuka penutup pedatinya. Sang petugas mengernyit begitu mengetahui isi dari pedatinya. "Sungguh tidak menguatkan bau amisnya. Tutuplah segera onggokan daging mentah itu. Aku akan mencarimu jika terdapat sesuatu yang tidak beres perihal daging kirimanmu."


Tenshing hanya mengangguk menanggapi ucapan sang petugas yang kini tengah meludah sembari menutup rapat kedua lubang hidungnya. Ia segera menutup kembali muatan pedatinya kemudian menggiring kudanya untuk beranjak menuju gudang penyimpanan dapur istana. Sesampainya disana ia disambut dengan suara gelak tawa yang tidak kunjung reda. Kepala dapur istana kerajaan Mao menghampiri, beberapa kali ia menepuk-nepuk bahu Tenshing. "Pemandangan yang bagus nak, aku senang melihatnya. Petugas yang satu itu sesekali memang perlu dikerjai."


"Kau tidak menyukainya?" Tanya Tenshing seraya menyingkap penutup pedatinya.


"Tidak ada seorangpun yang menyukainya. Kau lihat tadi mukanya? Sungguh menggelikan. Wajahnya merah padam layaknya bisul yang hendak meletus." Sang kepala dapur masih saja tertawa hingga lipatan lemak disekitar perutnya yang buncit terguncang.


"Dia tidak menyukai aroma dagingku."


"Sudah pasti. Dia termasuk golongan manusia yang tidak memakan daging."


"Pantas saja jika tubuhnya lebih kecil jika dibandingkan dengan petugas lainnya."


"Ya, kau bawakan semua pesananku?"


"Tentu, separuh dari pesanan sebelumnya."


Sang kepala dapur melongokkan kepalanya, ia meneliti seluruh pesanannya kemudian memberikan instruksi kepada beberapa bawahannya agar segera mengangkut bongkahan daging tersebut ke dalam gudang penyimpanan.


"Sepertinya tabib Jian begitu sibuk akhir-akhir ini. Beberapa kali aku sempat melihatnya keluar masuk hutan untuk mencari rempah-rempah." Ucap Tenshing.


"Ya, kejadian kemarin sungguh mengerikan. Persediaan rempah-rempah di kediaman tabib Jian tidak cukup untuk mengobati yang mulia kaisar juga sekian banyak selir."


"Yang mulia permaisuri Bok Ping pasti sangat terguncang akan kejadian tersebut."


"Itu benar. Beruntungnya pada saat kejadian permaisuri Bok Ping sedang beristirahat di kediamannya."


"Bukannya disetiap peringatan bulan merah yang mulia permaisuri selalu mengikuti?"


"Kali ini tidak. Kesehatan permaisuri Bok Ping sedang terganggu. Sejak sore Tabib Jian dipanggil guna meracikkan ramuan khusus untuk kepulihan permaisuri."


Keduanya semakin hanyut dalam perbincangan. Dari perbincangan tersebut Tenshing bisa menyimpulkan jika, kini kekuasaan kerajaan Mao sepenuhnya beralih ke tangan permaisuri Bok Ping. Segala tatanan pemerintahan mengalami perubahan besar-besaran. Semuanya dilakukan dengan dalih untuk menyelamatkan tahta kekuasaan. Beberapa peraturan dinilai cukup menguntungkan bagi penduduk setempat karena pembebasan beberapa lahan perkebunan anggur yang diperuntukkan bagi masyarakat setempat. Tentu saja yang mulia kaisar Huang Yan akan murka jika mengetahui peraturan tersebut. Sayangnya di posisinya yang kini mengalami kelumpuhan total tidak memungkinkan baginya untuk bertindak.



***



Permaisuri Bok Ping tengah menikmati tehnya ketika tabib Jian menghadap di kediamannya. Rasa ketidak puasan membayang di kedua pelupuk matanya yang begitu jernih. "Kenapa tua bangka itu tidak mati? Bukannya kau telah menjanjikan sebuah kematian tragis terhadap dirinya?" Ucap permaisuri Bok Ping. Ia menatap nyalang pada sosok tabib Jian yang saat itu memilih untuk menundukkan kepalanya.


"Ampun permaisuri, rupanya hamba melupakan fakta jika selama ini yang mulia rajin untuk mengkonsumsi teh putih. Oleh sebab itulah daya tahan tubuhnya sulit untuk dirobohkan racun tersebut."


"Jika begitu posisi kita masih terancam. Sebaiknya tua bangka itu segera kau singkirkan."


"Ampun permaisuri, tapi untuk saat ini hal tersebut sulit untuk kita wujudkan."


"Sebenarnya apa yang kau takutkan?"


"Seorang tabib dari kerajaan Shui turut campur tangan dalam menangani kesehatan yang mulia."


"Ini tidak bisa dibiarkan. Kau harus bertindak secepatnya sebelum tabib itu menemukan penyebab kelumpuhannya."


"Baik permaisuri, sebisa mungkin hamba akan menutupi penyebab kelumpuhannya."




THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang