Chapter 27

658 40 12
                                    

Chapter 27th The Bloody Mission is now up...

Kereta yang disewa Angin Topan terbilang cukup mengesankan.  Kereta tersebut ditarik enam kuda hitam berukuran besar. Putri Xiu Min bersandar di kursi beludru dengan putra mahkota Wang Wenxiao berada di sampingnya. Angin topan siaga, berada di depan di samping kemudi.
Melalui jendela kereta yang terbuka, putri Xiu Min bisa melihat sekumpulan bintang juga bulan yang memancarkan cahaya keperakan di balik awan tipis yang menyelimutinya. Permukaan jalanan yang tidak rata menyebabkan guncangan pada sisi kereta. Setelah berjalan kurang lebih selama dua jam, kereta menyusuri turunan terakhir yang akan membawanya ke sisi dermaga. Roda kereta mengeluarkan suara bergemuruh tiap kali bergesekan dengan lantai dermaga yang terbuat dari kayu.
Dari tempatnya, putri Xiu Min bisa melihat banyaknya kapal yang berlabuh di pelabuhan juga para awak kapal yang hilir mudik menaikkan barang ke atas kapal. “Kapal mana yang akan kita naiki?” tanya putri Xiu Min setelah mengamati ada berbagai macam ukuran kapal yang bersandar di dermaga.
“Kapal pengangkut barang yang berada di paling ujung.” Tunjuk putra mahkota Wang Wenxiao pada salah satu kapal yang berukuran cukup besar.
“Apa kapal tersebut berlayar searah dengan tujuan kita?” Putri Xiu Min cukup ragu dengan kapal yang akan mereka tumpangi.
“Tentu putri Xiu Min. Kapal tersebut milik salah satu saudagar yang mengangkut perabotan keramik pesanan kaisar Huan Hong. Kita bersama pihak yang tepat.” Angin Topan menjawab keraguan putri Xiu Min.
Ayo, kita harus segera bergegas karena kapal ini akan segera berlayar. Ajak putra mahkota Wang Wenxiao setelah menyerahkan uang sewa kereta kepada pengemudi.
Dengan hati-hati ketiganya mulai menaiki tangga penghubung. Putra mahkota Wang Wenxiao mengumpat pelan begitu menyadari semua mata yang berada di atas kapal tertuju pada adik kelimanya. Tidak bisa di sangkal, sosok putri Xiu Min dengan rambut setengah tergerai di bawah terpaan cahaya sang dewi malam yang berwarna keperakan merupakan sebuah pemandangan yang begitu memabukkan.
Kedatangan rombongan putra mahkota Wang Wenxiao di atas kapal membangkitkan rasa keingintahuan beberapa gelintir orang akan identitas mereka. Termasuk para awak kapal yang sengaja disewa para saudagar untuk mengawal pelayaran, memastikan barang dagangan para saudagar sampai di tempat yang semestinya.
“Serahkan identitas kalian!” Perintah salah satu awak kapal menampilkan raut wajahnya yang garang. “Wanita ini keponakan jauh dari kaisar Huan Hong. Kami berdua bertanggungjawab atas keselamatannya. Wanita ini harus tiba di hadapan sang kaisar dengan keadaan selamat.” Putra mahkota Wang Wenxiao mencoba untuk meyakinkan sang awak kapal.
“Keponakan jauh katamu?” Bahh... Sang awak kapal meludah. “Beberapa dari mereka juga berbicara seperti itu kepadaku setiap kali akan meminta tumpangan menuju pulau keabadian untuk menjual wanita hasil culikan mereka.”
“Kami bukan bagian dari mereka.”
“Sebutkan, berapa nominal wanita itu? Aku tertarik untuk membelinya. Ku akui ini hasil tangkapan yang paling baik dari transaksi-transaksi sebelumnya.”
“Perkataanmu sungguh lancang bung. Pamanku dengan senang hati akan menguliti tubuhmu jika kau berani melakukan sesuatu yang tidak pantas kepada kami.” Ujar putri Xiu Min, tersulut akan perkataan tak beradab sang awak kapal. “
“Ucapanmu terlihat serius nona.” Seorang awak kapal lainnya dengan pakaian kotor menghampiri. “Kalian harus tetap berdiri di sana. Ini wilayah kami. Bayar sebelum masuk!”
“Berapa?”
“Lima kali lipat dari harga sesungguhnya. Itu jika kau mau nona, jika tidak kau bisa membayarnya dengan jasa yang lain.”
Emosi Angin Topan hampir meledak ketika mendengar harga yang awak kapal tersebut inginkan. Ia hendak memprotes keras. Tapi dengan sigap putra mahkota Wang Wenxiao menahannya. Dengan cepat putra mahkota Wang Wenxiao memindahkan setumpuk koin ke salah satu tangan awak kapal. Koin tersebut disambut dengan senang hati. Sesegera mungkin awak kapal tersebut memasukkan koinnya ke dalam kantung yang terikat di sisi tubuhnya.
Ketika hendak melangkah maju, tiba-tiba saja putra mahkota Wang Wenxiao kehilangan keseimbangannya. Ia terhuyung dan menabrak sisi tubuh sang awak kapal. “Dasar pemuda payah. Enyahlah dari sisiku!” Sungut sang awak kapal dengan raut masam.
“Maaf.” Kata putra mahkota Wang Wenxiao sebelum akhirnya ia berjalan ikut bergabung kembali bersama putri Xiu Min & Angin Topan.
“Kenapa kakak pertama bersedia untuk membayarnya?”
“Karena kita tidak bisa mendebat orang bodoh. Lebih baik menuruti permintaannya dan menipu ketika mereka tidak memperhatikan.” Putra mahkota Wang Wenxiao membuka telapak tangannya yang sebelumnya tertutup lengan bajunya yang lebar. Setumpuk koin berada di sana. “Ini mungkin lebih banyak dari nominal yang tadinya aku berikan kepada mereka.”
Ketiganya digiring menuju sebuah kabin yang memiliki ukuran 2x3 meter. Bau apek yang begitu menyengat menguar begitu mereka memasuki ruangan tersebut. Di tengah-tengah ruangan terdapat sebuah ranjang yang kasurnya dipenuhi oleh tungau. Seluruh perabotan yang berada di ruangan tersebut tertanam pada lantai kapal. Mencegah terjadinya pergeseran ketika gelombang tinggi menghantam. Mandi merupakan sebuah kemewahan yang tidak bisa mereka lakukan di dalam kapal. Mereka hanya bisa membersihkan diri dengan sebaskom air yang disediakan para pelayan setiap paginya dan memanfaatkan pispot setiap kali mereka akan buang hajat.
“Kemarin mereka menyebut jika ada pulau keabadian di sekitar sini.” Ujar putri Xiu Min setelah ketiganya selesai menyantap sarapan pagi berupa semangkuk bubur gandum.
“Ya, masih ada perdagangan manusia di wilayah ini. Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan para penumpang di dek kapal jika besuk pagi kapal ini akan berlabuh di pulau tersebut.”
“Mengapa pulau tersebut dinamai pulau keabadian?”
“Karena pulau tersebut berisikan para konglomerat yang memburu kehidupan abadi. Mereka menimbun kekayaan sebanyak mungkin di pulau tersebut dan lebih memilih untuk bersenang-senang dengan para wanita setiap harinya.”
Di sela perbincangan ketiganya mengenai pulau keabadian, tiba-tiba saja cuaca di luar berubah menjadi gelap. Angin berpusar-pusar dengan ganasnya di atas permukaan air laut. Menimbulkan gelombang tinggi yang dengan kerasnya menghantam bagian luar kapal. Kapal yang mereka tumpangi terombang-ambing sulit dikendalikan.
Terdengar suara-suara teriakan kepanikan. Orang-orang diperintahkan untuk berada di bawah dek. “Di luar hujan badai.” Ucap Angin Topan memberitahu setelah ia memantau keadaan dari jendela.
Putri Xiu Min kalut mendengar berita tersebut. “Aku tidak mengira jika hal seperti ini akan menimpa kita. Apa yang sebaiknya kita lakukan?”
“Tetaplah di sini. Jangan kemana-mana. Aku dan Angin Topan akan keluar membantu mereka untuk mengendalikan kapal ini.” Putra mahkota Wang Wenxiao berpesan sebelum akhirnya ia keluar bersama Angin Topan.
Kekhawatiran menyusupi benak putri Xiu Min ketika dirinya menyaksikan tubuh kakak pertamanya bersama Angin Topan tersapu oleh pekatnya kabut badai dan menyatu dalam ganasnya terpaan air laut bersama para penumpang dan awak kapal lainnya.

To be continue... 😂

Update-an kali ini sengaja aku buat sedikit menggantung ✌ untuk jawaban dari part diatas bakal aku bahas di chapter berikutnya.

Happy reading 🙏😊 
Let's read and vote 😉

THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang