Chapter 25

911 61 20
                                        

Berada di ujung lorong mereka di hadapkan dengan dinding batu yang di penuhi rangkaian relief. Deretan relief tersebut menggambarkan ajaran tentang penyebab penderitaan manusia dan hasil tindakan manusia di kehidupan selanjutnya. Dengan membandingkan patung relief tersebut dengan Sutra, dapat dilihat bahwa relief tersebut terhubung satu sama lain. Menceritakan sebuah kisah yang mewakili Sutra Mahakarmavibhanga, atau hukum penderitaan dan hasil dari perbuatan.
160 panel yang berisi adegan menceritakan tentang kehidupan sehari-hari, perbuatan yang menghasilkan kebaikan dan kejahatan, konsekuensi yang ada pada tindakan, serta surga dan neraka. Relief tersebut mengandung esensi Buddhisme yang menekankan pertama dari dua Kebenaran; Hidup adalah kesengsaraan, dan penderitaan memiliki sebab.
Tidak membuang waktu putra mahkota Wang Wenxiao menghampiri jajaran trisula yang terletak di sisi kiri dinding. Ia memutar arah senjata yang sering diasosiasikan dengan setan sebanyak dua kali putaran. Serta merta rangkaian relief tersebut berderak keatas menampilkan sebuah ruangan yang penuh dengan perabotan yang kebanyakan diantaranya terbuat dari perak juga porselen. Kandil-kandil menyala di tiap sisi ruangan.
“Kakak pertama, apa kau sudah kembali?” Suara lembut putri Xiu Min terdengar dari ruangan sebelah. Langkah kaki waspada terdengar samar semakin mendekat. “Kalian?” Ucap putri Xiu Min seakan terpaku di tempat di mana saat ini ia sedang berdiri. “Bagaimana bisa kalian menemukan keberadaan kami?”
“Hanya sebuah keberuntungan sepertinya.” Putra mahkota Wang Wenxiao mendahului jawaban Angin Topan yang kini teredam di tenggorokannya.
“Apapun itu aku tetap bersyukur karena saat ini kita bisa berkumpul.” Perhatian putri Xiu Min kini beralih pada gadis di hadapannya yang berusaha menyembunyikan beberapa memar di sekitar kakinya. “Kemarilah, aku bisa membantumu untuk mengurus lukamu.”
Chun an terdiam untuk beberapa saat. Merasa segan dengan ajakan putri Xiu Min. Dirinya merasa tidak pantas mendapatkan perlakuan baik dari putri tercantik kerajaan Tang yang kini tengah berdiri dengan anggunnya menatap lembut kearahnya.
Menyaksikan keheningan yang meraja Angin Topan membuka mulut. “Pergilah. Lukamu harus segera diobati.” Ucapannya bagaikan sihir.  Mampu menggerakkan jiwa Chun an. Saat itu pula Chun an mengangguk, ia mulai berjalan tertatih mengikuti langkah putri Xiu Min yang membawanya menuju sebuah bilik. Bilik tersebut memiliki ruangan yang cukup luas dengan rak-rak kayu yang dipenuhi jajaran toples-toples kaca berisikan buah-buahan juga sayuran yang telah diawetkan. Berbagai tanaman herbal tampak berjajar di sisi lain, ditempatkan dalam toples kaca yang berukuran lebih besar. Tubuh putri Xiu Min menghilang di antara jajaran rak kayu, bermaksud untuk mempersiapkan beberapa ramuan herbal yang akan ia pergunakan untuk mengobati luka Cuhn an.
Sementara di luar sana kekacauan sedang berlangsung. Para prajurit utusan dari kerajaan Shui mengobrak-abrik jajaran properti yang berada di dalam kuil. Mereka tidak segan untuk menendang ataupun melempar barang yang berada di hadapannya. Mereka memeriksa segala penjuru sudut kuil, memastikan jika kedua buronannya memanglah tidak berada di tempat tersebut. Seluruh penghuni kuil di kumpulkan di halaman depan, dengan jelinya mereka memeriksa setiap wajah yang berada di hadapannya.
Kerajaan Huo berada di sisi barat lereng pegunungan Batu. Karena letaknya yang berada di pegunungan mayoritas penduduk setempat lebih memilih untuk bercocok tanam demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Fajar muncul perlahan di cakrawala, menyentuh seisi dunia dengan warna putihnya. Diantara deretan bedengan dengan berbagai macam tanaman sayuran tumbuh di atasnya, tampak dua orang pemuda bersama dengan seorang wanita berjalan gontai menuruni lereng pegunungan. Tidak ada yang menarik dari penampilan mereka. Pakaian lusuh dari kain murahan yang tampak longgar pada tubuh mereka juga alas kaki yang penuh akan sumpalan jerami benar-benar menyamarkan identitas mereka. Tidak hanya itu, sebuah caping dari anyaman bambu ikut melengkapi penyamaran mereka. Ketiga orang tersebut adalah putra mahkota Wang Wenxiao, putri Xiu Min juga Angin Topan. Ketiganya bermaksud melanjutkan perjalanan berikutnya mengunjungi kerajaan Huo.
Dari jalanan setapak yang mereka lalui, mereka sudah bisa melihat atap istana kerajaan Huo yang membentang begitu luas. Banyaknya harem yang dimilikinya memaksa kaisar Baozhai untuk mendirikan bangunan baru setiap tahunnya guna menampung ribuan haremnya.
Yang paling unik dari kerajaan Huo kalender dan pergerakan planet mempengaruhi semua keputusan kaisar Baozhai, sampai ke perencanaan agendanya baik pada waktu siang hari maupun malam hari.
Penasihat kekaisaran memberikan sistem yang memastikan kaisar Baozhai dapat meniduri sekian banyak harem di istananya.
Sistem tersebut didasari konsep matematika bernama geometric progression. Pola seks kaisar Baozhai diatur oleh siklus bulanan. Seperti Bulan purnama, bulan separo atau bulan sabit dan lainnya. Kaisar Baozhai akan tidur dengan semua harem di hari yang telah ditentukan berdasarkan kalender bulan, dan dengan urutan juga frekuensi yang didasarkan pada ranking para haremnya.
Saat bulan perlahan-lahan bertambah besar sinarnya,  kaisar Baozhai akan memilih pasangan seksualnya berdasarkan dari harem yang rankingnya lebih rendah ke harem yang rankingnya lebih tinggi.
Kaisar Baozhai percaya bahwa cara ini akan memberikan potensi bagi dirinya yang akan meningkatkan kesatuannya dengan para harem yang rankingya lebih rendah, sebelum dia melakukan hubungan seksual dengan sang permaisuri.
Karena kaisar merupakan simbol dari matahari dan permaisuri adalah simbol bulan, keduanya hanya akan bergabung hanya ketika pada saat bulan purnama.
“Kondisi rakyat di kerajaan ini lebih baik jika di bandingkan dengan kerajaan sebelumnya.” Xiu Min mengamati aktivitas penduduk setempat dari balik capingnya. Kali ini tidak lagi ia temui tubuh-tubuh kurus seperti halnya penduduk di kerajaan Shui.
Putra mahkota Wang Wenxiao mengangguk tanda menyetujui. “Kaisar Baozhai cukup bagus dalam mengelola perekonomian kerajaannya. Tapi masih ada kebobrokan lain yang perlu kita selidiki, terutama hal yang berkaitan dengan kesejahteraan para haremnya.”
“Kau benar. Perkataanmu barusan mengingatkanku pada kasus Meigui.” tiba-tiba saja putri Xiu Min teringat akan janjinya kepada Meigui. Tidak lama lagi ia akan berhadapan dengan Kasim biadab itu. Percikan api kebencian mulai membesar di hati putri Xiu Min. Niatannya untuk membalas dendam begitu menggebu.
“Harem yang kau selamatkan waktu itu?” Tanya putra mahkota Wang Wenxiao.
“Tebakan yang tepat. Kurasa kita akan sedikit bermain-main di kerajaan ini.”
“Tunggu! Apa kau telah merencanakan sesuatu di kerajaan ini?”
“Kita lihat saja nanti.”
“Kau tidak bisa melakukan sesuatu semaumu, kau harus merundingkannya terlebih dahulu kepadaku. Kau harus ingat jika beberapa jam yang lalu status kita masih menjadi buronan kerajaan lain, kita harus senantiasa berhati-hati dalam bertindak di kerajaan ini. Salah sedikit nyawa kita taruhannya.”
“Sayangnya kita telah sampai kakak pertama. Aku tidak bisa merundingkannya denganmu saat ini.”
Gerbang utama istana kerajaan Huo berdiri kokoh di hadapan mereka. Tembok-tembok tinggi di bangun mengelilingi seluruh komplek istana mencegah para harem yang mencoba untuk kabur.
“Hei kalian! Berhenti di tempatmu. Berani-beraninya kalian menginjakkan kaki di tempat ini.”
“Ijinkan kami untuk masuk. Kami ingin bertemu dengan kaisar Baozhai.”
“Ha ha ha… apa kau bilang? Lihatlah dirimu, kau tidak pantas mengunjungi yang mulia dengan alas kaki jeramimu itu. Pergilah aku tidak akan membiarkanmu masuk mengotori lantai istana.”
Stringg…
“Aku akan memotong urat lehermu jika kau tidak juga membiarkan kami untuk masuk.” Gertak Angin Topan melekatkan ujung pedangnya pada leher sang pengawal. Seketika suasana menjadi hening. Para prajurit lainnya memandang waspada, bersiap untuk mencabut pedang mereka dari tempatnya.

Putri Lin Hwa membuka tirai penutup keretanya begitu menyadari roda keretanya berdecit ketika kuda-kuda yang menariknya berhenti secara tiba-tiba. “Ada apa?” tanyanya kepada pemegang kemudi.
“Ampun tuan putri, ada keributan di depan gerbang istana.”
Putri Lin Hwa menghela napas. Ia mengamati tiga sosok manusia berpakaian lusuh yang berada di tengah-tengah kerumunan para prajurit. Ia mengerjap seketika, lalu perlahan sebuah keterkejutan tampak di matanya. Keterkejutan itu tak lama segera menguap di gantikan oleh binar kebahagiaan yang begitu menggelora. Tidak ada yang bisa ia pikirkan kecuali segera berlari menuju sosok yang begitu ia kenali. Sosok yang mengisi bagian terdalam hatinya siang dan malam. “Putra mahkota Wang!” Serunya, mengalihkan perhatian para prajurit.
Sontak putra mahkota Wang Wenxiao tercekat di tempatnya. Ia hampir saja melupakan sosok wanita yang menjadi tunangannya. “Putri Lin Hwa.” Ucapnya tidak lebih dari pada bisikan.
Kedua bola mata putri Lin Hwa memancarkan kemarahan.  “Apa yang kalian lakukan! Berani-beraninya kalian menghadang tunanganku.” Bentaknya menciutkan nyali para prajurit. Serta merta para prajurit menarik kembali ujung pedangnya. “Ampuni kami yang telah lancang tuan putri, kami benar-benar tidak mengira jika pemuda tersebut merupakan putra mahkota Wang Wenxiao, tunangan tuan putri.”
“Apa lagi yang kalian nanti? Cepat buka gerbangnya untuk ketiga tamu kita!”
Putri Lin Hwa segera membawa masuk ketiga tamunya begitu pintu gerbang istana telah terbuka. Ia melangkah dengan begitu riangnya menunjukkan bagian-bagian terindah dari istana kerajaan Huo yang kebetulan mereka lalui.
“Ayahanda akan sangat senang mengetahui kedatangan kalian. Beberapa kali ayahanda menyinggung putri Xiu Min yang begitu ia puja karena kecantikannya di tiap pembicaraannya. Awalnya aku tidak percaya dengan berbagai deskripsi yang ia jelaskan untuk menggambarkan kecantikan paras putri Xiu Min. Aku menilai jika saat itu ayahanda hanya sedang melebih-lebihkan. Tapi, setelah melihat kecantikan putri Xiu Min secara langsung aku jadi berubah pikiran.” Putri Lin Hwa tersenyum selama beberapa saat. “Pendapat ayahanda benar, putri Xiu Min memanglah benar-benar cantik.” Lanjutnya sembari mencuri pandang pada sosok lelaki yang begitu ia damba.
“Aku rasa diriku setuju dengan pendapat awal yang tadinya kau utarakan. Kaisar Baozhai hanya melebih-lebihkan. Kau lah putri yang paling cantik.” Putri Xiu Min mengelak dari segala pujian yang ia terima.
“Kau hanya sedang berusaha untuk membesarkan hatiku. Oh, kita sudah sampai. Balairung istana berada di balik pintu ini. Segeralah kalian masuk, ayahanda akan sangat senang untuk menyambut kalian.” Ucap putri Lin Hwa sebelum akhirnya ia meninggalkan ketiganya di iringi enam orang dayang yang dengan patuhnya mengekor di belakangnya.
Ketiganya segera masuk ke dalam Balairung istana yang membentang begitu luas dengan kandil-kandil menyala di tiap cawan kuningan. Tidak di herankan lagi, kaisar Baozhai memerlukan cukup ruang untuk menampung seluruh haremnya.

THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang