Chapter 13

1.4K 120 6
                                    

Aloha... 🙆👧
Masih dalam suasana lebaran nih (meski udah telat 😅) dengan kerendahan hati saya mengucapkan selamat lebaran juga mohon maaf lahir dan batin bagi semua pihak yang merayakannya 🙏
Maaf sudah membuat kalian menunggu kelanjutan story ini, selain karena udah terlena karena suasana lebaran saya juga masih menjalani pengobatan jangka panjang... Jadi harap maklum 🙏 jika sejauh ini saya lebih meluangkan waktu buat recovery latihan fisik daripada up story. Untuk menebus rasa bersalah saya, berikut saya lampirkan sedikit angpao untuk kalian... 😉
-
-

Pagi itu suasana balairung istana kerajaan Tang riuh akan suara bebunyian alat musik juga percakapan para tamu yang bergemuruh. Bagaimana tidak, pagi ini adalah saat-saat yang mereka nantikan. Pada hari ini putri tercantik kerajaan Tang akan mengumumkan siapakah pemuda beruntung yang telah ia terima lamarannya. Selain itu para petaruh juga sudah tidak sabar lagi untuk mengetahui siapakah pemenang taruhan yang sebelumnya telah mereka sepakati. Seluruh perhatian tertuju ke arah putri Xiu Min begitu wanita tersebut bangkit dari duduknya. Dengan langkah anggun ia menuju ke tengah-tengah ruangan, bersiap untuk memberitahukan keputusannya.
"Kakak, ku mohon lakukan sesuatu untukku sebelum putri Xiu Min memutuskan untuk menerima lamaran seseorang." Pinta pangeran Zhang Jinzi kepada kaisar Huan Hong yang kini tengah duduk dengan ketenangan yang mengagumkan. Kali ini penampilan pangeran Zhang Jinzi tampak kacau, kedua putih matanya memerah menandakan jika semalaman dirinya tidak terlelap. Kekesalan pangeran Zhang Jinzi semakin menjadi ketika mendapati kakaknya dengan khusyuknya tengah menyesap arak pilihan, menghiraukan semua kicauannya.
"Kak, tidakkah kau sayang kepadaku? Kali ini saja bantulah diriku untuk mendapatkannya."
"Berapa kali pun dirimu memohon, aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu yang satu ini." Tegas kaisar Huan Hong.
"Demi Dewa, kenapa dirimu selalu membawa teman kecil kemanapun kau pergi?"
"Teman kecil? Bagaimana dirimu tahu jika dirinya merupakan teman kecilku?"
"Semua orang sudah tentu paham jika kau dan sifat dinginmu itu merupakan sahabat karib yang tidak bisa di pisahkan sedari kecil, buat apa kakak menanyakannya?"
"Oh... Tidak, lupakan." Ucap kaisar Huan Hong merasa kesal sekaligus lega mengetahui kebenaran jika teman kecil yang di maksudkan oleh pangeran Zhang Jinzi bukanlah putri Xiu Min, gadis venusnya.
"Mohon perhatian untuk seluruh tamu undangan. Pada pagi ini hamba akan menepati janji hamba untuk memberitahukan keputusan terakhir hamba mengenai segenap lamaran yang sudah hamba terima. Hingga saat ini sejujurnya hamba belum bisa memutuskan siapakah pelamar beruntung tersebut...
"Apa-apaan ini, jadi dia menginginkan kita untuk menunggu lebih lama lagi?" Terdengar suara keluhan di antara banyaknya tamu undangan.
"Tenanglah. Dengarkan dulu pembicaraannya, ini tangkapan langka. Kita tidak bisa mendapatkannya semudah saat diri kita mengambil gundik dari rumah bordil." Ucap seorang pemuda memberi saran.
"Dia jelas-jelas akan meminta waktu lebih kepada kita. Diriku sudah tidak bisa menunggu lebih lama lagi, ranjangku telah menanti kehangatan tubuhnya." Ucap kaisar Baozhai menatap liar diri putri Xiu Min.
"Maka dari itu, hamba memutuskan untuk berkunjung ke kediaman para pelamar. Hamba ingin melihat bagaimana kondisi sekitar tempat tinggal hamba kelak. Jika sewaktu berkunjung hamba merasakan kenyamanan juga kedamaian saat berada disana, hamba akan mempertimbangkan untuk menerima lamaran tersebut. Selama ini hamba hanya mendengar kemasyuran kerajaan lain dari mulut ke mulut, jadi pada kesempatan kali ini hamba tertarik untuk melihatnya secara langsung. Hamba baru akan memulai kunjungan lima hari setelah pesta ini usai, jadi masih ada banyak kesempatan bagi kalian untuk membereskan segalanya." Ucap Xiu Min melanjutkan penjelasannya.
"Merupakan sebuah keputusan yang tepat putri Xiu Min. Berkunjunglah ke istanaku, akan ku tunjukkan keindahan danau wine yang menjadi ciri khas kerajaan Mao." Seru kaisar Huang Yan menyetujui rencana putri Xiu Min.

Pekan perayaan musim semi telah digelar di sepanjang jalan utama kerajaan Tang. Kini suasana jalan utama kerajaan Tang tampak begitu riuh penuh dengan para pedagang juga rakyat yang saat itu telah memadati sekeliling tempat perayaan. Beraneka ragam perhiasan, kain, hasil bumi juga makanan tersedia di sana. Dari kejauhan tampak putra mahkota Wang Wenxiao bersama putri Xiu Min terlihat sedang bercakap-cakap dengan seorang pedagang.
"Perlihatkan yang merah itu paman." Tunjuk putri Xiu Min pada salah satu hanfu yang terpajang di depan lapak.
"Ini tuan putri, merupakan sebuah pilihan yang sangat bagus. Ini hanfu terbaik yang hamba miliki. Tuan putri bisa memeriksanya. Kain hanfu ini sangat lembut, terbuat dari sutera pilihan." Ucap sang penjual, menyerahkan hanfu merah yang tadinya di tunjuk putri Xiu Min dengan senyum ramah tercetak di bibirnya yang mulai menua.
"Kakak pertama, lihat. Apa ini cocok untuk gadismu?" Bisik putri Xiu Min kepada putra mahkota Wang Wenxiao.
"Ya, dia akan terlihat mempesona saat mengenakannya." Ucap putra mahkota Wang Wenxiao menanggapi pertanyaan adik kelimanya. Hanya saja, kini pandangannya tertuju pada sosok gadis manis yang berdiri tidak jauh dari dirinya.
"Kau belum melihatnya, bagaimana bisa dirimu begitu yakin jika ini cocok untuk dirinya?" Gerutu putri Xiu Min ketika menyadari kemana perginya arah pandangan kakaknya.
"Kau bisa lihat itu, lampion itu sangat sesuai berada dalam genggaman tangannya. Warna merah akan cocok melekat pada tubuhnya." Putra mahkota Wang Wenxiao menunjukkan gadis pujaannya kepada putri Xiu Min.
"Ya, akan sangat cocok untuknya. Kakak pertama, dia manis sekali. Seleramu tidak kalah dengan kakak kedua." Ungkap putri Xiu Min, memandang takjub pada wanita yang di tunjukkan kakak pertamanya.
"Dari segi apapun aku selalu unggul dari Wang Shen, jangan bandingkan aku dengan  dirinya lagi."
"Kau percaya diri sekali, biasanya kau hanya diam. Kenapa hari ini kau jadi banyak bicara?"
"Cepat bayar kain itu, kita tidak memiliki waktu banyak."
"Bagaimana kau bisa menyuruhku untuk membayar? Bahkan uang satu keping pun aku tidak punya."
"Kau payah sekali, ambil ini. Hiraukan kembaliannya." Perintah putra mahkota Wang Wenxiao. Ia mengeluarkan beberapa keping uang dari dalam hanfunya kemudian memberikannya kepada putri Xiu Min.
Putri Xiu Min menerima kepingan uang tersebut dengan senyumnya yang terkembang. Segera, ia memberikan kepingan uang tersebut kepada sang pedagang. "Paman apa kau memiliki sesuatu yang bisa aku pergunakan untuk membawa kain ini?"
"Tentu tuan putri, hamba memiliki sebuah keranjang kecil dari rotan. Tuan putri bisa mengambilnya, hamba tidak akan meminta uang penggantian untuk keranjang tersebut."
"Hatimu sangat baik paman, aku berterimakasih atas kebaikanmu. Simpan kembaliannya untukmu."
"Tuan putri tidak seharusnya mengucapkan terimakasih kepada hamba. Hambalah yang patut mengucapkannya. Merupakan suatu kehormatan tuan putri berkenan untuk menyempatkan diri singgah di lapak hamba."
Putri Xiu Min membalas ucapan pedagang tua tersebut dengan sebuah senyuman. Suara teriakan kakak pertamanya memaksanya untuk tidak berlama-lama berada disana. Ia segera melangkah gontai mendekati kakak pertamanya yang kini terlihat murung menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Kau kenapa?" Tanya putri Xiu Min menyipitkan kedua matanya.
"Ayo ikuti aku! Dia sudah semakin menjauh dari pandangan kita." Perintah putra mahkota Wang Wenxiao kepada putri Xiu Min. Kini keduanya berjalan diantara kerumunan orang yang berlalu lalang. Sulit bagi keduanya untuk jalan beriringan, karenanya putri Xiu Min lebih memilih untuk mengekor di belakang kakak pertamanya.
"Hmmm... Aroma ini sangat enak. Sepertinya ini aroma daging yang sedang di panggang." Gumam putri Xiu Min. Ia menggerakkan hidungnya seperti sedang membaui sesuatu. Dirinya tergugah untuk mencari sumber aroma yang menguar lezat memenuhi tiap rongga indra penciumannya. Niatannya untuk mengikuti kakak pertamanya seketika itu sirna. Putri Xiu Min berjalan semakin menjauh dari kakak pertamanya, tangan kanannya menenteng keranjang rotan berisikan hanfu yang tadi baru saja ia beli. Ia memperhatikan kedua sisi jalan dengan cermat mencari-cari sumber aroma.
Dirinya hampir saja putus asa untuk menemukan sumber aroma tersebut. Sudah lumayan jauh dirinya berjalan. Namun, yang ia temui hanya penjual kacang-kacangan, perhiasan, gula-gula, lapak sembako, peralatan bercocok tanam, juga sebuah lapak yang menjual berbagai hasil karya seni. Berada di persimpangan jalan, putri Xiu Min memutuskan untuk berbelok ke arah kanan, ia berharap jika jalan tersebut bisa membawanya kembali menuju kakak pertamanya. Namun, semakin ia berjalan kedalam aroma daging panggang yang tercium semakin kuat. Manik mata putri Xiu Min membola kala mendapati sumber aroma yang ia cari. Aroma tersebut berasal dari sebuah kedai yang menjual aneka macam olahan ikan laut. Kedai tersebut lumayan penuh akan pengunjung. Ada pementasan tarian tidak jauh dari sana. Suara Guzheng yang mendayu terdengar jelas dari kedai tersebut. Beraneka ragam ikan laut segar berjajar di sebuah meja besar. Pengunjung bisa memilih sendiri ikan mana yang hendak mereka santap.
"Menakjubkan, aku ingin memakan itu semua." Ungkap takjub putri Xiu Min, melihat jajaran ikan yang tersaji.
"Nona mau beli apa?" Tanya seorang pemuda yang putri Xiu Min yakini sebagai seorang pelayan kedai tersebut.
"Aku bisa memilih sendiri kan?"
"Tentu saja bisa nona, aku akan membersihkan ikan pilihanmu agar bisa segera diolah." Jelas sang pelayan yang belum menyadari jika kini ia tengah berhadapan dengan putri ke lima kerajaan Tang.
Malam ini putra mahkota Wang Wenxiao juga putri Xiu Min memutuskan untuk berpakaian biasa layaknya penduduk setempat, mereka tidak ingin keberadaannya diketahui. Namun, tetap saja beberapa penduduk masih dapat mengenali keduanya. Seperti halnya pedagang kain yang beberapa waktu lalu mereka jumpai.
"Ambilkan dua kepiting itu, juga ikan merah yang berada di ujung sana. Aku ingin makan ikan yang paling besar." Pinta putri Xiu Min kepada sang pelayan.
"Nona ingin ikan dan kepiting ini aku apakan?"
"Tentu saja aku meminta kau untuk membersihkan kotorannya. Tadi dirimu sendiri yang berucap jika kau bertugas untuk membersihkan ikan-ikan."
"Itu benar nona. Tapi yang aku maksud nona menginginkan semua ikan ini di olah menjadi masakan apa?"
"Ouuhh... Aku ingin semuanya di panggang. Aku akan menunggu di bangku ujung sana. Juga antarkan teh terbaik yang kau punya.”
"Baik nona." Ucap sang pelayan seraya membersihkan kotoran ikan dengan begitu cekatan.
Sementara itu, di tempat lain putra mahkota Wang Wenxiao kehilangan jejak wanita pujaannya. Kekesalannya makin bertambah saat menyadari jika adik kelimanya turut menghilang, tidak berada di belakangnya. Ia mengumpat pelan sambil terus berjalan membelah kerumunan mencari-cari adik kelimanya di sepanjang tempat perayaan. Tanpa keberadaan adik kelimanya putra mahkota Wang Wenxiao tidak bisa melanjutkan misinya.
"Dasar, wanita memang suka bertindak semaunya. Andai saja dia bukan adikku, sudah pasti akan ku hajar dirinya begitu ia kutemukan.” Gerutu putra mahkota Wang Wenxiao di tengah-tengah lautan manusia yang saling berjubal memadati tempat perayaan.
"Jangan lupa dengan posisimu. Nanti kau harus tetap berjaga di depan pintu masuk kedai. Aku sendiri yang akan kedalam meringkusnya."
"Kau yakin misi ini akan berhasil? Ini terlalu berbahaya untuk kita. Setidaknya kita lakukan di lain waktu saja."
"Aku tidak ingin kehilangan targetku kali ini. Dia sangat cantik, aku yakin kau tidak akan bisa mengalihkan pandanganmu begitu melihatnya. Lagipula ini merupakan sebuah kesempatan bagus untuk kita. Kita bisa memperoleh beberapa peti emas jika kita membawanya ke kerajaan tetangga. Kaisar Huang Yan tentu bersedia untuk membeli wanita tangkapan kita kali ini."
Dari belakang putra mahkota Wang Wenxiao mendengarkan pembicaraan keduanya dengan seksama. Ia mulai menduga-duga jika wanita cantik yang mereka maksudkan adalah adik kelimanya, putri Xiu Min.  Putra mahkota Wang Wenxiao tidak menduga jika di wilayah kerajaannya masih ada komplotan semacam itu.
"Baiklah kali ini ku ikuti semua ucapanmu, di kedai mana kau melihat wanita itu?"
"Di kedai aneka olahan ikan laut. Ayo ikuti aku!"
"Sial! Begundal tengik! Akan ku putus kerongkongan kalian jika wanita yang kalian maksud memanglah benar adik kelimaku." Umpat putra mahkota Wang Wenxiao sambil terus mengikuti kemana perginya kedua lelaki tersebut dari belakang.
Irama hentakan genderang tambur, gong juga simbal terdengar jelas hingga ke dalam kedai. Di luar sangat riuh, penduduk berkerumun menyaksikan pertunjukan barongsai. Di tengah kerumunan, para pemain barongsai menunjukkan kelihaiannya. Mereka melompat, berguling dan melakukan beberapa atraksi tingkat tinggi seperti berjalan di atas tonggak. Putri Xiu Min menyaksikan kemeriahan perayaan tersebut dari bangku dimana ia duduk menanti pesanannya.
"Ini pesanan nona, selamat menikmati." Ucap seorang pelayan meletakkan pesanannya.
"Terimakasih. Aku suka tehnya, bisa kau ambilkan satu poci lagi untukku?" Pinta putri Xiu Min kepada sang pelayan yang di tanggapi dengan sebuah tundukan kepala tanda persetujuan si pelayan. Kini perhatian putri Xiu Min tertuju pada hidangan di hadapannya. Dengan lahap ia mulai menikmati kelembutan daging kepiting bersama saus asam manis yang menjadi pelengkapnya.
Di sela-sela hiruk pikuk perayaan, putra mahkota Wang Wenxiao menyelinap diantara kerumunan mengikuti kedua begundal yang tengah menjalankan misi bejadnya untuk menangkap seorang wanita yang ia yakini wanita tersebut tidak lain merupakan adik kelimanya. Putra mahkota Wang Wenxiao memelankan langkahnya ketika mendapati kedua begundal tersebut berhenti di depan sebuah kedai yang menjual aneka olahan ikan laut. Keduanya tampak berbisik hingga menit berikutnya salah satu dari mereka masuk kedalam kedai.
Ekor mata putri Xiu Min menangkap sesuatu yang tidak beres akan terjadi di sekitarnya. Seorang lelaki dengan raut wajah khas pemberontak mengambil duduk tepat di hadapannya.
"Berikan arak terbaik yang kalian miliki!" Perintah lelaki tersebut kepada pelayan. Putri Xiu Min masih bersikap tenang menikmati hidangannya meski telah mengetahui ancaman bahaya yang akan menimpanya.
"Aku telah lama tinggal di daerah sini. Namun, baru kali ini diriku menjumpai wanita cantik secantik dirimu nona." Ucap sang begundal dengan senyum menyeringai.
"Sayang sekali, padahal aku sudah lama tinggal di daerah sini." Jawab putri Xiu Min sambil menyeka remahan makanan yang berada di sekeliling mulutnya.
"Tampaknya kau salah satu putri dari kaum bangsawan nona. Dari bangsawan mana dirimu berasal?"
"Tidak juga, aku hanya berasal dari kalangan rakyat biasa." Bohong putri Xiu Min.
"Benarkah begitu?" Selidik sang begundal.
"Ya, kurasa memang begitu."
"Kau memesan makanan yang porsinya tidak sanggup dibeli oleh rakyat biasa nona, Bagaimana bisa aku mempercayaimu?" Ungkap si begundal sambil menuangkan arak pesanannya.
"Aku sedang mendapat upah lebih hari ini. Jadi, apa salahnya memanjakan sejengkal perut barang sehari." Sergah putri Xiu Min.
"Tidak ada yang salah nona. Hanya saja, sayang jika kau menghabiskan sebagian besar upahmu. Akan kubayari pesananmu, kau bisa mempergunakan upahmu untuk hal lain."
"Apa kau serius ingin membayarnya?" Tanya putri Xiu Min meminta kepastian.
"Tentu saja serius nona. Hanya saja, aku memiliki sebuah penawaran untukmu. Aku sedang mencari wanita untuk kaisar Huang Yan. Jika kau mau aku bisa membawamu untuk bekerja disana. Dengan begitu kau bisa mengangkat perekonomian keluargamu. Setahuku rakyat biasa memiliki banyak hutang, orang tuamu pasti akan senang jika kau mengambil tawaranku ini. Hutang keluargamu bisa terbayar lunas dengan cara ini."
"Kau memintaku untuk menjadi budak di kerajaan tetangga? Rakyat macam apa kau ini? Kau tinggal di wilayah kerajaan ini namun mengabdikan diri ke kerajaan tetangga, Sungguh picik dirimu. Yang mulia kaisar Xingguang Zao pasti akan memenggal kepalamu jika mengetahui penghianatanmu ini."
"Apa peduliku dengan semua ocehanmu itu nona, aku akan tetap membawa dirimu secara paksa." Gertak si begundal menggapai lengan putri Xiu Min. Tidak kalah gesit putri Xiu Min melemparkan sisa sambalnya ke muka lawan.
"Darah neraka!" Umpat si begundal sambil mengusap wajahnya, membersihkan percikan sambal yang mengenai kedua matanya. Putri Xiu Min memasang sikap kuda-kuda sebagai pertahanan mengantisipasi serangan lawan.
Dari luar kedai putra mahkota Wang Wenxiao masuk membawa rekan si begundal yang ditugasi untuk berjaga-jaga. Wajah rekan begundal tampak pias pucat, mengingat sebilah pedang tengah menempel ketat pada urat lehernya. Lebih naasnya ia baru sadar jika dirinya tengah berurusan dengan anggota keluarga kerajaan. Mengetahui jika rekannya telah tertangkap si begundal bermaksud akan menghunuskan pedang ke tubuh putri Xiu Min. Namun, serangannya dengan mudah dihalau oleh putri Xiu Min. Kedua pedang mereka saling beradu, memecah keheningan. Beberapa pengunjung kedai memilih untuk menyingkirkan diri mencari tempat aman untuk menyaksikan perhelatan tersebut.
"Pengawal! Tangkap begundal itu!" Seru putra mahkota Wang Wenxiao memberikan perintah kepada rombongan pengawal yang kebetulan sedang berpatroli di tempat perayaan. Dengan sigapnya puluhan pengawal masuk meringkus salah satu begundal yang masih melakukan perlawanan kepada putri Xiu Min. Sengaja, keduanya tidak dihabisi pada waktu itu juga. Keduanya merupakan pengkhianat kerajaan, mereka pantas di jatuhi hukuman penggal di hadapan para rakyat.
Mengetahui jika putra dan putri kaisar Xingguang Zao tengah berada di hadapan mereka, semua pengunjung kedai tersebut secara serentak memberikan salam penghormatan kepada keduanya.
"Gadis nakal, apa acara makanmu sudah selesai?" Bisik putra mahkota Wang Wenxiao kepada adiknya.
"Aku bukan gadis nakal. Kakak pertama, Sepertinya aku memerlukan beberapa keping uang untuk membayar makananku."
"Bayar saja sendiri. kau yang makan, kenapa aku yang harus membayar?" Sungut putra mahkota Wang Wenxiao.
"Kali ini saja, berbaik hatilah padaku."
"Selalu begitu, Kau sangat berisik. Ini, Segera bayar pesananmu, Ku tunggu diluar." Putra mahkota Wang Wenxiao memberikan beberapa keping uang kepada putri Xiu Min.





To be continue... 😂

Please tekan ⭐ ya... 🙏

THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang