Chapter 15

1.5K 121 4
                                    

Malam hari di kerajaan Tang dihebohkan dengan kedatangan rombongan dari kerajaan Tao yang membawa dua buah kereta megangkut banyak peti dalam berbagai ukuran. Rombongan tersebut dipimpin oleh pangeran kedua kerajaan Tao Zhang Jinzi. Kedatangan mereka disambut baik oleh kaisar Xingguang Zao. Tak sedikit dari penghuni istana kerajaan Tang yang bertanya-tanya tentang maksud dari kunjungan mereka.
“Ibu, pangeranku datang.” Teriak putri Liu Fang memasuki bilik ibunya. Raut wajahnya tampak berbinar penuh kebahagiaan. Dia menggoyang-goyangkan tubuh ibunya yang tengah tertidur.
“Tengah malam seperti ini? Kau pasti sedang bermimpi Fang-Fang, buka kedua bola matamu! Jika perlu ganjal keduanya dengan ini!” Ucap malas selir Li Mei sambil melemparkan kedua kipasnya ke hadapan Fang-Fang.
“Aku tidak memerlukan kedua benda sialan ini. Aku butuh ibu! Kita perlu bicara, bangun ibu. Jika ibu tidak bangun akan kuganjal kedua bola mata ibu dengan penjepit rambutku.”
“Ya Dewa, singkirkan anak ini dariku.” Raung selir Li Mei seraya membenamkan kepalanya kebawah bantal.
Plakk!!!
“Kenapa kau memukulku Fang-Fang? Berani sekali kau memukul ibumu!”
“Apa salahnya? Tempo hari ibu memukulku ketika aku memohon kepada Dewa agar Dewa menyingkirkan ibu dariku.” Ucap polos Fang-Fang.
“Ya Dewa, harus dengan cara apa aku menjelaskannya?” Ucap lirih selir Li Mei. Kini seleranya untuk melanjutkan tidur telah lenyap. Perlahan dia menyingkirkan bantal yang berada di atas kepalanya. Ia bangkit dari tidur, duduk di tepian ranjang.
“Sebenarnya apa yang terjadi diluar sana? Kenapa riuh seperti di pasar?” Tanya selir Li Mei ketika tersadar akan keriuhan di sekitarnya.
“Itu yang ingin aku beritahukan ibu. Di luar ada rombongan dari kerajaan Tao, mereka membawa dua buah kereta kuda berisikan banyak peti. Pangeran Zhang Jinzi yang memimpin langsung rombongan itu. Ibu harus mendandaniku sekarang juga, aku ingin menemuinya.”
“Rombongan mengangkut banyak peti? Apa mereka membawa lamaran?”
“Oh Dewa, lamaran? Dia ingin melamarku ibu? Secepat ini? Aku tidak mengira jika dia penuh kejutan.”  Putri Liu Fang terus melompat kegirangan meluapkan kegembiraan. Dia menari berputar-putar di sekitar bilik ibunya. Berkali-kali selir Li Mei menyuruhnya untuk berhenti, namun perintahnya hanya dianggap angin lalu oleh putri Liu Fang.
“Apa itu darah?  Fang-Fang kali ini berhentilah, kau berdarah.”
“Aku? Berdarah? Tidak. Aku tidak berdarah. Aku baik-baik saja ibu.”
“Kau berdarah, ada banyak darah di hanfu belakangmu.”
“Darah! Pantatku berdarah! Ibu, aku akan mati. Aku tidak mau ibu. Aku tidak mau mati kehabisan darah! Aku belum menikah, aku tidak boleh mati ibu!”
“Tidak, kau baik-baik saja Fang-Fang. Kau tidak akan mati. Tenangkan dirimu, kau akan menikah.”
“Tapi aku berdarah ibu, aku akan mati.”
“Bukan Fang-Fang, bukan seperti itu. Ini pertanda jika kau telah beranjak dewasa. Ini siklus bulanan. Kau hanya datang bulan. Akhirnya putriku mengalaminya, harusnya gadis seusiamu sudah mengalaminya beberapa tahun yang lalu.” Ucap selir Li Mei memberikan penjelasan kepada putrinya. Hatinya lega mengetahuinya. Kekhawatirannya akan kesuburan putri Liu Fang mulai berkurang.
“Datang bulan? Apa bulan akan mendatangiku ibu? Apa bulan akan memakan pantatku?” Sahut putri Liu Fang penuh kecemasan.
“Tidak ada kejadian bulan akan memakan pantatmu Fang-Fang! Nanti aku jelaskan. Sebaiknya kita bereskan ini dulu. Kau perlu membersihkan diri, Akan kupanggilkan dayang Xing'e untuk menyiapkan keperluanmu.” Ucap selir Li Mei mencoba bersabar akan kekonyolan putrinya.
“Aku malu menemuinya ibu, aku penuh darah. Aku tidak bisa bertemu dengan pangeranku.”
“Semua akan baik-baik saja Fang-Fang, besuk pagi kau bisa menemuinya.”
“Benarkah begitu?”
“Ya, maka dari itu tenangkan dirimu.” Perintah selir Li Mei.

***

Para dayang berlalu lalang di sepanjang lorong membawa hidangan untuk para tamu. Di balairung istana kaisar Xingguang Zao terlihat sedang bercakap-cakap dengan pimpinan rombongan kerajaan Tao pangeran Zhang Jinzi. Di sekeliling telah berkumpul permaisuri Wei Xia, putera mahkota Wang Wenxiao, pangeran Wang Shen, putri Xian juga putri Xiu Min.
“Hormat hamba yang mulia. Yang mulia panjang umur hingga ribuan tahun.”
“Aku terima penghormatanmu pangeran Zhang Jinzi. Dalam rangka apa rombonganmu berkunjung selarut ini?” Tanya kaisar Xingguang Zao kepada pangeran Zhang Jinzi.
“Maksud kedatangan kami kesini ingin menyampaikan surat dari kaisar Huan Hong yang mulia, mohon untuk diterima. Ungkap pangeran Zhang Jinzi memberikan gulungan surat kepada kaisar Xingguang Zao.
“Lamaran dari kaisar Huan Hong kepada putriku Xiu Min?” Kata kaisar Xingguang Zao setelah membaca gulungan surat yang diberikan pangeran Zhang Jinzi.
“Benar yang mulia, kaisar Huan Hong juga mengirimkan beberapa peti emas serta perhiasan sebagai wujud persembahan. Mohon yang mulia dengan senang hati menerimanya.”
“Sampaikan ucapan terimakasihku kepada yang mulia kaisar Huan Hong. Merupakan sebuah kehormatan yang mulia kaisar Huan Hong mengirimkan lamaran ini kepada putriku. Namun, malam ini aku belum bisa memberikan jawabannya. Aku perlu membicarakan hal ini dengan puteriku Xiu Min. Besuk putriku Xiu Min akan memulai kunjungannya ke kediaman para pelamar, karena hal tersebut kami meminta kelapangan hati pangeran Zhang Jinzi untuk kesediaannya menunggu hingga besuk pagi. Besuk putriku Xiu Min akan memberikan jawabannya. Kami menyiapkan tempat penginapan untuk pangeran Zhang Jinzi beserta rombongan.” Jelas kaisar Xingguang Zao kepada pangeran Zhang Jinzi. Di ujung barisan putri Xiu Min duduk gelisah memainkan jemarinya di pangkuan.
Ada sebuah kekesalan di pelupuk matanya. Dia mengecewakan ketidak hadiran kaisar Huan Hong yang tidak datang secara langsung untuk melamarnya. Selain berhati beku ternyata penguasa inkarnate itu juga angkuh. Batin Xiu Min sambil mengernyit.

Seusai pertemuan di balairung istana, kaisar Xingguang Zao berjalan beriringan bersama dengan Xiu Min juga putera mahkota Wang Wenxiao. Mereka bertiga menuju istana naga tepat di belakang istana utama. Beberapa pengawal tampak berjaga di kedua sisi pintu gerbang yang terbuat dari Kuningan berukirkan dua buah naga terbang. Mengetahui kedatangan mereka, pengawal tersebut segera membukakan pintu gerbang seraya memberikan salam penghormatan kepada kaisar Xingguang Zao. Sebuah bangunan tinggi dengan pilar-pilar besar berdiri kokoh di hadapan putri Xiu Min. Seluruh bangunan didominasi oleh warna coklat dengan berbagai ukiran rumit terhampar.
“Bangunan ini tampak biasa, juga tidak ada ornamen naga di sekelilingnya. Kenapa bangunan ini dinamakan istana naga? Apa karena gerbangnya berukirkan naga?” Tanya Xiu Min memecah keheningan, Beberapa lentera tampak berpendar tergantung di setiap sisi bangunan.
“Dari depan memang tampak seperti bangunan biasa. Namun, ini bagian terpenting dari kerajaan kita. Bisa dikata istana naga merupakan jantungnya pemerintahan.” Jelas kaisar Xingguang Zao. Ketiganya mulai masuk kedalam ruangan berisikan beberapa bangku yang sudah tampak tua usianya. Disudut ruangan berjajar beberapa tombak juga busur panah yang tergantung di kedua sisi dinding. Anak panah dalam berbagai ukuran berada dalam satu tempat di samping tatanan rak guci labu.
Putra mahkota Wang Wenxiao menghampiri jajaran guci yang tersusun di dalam rak. Dia tampak memutar sebuah guci labu berwarna coklat, saat itu juga dinding di hadapan mereka berderak, bergeser membuka menampilkan sebuah lorong tersembunyi.
“Ini menakjubkan.” Ucap putri Xiu Min seraya mengekor di belakang kaisar Xingguang Zao juga Wang Wenxiao.
“Kemarilah, aku tunjukkan sesuatu.” Perintah putra mahkota Wang Wenxiao kepada putri Xiu Min. Dengan segera putri Xiu Min mendekat ke arah kakak pertamanya di bibir lorong yang tampak gelap.
“Nyalakan pemantik itu!”
Putri Xiu Min mengambil pemantik api yang berada di sela-sela ornamen naga, dia membuat api kemudian menyalakan lentera yang berada pada mulut ornamen naga. Ia sedikit terkejut ketika api pada ornamen naga tersebut menjalar ke semua penjuru, menyalakan lentera lain yang berjajar di seluruh penjuru ruangan. Kini tampak di hadapan mereka sebuah goa besar dengan pintu masuk berbentuk kepala naga. Tidak membuang waktu ketiganya segera masuk ke dalam goa..
“Ini sangat megah.” Gumam putri Xiu Min memandang takjub langit-langit gua berbentuk sisik naga berlapiskan emas.
“Itu sebabnya mengapa istana ini dinamakan istana naga. Lapisan emas ini berasal dari tambang bijih emas di dekat perbatasan. Di tempat inilah kerajaan kita menyimpan seluruh harta kekayaan, arsip-arsip penting kerajaan, juga pasokan senjata khusus untuk keluarga kerajaan berada di dalam gua ini.”
“Kenapa ayahanda membawa kami ketempat ini?” Tanya putra mahkota Wang Wenxiao.
“Kita akan menyusun strategi. Besuk pagi kalian berdua akan menempuh perjalanan panjang. Aku akan menunjukkan pada kalian peta wilayah inkarnate. Kita harus menentukan rute paling strategis untuk menyingkat waktu tempuh kalian ke kerajaan tetangga.” Terang kaisar Xingguang Zao sambil membuka peti kayu berisikan gulungan peta wilayah inkarnate. Mereka bertiga menyusun strategi kunjungan hingga larut malam. Di luar keheningan mulai meraja, menenggelamkan seluruh penghuni istana dalam tidur lelap.

To be continue...

THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang