Chapter 5

1.6K 153 10
                                    

Happy reading, Enjoy my story...
Maaf apabila masih di temui typo(s) yang bertebaran di sana sini 🙏

-
  "Ibu... Ibu... Tahukah anak haram itu telah tiba di istana. Sekarang dia menempati paviliun utara. Ini tidak adil ibu, taman paviliun utara paling indah di antara semua taman paviliun yang berada di istana ini. Sudah lama aku ingin menempatinya ibu, tetapi ayahanda selalu melarangku keras. Sekarang aku tahu mengapa selama ini ayahanda mengosongkan paviliun tersebut." Keluh putri Liu Fang kepada ibunya, selir Li Mei.
Mengetahui informasi dari putrinya sontak saja selir Li Mei naik pitam. "Bagaimana bisa anak itu bisa sampai ke istana, aku telah mengirimkan orang suruhanku untuk membunuhnya di perjalanan." Ucapnya tanpa menyadari jika filter dari otak menuju mulutnya sedikit kendur.
"Apa? Ibu mengirimkan orang suruhan untuk membunuhnya?" Kata putri Liu Fang hampir setengah menjerit.
"Pelankan suaramu, ini pertanda buruk Fang-Fang."
"Pertanda buruk? Aku tidak mengerti dengan perkataan ibu."
"Kau benar-benar bodoh."
"Kenapa ibu mengataiku bodoh." Kecewa dengan perkataan ibunya, putri Liu Fang mulai menangis di hadapan ibunya. Suara tangisannya yang begitu sumbang semakin memperburuk emosi selir Li Mei. "Oh, tidak tidak... Kau tidak boleh menangis."
"Aku tidak akan berhenti menangis sebelum ibu mengatakan jika akulah putri yang paling cantik diantara semua putri di istana ini."
“Baiklah... Fang-Fang kau putri yang paling cantik diantara semua putri di istana ini."
"Aku sudah diam. Ibu sekarang aku akan pergi melanjutkan rutinitasku yang tertunda untuk menghias kuku." Usai berucap putri Liu Fang segera beranjak meninggalkan ibunya dengan sebuah tawa yang mengembang di sudut bibirnya layaknya seorang bocah.
"Ya Dewa, kenapa kau menganugerahiku anak seperti dirinya. Ini benar-benar pertanda buruk. Hanya ada dua kemungkinan yang terjadi pada Lian Gui, mati atau melarikan diri. Ku harap kali ini dia berhasil melarikan diri." Ujar selir Li Mei.

***

"Jenderal Ying, apa adik ke lima sudah tiba?" Tanya putra mahkota Wang Wenxiao. Ia melangkah menghampiri jenderal Ying yang saat itu tengah bersiap untuk melatih ilmu bela diri para prajurit.
"Hamba memberi hormat kepada putra mahkota. Putri Xiu Min sudah tiba di istana menjelang fajar tadi." Jawab jenderal Ying dengan takzim.
"Ah, jenderal Ying, Apa dia cantik?"
Pertanyaan putra mahkota Wang Wenxiao membuat gamang jenderal Ying. Level kecantikan putri Xiu Min di atas rata-rata. Tidak bisa di gambarkan dengan apa yang ada di jagat raya ini. Pasti ada kata lain yang lebih baik dibandingkan menakjubkan. "Ampun putra mahkota, hamba tidak bisa menggambarkannya." Ujar jenderal Ying setelah sebelumnya sempat terdiam selama beberapa saat.
"Kenapa begitu?"
"Kakak pertama, sepertinya dia sangat buruk. Mungkin lebih buruk dari pada Fang-Fang." Pangeran Wang Shen berbisik pelan dari belakang.
Ucapan pangeran Wang Shen mengusiknya. Putra mahkota Wang Wenxiao tidak bisa membayangkan jika prediksi adik keduanya memanglah benar apa adanya. "Ayo kita lihat dia di paviliun utara." Ajak putra mahkota Wang Wenxiao tidak sabar untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.
"Kakak. Tunggu. Aku ikut!” Teriak putri Xian yang merupakan putri ketiga kerajaan Tang. Ia segera berlari memperlebar langkah kakinya bergabung dengan kedua kakak lelakinya yang telah menantinya di sebuah persimpangan lorong.
Mereka bertiga menuju paviliun utara bermaksud untuk menemui adik kelimanya. Ketiganya merupakan putra dan putri dari permaisuri Wei Xia.
Kali ini paviliun utara terlihat berbeda dari biasanya. Kini paviliun tersebut terlihat lebih bernyawa. Pintu serta jendelanya tampak terbuka dengan beberapa dayang berlalu lalang di serambinya. "Dayang Hua, apa adik kelima ada di dalam?" Tanya putra mahkota Wang Wenxiao begitu ketiganya telah berada di serambi depan paviliun utara.
"Hamba memberi hormat kepada putra mahkota. Putri Xiu Min berada di dalam."
Setelah memperoleh informasi dari dayang Hua, Ketiganya segera beranjak menghambur masuk ke dalam ruangan utama paviliun utara.  Sontak pandangan ketiganya tersita pada sosok wanita yang saat itu sedang berdiri membelakanginya. Wanita tersebut tampak anggun jika dilihat dari belakang. Ia mengenakan hanfu lapis tiga berwarna putih gading dengan corak bunga-bunga kecil di sekitar lengannya. Rambutnya yang panjang sehitam arang tertata rapi dengan sebuah hiasan rambut berada di atas kepalanya. Putra mahkota Wang Wenxiao berjalan mendekat ke arah wanita tersebut. Ia memberanikan diri untuk menyapa wanita yang ia duga sebagai adik kelimanya dengan cara meletakkan salah satu tangannya pada bahu wanita tersebut. Bermaksud untuk mengalihkan perhatiannya. Namun, rupanya hal tersebut justru memicu keterkejutan wanita tersebut.
Merasa jika ada seorang lelaki yang tengah menyentuh bahunya, putri Xiu Min segera mencabut pedang yang ia sarungkan di samping tubuhnya.  Ia bergerak dengan kecepatan menakjubkan bermaksud untuk menyerang lelaki yang dengan beraninya telah lancang menyentuh salah satu bagian tubuhnya.
"Apa yang kau lakukan, kau hendak membunuhku?" Putra mahkota Wang Wenxiao begitu terkejut saat mendapati wanita di hadapannya mengarahkan ujung pedangnya pada wajah tampannya.
Melihat apa yang tengah terjadi di hadapannya putri Xian dan pangeran Wang Shen tercekat. Mereka saling berpandangan seolah berusaha meminta penjelasan satu sama lain. Waktu seakan terhenti pada detik itu juga. Ketiganya sama-sama terkejut akan sikap juga kecantikan paras yang dimiliki oleh adik kelimanya. Mereka bertiga benar-benar tidak mengira jika adik kelimanya memiliki paras secantik itu. Jauh di atas kata menakjubkan.

***

"Jangan lakukan itu, kita saudaramu." Seru putri Xian pada saat itu juga. Sungguh putri Xian tidak habis pikir jika adik ke limanya semengerikan itu. Bagaimana bisa seorang putri kerajaan membawa pedang? Itu sungguh merupakan sebuah hal yang tidak lazim. Pedang hanya diperuntukkan bagi kaum lelaki. Seorang putri kerajaan dilarang keras untuk mengenakan senjata, Harusnya adik kelimanya mampu bersikap anggun layaknya seorang putri kerajaan pada umumnya.
Mendengar teriakan dari salah satu wanita yang saat itu berdiri hanya beberapa meter dari dirinya, putri Xiu Min segera menurunkan ujung pedangnya. Ia bergeming di tempatnya selama beberapa saat mengamati ketiga sosok yang berada di hadapannya. Ia menghela napas kemudian menyarungkan kembali pedangnya di samping tubuh. "Xiu Min memberi hormat kepada putri juga pangeran." Ucapnya. Ia mengangkat kedua tangannya ke udara kemudian menyatukannya di depan dada dengan kepala tertunduk.
"Bagaimana bisa dirimu membawa senjata di lingkungan istana? Tidakkah kau lupa jika dirimu itu merupakan seorang putri?" Ujar putra mahkota Wang Wenxiao begitu ketegangan di ruangan tersebut mulai terkendali.
"Aku hanya berjaga-jaga, apakah itu salah?" Putri Xiu Min bersungut. Ia merasa kesal dengan perkataan saudaranya. Dengan kesadaran penuh ia menyadari jika dirinya merupakan seorang putri kerajaan. Maka dari itulah ia selalu bersikap waspada terhadap setiap lelaki yang bermaksud untuk menyentuhnya. Tidakkah saudaranya tahu jika selama ini dirinya hidup di perbatasan? Sangat rawan bagi dirinya apabila tidak menerapkan sikap waspada, Kesuciannya bisa menjadi taruhannya. Justru sikap waspada inilah yang membetengi dirinya dari lelaki hidung belang yang berusaha untuk merampas kesuciannya.
"Mengapa kau secantik ini? Jika seperti ini harusnya kau tidak menjadi adikku." Gerutu pangeran Wang Shen sambil membenarkan simpul hanfunya, seolah sesuatu yang berada di dalamnya akan menyeruak keluar.
"Kenapa kau bilang begitu? Jadi kau tidak mau menerimaku sebagai adikmu?" Protes putri Xiu Min.
Pangeran Wang Shen tergelak. Ia hampir tersedak karena tawanya."Harusnya kau menjadi pasanganku." Ucapnya. Ia berjalan mendekati putri Xiu Min yang saat itu masih membelalakkan kedua matanya ke arahnya. Ia mengangkat tangan kanannya ke udara,  hendak menyapukan jemarinya pada wajah cantik adik kelimanya, putri Xiu Min. Sayangnya dengan kesigapan yang luar biasa putri Xiu Min mencengkeram pergelangan tangan pangeran Wang Shen sebelum jemari kokoh lelaki tersebut berhasil mendarat pada pipinya yang kemerahan.
"Apa benar kau ini saudaraku? Kelakuanmu buruk sekali. Kau tidak jauh berbeda dengan para lelaki di luar sana yang sering kali menggodaku.”
"Adik kedua, jaga kelakuanmu! Tidak ingatkah jika kau sudah memiliki tunangan?" Putra mahkota berucap, bermaksud untuk menengahi keduanya.
"Tentu saja aku mengingatnya. Tidakkah kau lihat adik kita terlalu cantik. Kedepannya kita pasti akan kuwalahan untuk melindunginya. Lelaki manapun yang melihat kecantikannya pasti akan saling berlomba, bersaing untuk mendapatkannya. Berusaha masuk ke dalam celah hanfunya. Melindungi adik ketiga saja kita kuwalahan, apalagi melindungi dia yang parasnya lebih cantik dari adik ketiga." Pangeran Wang Shen berkata.
"Tidak ada yang perlu kita khawatirkan, bukankah sudah kita lihat jika adik kelima selalu waspada dengan pedang berada di tangannya?" Putri Xian menautkan tangannya pada lengan adik kelimanya putri Xiu Min. Perkataannya mampu membungkam kedua kakak lelakinya.
"Dari tadi kalian terus memperdebatkanku. Kalian juga mengaku-ngaku sebagai saudaraku. Tapi mengapa hingga kini kalian belum juga memperkenalkan diri kalian kepadaku?" Keluh putri Xiu Min.
"Oh, kami hampir saja melupakannya. Sudah ku bilang jika parasmu terlalu cantik. Kau telah berhasil mengalihkan duniaku. Perkenalkan aku Wang Shen, pangeran kerajaan Tang yang paling tampan. kau bisa memanggilku kakak kedua." Dengan kelihaiannya pangeran Wang Shen mengedipkan salah satu matanya ke arah putri Xiu Min. Ia memperkenalkan dirinya dengan gaya khas lelaki penggoda.
"Hiraukan saja dirinya. Dia selalu bersikap seperti itu kepada semua wanita yang ditemuinya. Aku Wang Wenxiao, panggil saja kakak pertama."
"Kurasa kini aku memiliki saingan, kenalkan aku Xian. Kau bisa memanggilku kakak ketiga."
"Ah, tenang saja kakak ketiga. Aku tidak berminat untuk menjadi sainganmu."
"Kau menanggapinya? Aku hanya bercanda." Seketika itu pula putri Xian beserta putri Xiu Min tertawa bersamaan.
"Ayolah, kita harus pergi. Guru akan marah jika kita terlambat. Adik kelima, kau juga harus ikut belajar bersama kami. Aku tidak ingin memiliki adik bodoh, cukup Fang-Fang saja yang bodoh kamu jangan." Putra mahkota Wang Wenxiao mengingatkan ketiga saudaranya.
"Fang-Fang? Siapa yang kakak pertama maksud?" Tanya putri Xiu Min penasaran dengan pemilik nama tersebut.
"Sudahlah ayo kita berangkat. Kau nanti akan bertemu dengan dirinya ketika di padepokan cendekia."
Menyetujui perkataan putra mahkota Wang Wenxiao, mereka berempat segera melangkah menyusuri lorong-lorong istana yang sebagian besar catnya di dominasi oleh warna merah serta kuning menyala. Di ujung lorong terdapat sebuah jembatan yang menghubungkan istana dalam dengan padepokan cendekia. Di bawah jembatan tersebut terdapat kolam ikan yang di tumbuhi bunga teratai. Daun-daun teratai yang lebar seolah menjadi tameng bagi ikan-ikan dari teriknya sinar sang surya. Kuncup-kuncup bunga teratai yang mulai bermekaran menambah elok suasana istana.
Mereka berempat melintasi jembatan kemudian berbelok ke kiri menuju jajaran bangku-bangku kosong yang telah tertata rapi. Di atas meja telah tersedia tempat tinta beserta kuasnya, kumpulan buku-buku berjajar rapi di dalam rak kayu. Di tempatkan di sudut ruangan. Semua bangunan serta perabotan yang berada di padepokan tersebut di dominasi dengan warna cokelat.
Kini di depan jajaran bangku-bangku tersebut telah berdiri lelaki tua dengan rambut serta jenggot panjangnya yang telah memutih. Ia tampak menyatukan kedua alisnya kala mendapati murid-muridnya datang terlambat. "Mengapa kalian baru datang? Kalian terlambat lima belas menit."
"Ampuni kami guru, kami bertiga harus menjemput adik kelima di paviliun utara." Putra mahkota Wang Wenxiao berusaha untuk menjelaskan.
"Jadi gadis ini putri dari selir Qixuan yang baru tiba menjelang fajar tadi?” Guru Yaoshan mengamati. “Kau benar-benar cantik nak, bahkan kau lebih cantik dari selir Qixuan yang dulu terkenal akan kecantikan parasnya. Siapa namamu?"
"Perkenalkan, hamba Xiu Min guru."
"Aku Yaoshan, guru besar di padepokan ini. Kalian duduklah, hari ini aku akan mengajarkan kepada kalian tentang  pembukuan kerajaan. Sebelum memulainya aku ingin menanyakan sesuatu kepada kalian."
"Guru Shan! Tunggu aku!” Seru seorang gadis dari arah jembatan. Gadis tersebut mengenakan hanfu berwarna merah darah. Ia hampir saja terjungkal karena salah satu ujung hanfunya terinjak ketika ia mempercepat langkahnya.
"Fang-Fang setiap hari kau selalu saja datang terlambat. Kali ini kau sudah terlambat tiga puluh menit." Omel guru Yaoshan saat putri Fang-Fang telah berada di hadapannya.
"Ampuni aku guru, aku memerlukan waktu lama untuk memilih hiasan rambutku. Karena sudah terlalu lama memilih-milih, kini aku tidak mengenakan hiasan rambut sama sekali. Aku terlalu bingung untuk memutuskan hiasan mana yang akan aku pilih."
"Ya Dewa, lalu buat apa kau menghabiskan waktu untuk memilih." Guru Yaoshan terlihat frustasi akan perkataan putri Fang-Fang.
"Fang-Fang, seperti biasa aku akan menghukummu. Aku akan memberikan sebuah pertanyaan kepadamu."
"Pertanyaan lagi?" Ujar putri Fang-Fang terdengar jengah.
"Ini salah satu kalimat yang pernah ditanamkan ajaran Hsun Tzu -Belajar terus sampai mati... Lanjutannya coba kau teruskan."
"Belajar terus sampai mati. Emmm... belajar terus sampai mati? Guru, kalimat itu salah. Harusnya belajar terus sampai pulang nanti." Ucap putri Fang-Fang dengan nada polosnya. Sontak Keempat saudaranya tertawa mendengar penuturan putri Fang-Fang.
"Kau bodoh sekali Fang-Fang." Ujar pangeran Wang Shen sambil memegangi perutnya yang bergejolak akibat tawanya.
"Kau mengataiku bodoh? Lihat saja aku akan melaporkanmu kepada ibuku." Putri Fang-Fang mengancam.
"Fang-Fang! Duduklah di bangkumu, percuma aku memberimu pertanyaan. Ah, di antara kalian apa ada yang bisa melanjutkan kalimat Hsun Tzu barusan?"
Suasana menjadi hening.
"Hamba bisa guru." Seru putri Xiu Min sambil mengangkat salah satu tangannya keatas.
"Apa lanjutannya Xiu Min?"
"Selengkapnya kalimat itu berbunyi Belajar terus sampai mati dan hanya kematianlah yang akan menghentikannya" Putri Xiu Min menjawab dengan penuh semangat.
"Jawabanmu sangatlah tepat Xiu Min, rupanya pengetahuanmu cukup luas."
"Kau! Apa kau anak haram itu? Kau mau mencari muka pada guru Yaoshan?" Ucap putri Fang-Fang dengan berang. Ia merasa tersaingi.
"Fang-Fang, jaga bicaramu! Tidakkah kau lihat guru sedang berdiri di hadapan kita." Tegur putra mahkota Wang Wenxiao mencoba untuk mengendalikan situasi. Dirinya benar-benar tidak mengira jika adik keempatnya sekurang ajar itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang