Chapter 29

426 38 19
                                    

The Bloody Mission is now up, Let's read dear... 😉

Kaisar Huan masih berkutat dengan beberapa perkamen di dalam ruang kerjanya yang temaram. Ia bergeming ketika kedua bola matanya menangkap nyala api pada lilin yang tiba-tiba saja beriak. Ada pergerakan di sekitar sini. Pikirnya. Perlahan ia mengambil sebuah busur anak panah, kemudian membidikkannya pada papan sasaran yang terpasang pada dinding, di samping jendela yang pada malam itu sengaja dibiarkan terbuka. Kaisar Huan masih pada posisinya semula. Kedua bola matanya terus menatap pada pusat papan sasaran dimana anak panah yang tadi ia bidikkan tertancap. Ia terus menunggu hingga adanya pergerakan berikutnya.
Sebuah lesatan anak panah muncul dari arah luar, menancap tepat di sisi anak panah yang dibidikkan oleh kaisar Huan.Ada sebuah gulungan kertas terikat di pangkalnya. Kaisar Huan segera beranjak dari duduknya. Ia menghampiri anak panah tersebut, kemudian mengambil gulungan kertas yang terikat disana.
Malam itu begitu hening. Sama seperti halnya malam-malam dari minggu sebelumnya sejak rumor mengenai adanya buaya raksasa di perairan kerajaan Tao beredar di kalangan masyarakat. Kematian seluruh anggota keluarga bangsawan Lian pada malam hari di minggu lalu sangat menggemparkan warga. Pasalnya keseluruhannya mati dengan keadaan yang mengerikan, seolah-olah tercabik binatang buas. Hal tersebut dikuatkan oleh kesaksian beberapa warga yang sempat melihat seekor buaya raksasa masuk ke dalam perairan yang diduga habis berasal dari daratan.
Pihak kerajaan telah melakukan patroli di sekitar perairan untuk menangkap buaya raksasa tersebut. Namun, hingga hari ke empat buaya tersebut tidak muncul. Beberapa kapal dengan peralatan berburu lengkap dikerahkan secara berkala pada setiap harinya, dengan harapan salah satu diantaranya mampu menaklukkan buaya tersebut. Sayangnya pada malam kelima kejadian tragis kembali terulang. Kali ini menyerang keluarga bangsawan Song. Keseluruhannya mati dengan keadaan yang sama seperti halnya keluarga bangsawan Lian.
Berhari-hari kaisar Huan memikirkan cara untuk mengatasi masalah tersebut. Namun di hari ke enam ia menangkap akan adanya pola pada pembunuhan tersebut. Kedua keluarga yang diserang buaya tersebut merupakan para bangsawan yang terlibat akan sengketa pulau terkutuk yang terletak beberapa mil dari perairan kerajaan Tao. Karenanya kaisar Huan menugaskan orang kepercayaannya untuk menyelidiki kasus yang berkaitan dengan sengketa pulau tersebut.
Dengan cermat kaisar Huan membaca setiap informasi yang baru saja ia dapat dari orang kepercayaannya. Rupanya pulau terkutuk itu kaya akan berlian yang tersebar di beberapa penjuru pulau. Sebelumnya pulau tersebut di klaim oleh bangsawan Seung yang diyakini sebagai penemu pulau tersebut. Bangsawan Seung yang merupakan seorang alkimia sangat bangga akan penemuannya. Ia yakin jika penemuannya akan mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Keluarganya akan hidup berkecukupan dengan status yang terpandang di kalangan masyarakat. Dengan kekayaan yang dimilikinya ia bisa membeli jabatan penting di dalam pemerintahan. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama karena di tahun kedua ia menikmati kekayaannya, sebuah tragedi mengerikan menimpa keluarganya.
Sebuah kebakaran hebat membinasakan kediaman bangsawan Seung pada suatu malam. Bangsawan Seung ditemukan telah hangus terbakar dengan sebuah belati yang masih tertancap di belakang tengkuknya. Istrinya terkapar tak bernyawa hanya beberapa meter dari mayatnya. Kondisinya tidak kalah mengerikan. Para pelayan juga anak keduanya yang baru beberapa minggu sebelumnya lahir diyakini warga ikut hangus dalam kebakaran tersebut.
Sejak kematiannya, pulau terkutuk menjadi pulau yang diperebutkan oleh beberapa kerabat bangsawan Seung. Termasuk bangsawan Lian juga bangsawan Song yang turut serta memperebutkan pulau tersebut. Namun, hingga kini pulau tersebut belum dipindah tangankan.
Kaisar Huan sangat yakin jika kematian kedua bangsawan tersebut secara berturut-turut ada kaitannya dengan usaha perebutan pulau tersebut. Ada pihak lain yang juga menginginkan pulau tersebut. Rumor tentang adanya buaya raksasa kemungkinan hanya digunakan sebagai kedok oleh pihak yang berkepentingan. Kaisar Huan meyakini jika buaya raksasa tersebut bukanlah buaya sungguhan. Bisa jadi itu hanyalah sebuah benda tiruan yang dilengkapi dengan mesin penggerak di bagian bawahnya.
Setelah puas dengan Informasi yang ia terima, kaisar Huan memutuskan untuk mengunjungi pulau terkutuk tersebut guna melakukan penyelidikan. Ia menghalau beberapa pertanyaan yang berjubal di dalam kepalanya mengenai keberadaan gadis venusnya.
***
Kapal yang ditumpangi oleh putra mahkota Wang Wenxiao berhasil menepi di pulau terkutuk. Para penumpang segera menghambur turun, mencari tempat perlindungan begitu menyaksikan pusaran badai semakin mendekat ke arah pulau tersebut. Tak terkecuali putri Xiu Min, Putra mahkota Wang Wenxiao beserta Angin Topan. Ketiganya segera berlindung diantara celah tebing yang mampu menyembunyikan tubuh ketiganya dari hantaman badai. Suasana di sekitar mereka seketika menjadi berkabut. Angin mulai berhembus semakin kencang menerbangkan setiap benda yang dilaluinya. Air pantai meluap karena ombak yang kian menerjang dengan ganasnya. Badai mulai menerjang pulau kecil tersebut dengan diameter pusarannya yang mencapai empat meter. Pasir-pasir pantai ikut berterbangan terserap ke dalam pusat badai. Banyak pepohonan tumbang karenanya.ketiga sosok yang bersembunyi di celah tebing semakin merunduk. Mereka menggunakan lengan bajunya untuk melindungi butir-butiran pasir yang dengan ganasnya menerpa  wajah dan tubuh mereka. Pakaian mereka basah hingga sepinggang karena air pantai yang meluap hingga ke celah tebing, tempat dimana mereka berlindung. Ketiganya mulai beranjak keluar dari dalam celah tebing ketika deru badai mulai menghilang beberapa waktu kemudian.
“Aku kaya, aku kaya! Jika tahu seperti ini dari dulu aku akan pergi ke pulau ini.” Suara teriakan penuh kegirangan berhasil menarik perhatian ketiganya. “Sungguh pulau ini tidak membawa kutukan. Jika aku tiba di kota nanti akan kusumpal mulut orang-orang yang dengan lancangnya menakut-nakuti ku perihal pulau sumber keberuntungan kita ini.”
“Ada apa dengan mereka?” Tanya putri Xiu Min keheranan. Tidak ada jawaban. Tanpa diminta Angin Topan segera beranjak menuju kerumunan orang-orang yang saat itu tengah sibuk mengais pasir dengan jemari juga senjata mereka. Ia memperhatikan sang nahkoda yang dengan binar di kedua matanya menatap benda menyilaukan yang sengaja dirinya angkat tinggi-tinggi. Berlian. Ada berlian di pulau ini. Angin Topan kembali berlari menemui putra mahkota Wang Wenxiao beserta putri Xiu Min yang pada saat itu tengah mengecek kondisi kapal yang mereka tumpangi.
“Lapor putra mahkota, ada banyak berlian di pulau ini.” Ucap Angin Topan sambil menunduk khitmat. Mendengarnya kedua pasang mata di hadapannya membola. “Benarkah?” ucap mereka hampir bersamaan. Angin Topan merespon dengan sebuah anggukan. Merasa penasaran ketiganya menghampiri kerumunan yang kini mulai ricuh memperebutkan kepemilikan wilayah dimana berlian-berlian tersebut ditemukan. Beberapa lelaki telah mencopot pakaian mereka, menggunakannya untuk menampung berlian-berlian yang telah berhasil mereka gali.
***
Dari balik pohon besar yang tumbang sepasang mata tampak sedang mengintai. Kumpulan manusia-manusia haus harta kini telah berada di ranah kekuasaannya. Apa yang ia lindungi kembali terusik. Darah di dalam nadinya seakan mendidih, menyaksikan harta milik keluarganya dijamah dengan rakusnya. Ia menolehkan kepalanya, kemudian memberikan kode kepada para pengikutnya yang berada di balik bebatuan. Seketika itu pula puluhan lelaki dengan baju zirah lengkap menghambur mengacungkan aneka senjata tajam yang berada di tangan kanannya.
Kericuhan yang diakibatkan para pengais berlian seketika itu pula lenyap, digantikan keterkejutan yang luar biasa. Bagaimana bisa mereka tidak menyadarinya? Kini mereka telah terkepung oleh sepasukan prajurit berbaju zirah dengan senjata yang teracung tinggi, siap memburai usus mereka. “Letakkan harta kami!” Mendengarnya para pengais berlian menjatuhkan buntalan berharganya. “Apa yang kalian lihat tidak akan pernah sampai di telinga masyarakat luar. Siapapun yang berkunjung ke pulau ini tidak akan pernah pernah ada yang bisa kembali.” Ucap lantang seseorang dengan perawakannya yang tinggi menjulang. Gertakan tersebut memicu putra mahkota Wang Wenxiao, putri Xiu Min juga Angin Topan untuk bersiap mencabut pedang yang mereka sarungkan di samping tubuhnya.
Rupanya pulau ini berpenghuni. Pikir putra mahkota Wang Wenxiao. “Kami telah mengembalikan harta kalian, biarkan kami pergi dari sini tanpa adanya sebuah pertempuran.” Ucap putra mahkota Wang Wenxiao berwibawa.
Cihh... “Kau kira semudah itu?” Ucap pemuda berperawakan tinggi disertai gelak tawa oleh para pengikutnya. Detik berikutnya kawanan prajurit berbaju zirah tersebut telah melakukan penyerangan. Putra mahkota Wang Wenxiao berhadapan langsung dengan pemuda berperawakan tinggi yang ia yakini sebagai pemimpin pasukan tersebut. Sedangkan putri Xiu Min beserta Angin Topan membantai penyerang lain dibantu para awak kapal yang disewa untuk mengamankan pelayaran. Pasukan penyerang berjumlah jauh lebih banyak dari pada para penumpang kapal. Hal tersebut merisaukan benak putri Xiu Min, Mengingat persenjataan pasukannya yang minim.  Suara senjata tajam saling beradu membangunkan hewan-hewan liar. Lolongan kesakitan mulai terdengar menambah miris suasana yang semakin mencekam.
Putri Xiu Min terperangah ketika sebuah lengan meraih pinggangnya. Ia berusaha melakukan perlawanan, akan tetapi sebuah pukulan keras yang mendarat pada lengannya berhasil melepaskan pedangnya dari genggaman tangannya. Ia meringis kesakitan tatkala kedua tangannya terbekuk di belakang tubuhnya. Pertempuran terhenti. “Kalian bisa meninggalkan pulau ini asalkan kalian bersedia meninggalkan gadis cantik ini.” Ujar pemuda berperawakan tinggi sambil menekankan bilah pedangnya pada leher putri Xiu Min.
“Kurang ajar! Dasar begundal tengik, langkahi dulu mayatku!” Gertak putra mahkota Wang Wenxiao tidak terima. Dirinya bermaksud untuk menghunuskan pedangnya pada kaki pemuda tersebut, namun penyerang lain berhasil menghalau serangannya. Angin Topan masih berkutat dengan beberapa penyerang lain yang sengaja memblokade dirinya. Sangat disayangkan jika saat ini ia tidak bisa melindungi putra mahkota Wang Wenxiao dari para penyerang.
Perlahan putri Xiu Min dibawa menjauh dari medan pertempuran oleh pemuda tersebut. Ia terus meronta berharap saat itu ia bisa terlepas dari cengkeraman pemuda yang membawanya. Namun, belitan tangan pemuda tersebut pada tubuhnya semakin erat. Ia hampir putus asa sebelum pada akhirnya sebuah anak panah mendarat pada jidat pemuda yang menangkapnya disusul erangan kesakitan memekakkan telinga. Terlihat sebuah sosok melompat dari atas rimbunnya pepohonan, sesaat sosok tersebut menatap nyalang pada putri Xiu Min kemudian mulai membidikkan puluhan anak panah kepada para penyerang. “Kaisar Huan.” Gumam putri Xiu Min begitu ia menyadari identitas sosok tersebut.

To be continue...

Maaf ya The Bloody Mission baru bisa update lagi setelah sekian lama penantian kalian.

Jangan lupa vote... 😉😊

THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang