Enjoy my story... 😉
***
Putri Xiu Min dan putra mahkota Wang Wenxiao berjalan beriringan keluar dari dalam kedai. Mereka memutuskan untuk melanjutkan misi utamanya, menemui wanita pujaan hati putra mahkota Wang Wenxiao.
"Lain kali kau harus datang ke kedai tadi untuk mencicipi olahan ikannya. Itu tidak akan mengecewakanmu karena semua olahan di kedai tersebut rasanya begitu lezat. Kau pasti akan sangat menyukainya." Ucap putri Xiu Min di tengah perjalanan.
"Aku rasa tidak. Aku lebih suka pasta gandum juga kue beras daripada daging."
"Kenapa? Apa kau sedang menurunkan berat badanmu?"
"Aku tidak memiliki masalah dengan berat badan."
"Bagaimana dengan tangyuan? Apa kau suka? Pada perayaan seperti ini biasanya tangyuan menjadi makanan utama bagi seluruh rakyat." Tanya putri Xiu Min dengan keingintahuannya yang khas. Menyantap tangyuan merupakan tradisi penting dari perayaan. Kue berbentuk bola ini terbuat dari tepung ketan yang bagian dalamnya diisi dengan berbagai isian yang berbeda-beda. Biasanya manis. Seperti gula putih, gula merah, biji wijen, kacang, kenari, kelopak mawar, pasta kacang, kurma atau kombinasi dari beberapa isian.
Tangyuan dapat direbus, digoreng atau dikukus. Biasanya kue berbentuk bola ini disajikan dalam sop beras yang sudah difermentasi yang disebut tian jiu atau arak manis. Sebagaimana tangyuan dilafalkan mirip dengan tuanyuan (kelompok bundar), yang artinya seluruh keluarga berbahagia berkumpul bersama, Masyakarat percaya bahwa bentuk bundarnya kue bola dan wadah mangkuknya melambangkan keutuhan dan kebersamaan. Oleh sebab itu, menyantap tangyuan pada perayaan merupakan cara bagi masyarakat untuk mengungkapkan harapan terbaik untuk keluarga dan masa depan kehidupan mereka.
"Aku suka, terutama tangyuan dengan isian kacang-kacangan di dalamnya." Ungkap putra mahkota Wang Wenxiao.
"Apa itu gadismu?" Sela putri Xiu Min mengalihkan perhatian putra mahkota Wang Wenxiao. Kini pandangan keduanya tertuju pada sosok seorang gadis yang saat itu sedang ikut mengantri di salah satu kedai untuk menebak teka-teki lampion. Memecahkan teka-teki lampion merupakan sebuah kegiatan yang sangat diminati oleh rakyat setempat. Para pemilik lampion menuliskan teka-teki pada secarik kertas catatan yang ditempelkan pada lampion berwarna-warni. Orang-orang ramai akan datang berkerumun untuk memecahkan teka teki tersebut. Jika salah satu dari mereka merasa tahu akan jawabannya, mereka bisa menarik kertas teka teki tersebut dan membawanya kepada pemilik lampion untuk dicek jawabannya. Jika benar, biasanya akan ada kado kecil sebagai hadiahnya.
Setelah melakukan pembicaraan singkat, putri Xiu Min dan putra mahkota Wang Wenxiao memutuskan untuk berada di tempat yang terpisah. Sesuai dengan kesepakatan, putri Xiu Min ditugaskan untuk menyampaikan sebuah surat yang telah diselipkan putra mahkota Wang Wenxiao di dalam hanfu yang tadi baru saja ia beli kepada gadis pujaannya. Sedangkan putra mahkota Wang Wenxiao, ia memutuskan untuk mengamati keadaan dari kejauhan sambil menikmati arak di sebuah kedai minuman.
"Kau sedang menebak teka-teki apa?" Tanya putri Xiu Min, mengagetkan seorang gadis yang tampak ragu setelah membaca sebaris teka-teki yang tertulis pada kertas lampion.
"Kau hampir saja merontokkan jantungku. Nona siapa?" Tanya gadis tersebut dengan raut terkejut.
"Aku Xiu, kau sendiri? Dari tadi ku perhatikan dirimu tampak serius memecahkan teka-teki itu." Tunjuk putri Xiu Min pada sebuah teka-teki yang tadinya diperhatikan gadis tersebut.
"Aku Yueyin. Iya, Aku rasa ada yang salah dengan teka-teki itu."
"Yueyin. Sinar bulan yang terang, Namamu sangat bagus. Kurasa kau dilahirkan pada saat bulan purnama."
"Tebakanmu sangat tepat." Ucap Yueyin dengan senyum terkembang.
"Kau tadi bilang jika ada yang salah dengan teka-teki itu? Apanya yang salah? Sebentar, akan kuambil teka-tekinya."
"Jangan diambil!" Larang Yueyin.
"Kenapa?" Tanya putri Xiu Min keheranan. Secara tiba-tiba Yueyin menahan tangannya saat dirinya hendak meraih lampion.
"Baca dulu teka-tekinya! Kurasa pemilik lampion itu mempunyai pikiran kotor."
"Putih, bulat, jika di buka dalamnya licin berair, enak, luarnya berserabut. Tidak ada masalah dengan pertanyaannya." Kata putri Xiu Min sambil membaca teka-teki yang tertulis pada kertas lampion.
"Tapi jawabannya... Jorok, tidak pantas diucapkan."
"Hahahaha... Kau lucu sekali. Ayo, ikuti aku ke pemilik lampion ini. Akan kujawabkan teka-teki ini untukmu." Ajak putri Xiu Min sambil terus tertawa.
"Aku tidak mau!" Kekeuh Yueyin.
"Ayolah... Kupastikan jawabanku benar. Kau bisa mengambil hadiahnya untukmu." Bujuk putri Xiu Min menarik pergelangan tangan Yueyin untuk mendekat ke pemilik lampion.
"Tapi, nanti kau yang berada di depan, aku di belakangmu."
"Percayalah, semua akan baik-baik saja. Keranjang ini sangat mengganguku, bisakah kau bawakan keranjangku ini?" Pinta putri Xiu Min seraya memberikan keranjangnya kepada Yueyin.
Kini keduanya semakin mendekati tempat dimana pemilik lampion itu berada. Dengan langkah gontai putri Xiu Min membawa teka-teki lampion tersebut ke pemiliknya. Yueyin masih setia mengekor di belakangnya dengan kepalanya yang tertunduk. Pemilik lampion tersebut seorang lelaki yang sudah cukup tua usianya. Rambutnya yang panjang telah memutih, seiring dengan beberapa giginya yang telah tanggal. Lelaki tersebut mengenakan hanfu berwarna putih lapis luarnya yang berwarna cokelat keemasan. Tangan kanannya tampak memegang cerutu yang sesekali ia hirup.
"Paman, lampion ini benar milikmu bukan?" Tanya putri Xiu Min memastikan.
"Tentu, itu milikku. kau bisa menjawab teka-tekinya?" Ucap pemilik lampion sambil menghisap cerutunya. Asap putih berbentuk lingkaran menguar dari bibirnya yang sudah berkeriput.
"Akan kucoba." Kata putri Xiu Min dengan mantap.
"Kau percaya diri sekali. Beberapa orang selalu salah saat menebaknya teka-teki ini. Itu teka-teki lampion terlama yang belum pernah terpecahkan, pastikan dulu jawabanmu." Ucap si pemilik lampion memberitahu.
"Xiu, sebaiknya kita pergi dari tempat ini, sebelum nantinya kita akan dijadikan bahan tertawaan oleh para pengunjung." Bisik Yueyin sambil menarik ujung hanfu putri Xiu Min.
"Kau tenang saja Yueyin, aku begitu yakin jika kita akan memenangkannya."
"Apa jawabanmu? Di belakangmu banyak pengunjung yang mengantri untuk menebak teka-teki lampionku." Ucap pemilik lampion menyela pembicaraan keduanya.
"Jawabannya kelapa muda, benarkan paman?" Ujar putri Xiu Min percaya diri. Pak tua pemilik lampion menghembuskan kepulan asap cerutu dari kedua lubang hidungnya, dia berbalik ke belakang memerintahkan anak buahnya untuk mengambilkan sesuatu."Qinshe! Ambilkan bingkisan terbaik yang sudah kita siapkan. Seorang gadis telah berhasil menjawab teka-teki laknat itu."
"Jadi jawabannya kelapa muda?" Tanya Yueyin dengan nada keheranan.
"Kurasa begitu, kenapa kedua pipimu tiba-tiba memerah Yueyin?"
"Aku bodoh sekali, mengira jawabannya yang bukan-bukan." Ungkap Yueyin.
"Memangnya apa jawabanmu?"
"Emmm... Lupakan! itu sudah tidak penting lagi, yang penting saat ini kau memenangkan teka-tekinya." Alih Yueyin.
"Kau berhasil memecahkan teka-teki lampionku. Ini bingkisan untukmu nona, di dalamnya ada sesuatu yang berharga. Kau bisa datang di perayaan selanjutnya untuk menebak, akan kubuatkan teka-teki khusus untukmu." Ucap pemilik lampion sambil terkekeh memamerkan beberapa giginya yang sudah tanggal.
"Terimakasih paman, aku akan datang kesini lagi di perayaan selanjutnya." Jawab putri Xiu Min menanggapi.
Selesai menerima bingkisan, keduanya meninggalkan tempat menebak teka-teki lampion. Sesuai kesepakatan, putri Xiu Min memberikan bingkisan tersebut kepada Yueyin. Dari kejauhan putra mahkota Wang Wenxiao memberikan kode kepada putri Xiu Min agar lekas meninggalkan tempat perayaan tersebut. Putri Xiu Min menanggapinya dengan sebuah acungan jempol yang berarti baiklah.
"Yueyin, kurasa keluargaku telah lama menungguku. Kami berencana akan menghanyutkan lampion bersama." Ucap putri Xiu Min ketika keduanya telah berada di persimpangan jalan.
"Baiklah jika begitu, kita berdua sebaiknya berpisah disini. Terimakasih atas bingkisannya Xiu." Ujar Yueyin yang ditanggapi dengan sebuah anggukan oleh putri Xiu Min. Setelahnya putri Xiu Min segera bergegas meninggalkan Yueyin menuju kakak pertamanya.
"Xiu...!" Panggil Yueyin saat putri Xiu Min berada tiga blok dari tempat Yueyin berdiri. Mendengar namanya dipanggil putri Xiu Min menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap Yueyin yang mengangkat tinggi-tinggi keranjang hanfu miliknya.
"Ambil saja keranjang itu untukmu." Teriak kemudian kepada Yueyin.
"Kau baik sekali, aku suka bertemu denganmu." Balas Yueyin dari kejauhan. Persimpangan tersebut menjadi saksi akan perpisahan keduanya. Dengan senyum bahagia Yueyin membawa pulang kedua hadiah pemberian putri Xiu Min. Ditempat lain putri Xiu Min bersama dengan kakak pertamanya Wang Wenxiao tertawa lepas. Keduanya merayakan keberhasilan misinya yang dibumbui dengan kelucuan Yueyin.
Pagi yang cerah di wilayah kerajaan Tao. Langit biru terhampar bersih tanpa awan. Hembusan angin lembut bertiup dari pesisir laut menuju ke daratan. Tidak jauh dari tepian pantai, berdiri kokoh gerbang pembatas kerajaan Tao menjulang tinggi. Benteng berdinding tebal terlihat mengular dari kejauhan memagari setiap sisi wilayah kerajaan. Suara ombak berdebur membelah keheningan tiap kali menerpa bebatuan. Di pendapa taman istana kaisar Huan Hong tengah duduk menikmati teh sambil memandang halaman luas tempat dimana ia beserta Zhang Jinzi biasa berlatih.
“Beberapa hari ini aku tidak melihat Jinzi berlatih. Kemana perginya dia beberapa hari ini?” Ucap kaisar Huan Hong kepada Kasim Li yang selalu setia mendampingi.
“Ampun yang mulia, akhir-akhir ini hamba melihat pangeran Zhang Jinzi pergi berkuda ke arah pantai begitu fajar menyingsing.” Jawab Kasim Li memberikan informasi.
“Sepagi itu?”
“Iya yang mulia.”
“Aku akan keluar istana tanpa pengawalan. Kumpulkan semua punggawa kerajaan di balairung istana siang nanti.” Perintah kaisar Huan Hong kepada Kasim Li.
“Baik yang mulia, akan segera hamba kumpulkan.”
Selesai memberikan perintah kepada Kasim Li kaisar Huan Hong bergegas menyusuri lorong-lorong istana menuju halaman depan. Di halaman depan kuda tunggangannya telah disiapkan. Seorang penjaga istal memberikan salam penghormatan kepadanya, mempersilahkan kaisar Huan Hong untuk naik. Namun, Kaisar Huan Hong tidak langsung menaiki kuda tersebut, dia berjalan ke depan membelai surai kudanya yang lebat. Kuda tersebut berwarna hitam berkilat & memiliki perawakan yang kekar.
“Aku telah menemukannya.” Bisik kaisar Huan Hong di telinga kuda kesayangannya. Dia teringat akan kenangannya beberapa tahun yang lalu, saat tabib Chou memberikan hadiah dua buah kuda yang serupa kepada dirinya serta Xiu Min. Ia teringat akan saat-saat membahagiakan ketika dirinya memacu kudanya bersama Xiu Min di sepanjang pantai hingga matahari tenggelam. Tawa lepas Xiu Min seolah kembali terngiang di telinganya. Kaisar Huan Hong baru tersadar dari lamunannya ketika sebuah benda lunak menyentuh kulit tangannya. Ia tersenyum tipis saat mengetahui benda lunak tersebut merupakan lidah dari kuda kesayangannya. Dengan sigap kaisar Huan Hong naik ke atas kuda, dia memacu kudanya perlahan menuju pantai. Untuk mencapai tepian pantai kaisar Huan Hong harus melalui sebuah perbukitan menurun dengan padang ilalang luas di kanan kirinya. Angin sepoi beraroma laut menerbangkan tiap helaian rambutnya saat berpacu. Beberapa penduduk yang ia lalui tampak memberikan salam penghormatan kepadanya. Kebanyakan dari mereka merupakan nelayan yang baru pulang dari berlayar. Tidak membutuhkan waktu lama, dari kejauhan hamparan birunya air laut sudah tampak. Pantai di wilayah kerajaan Tao merupakan salah satu pantai terindah di inkarnate. Airnya sangat jernih dengan pasir putih di sepanjang pesisirnya. Di sekeliling tampak tebing-tebing tinggi menjulang dengan bebatuan berwarna putih. Kumpulan burung camar terbang merendah beberapa kaki diatas permukaan air. Samar-samar terdengar alunan suara seruling menggema diantara bebatuan. Kaisar Huan Hong sudah sangat mengenal alunan suara seruling tersebut. Dengan perlahan kaisar Huan Hong turun dari atas kuda, ia menambatkan tali kekang kudanya pada sebuah batang pohon tumbang di pinggiran pantai.
Kaisar Huan Hong mulai melangkah ke arah sumber suara di balik bebatuan. Dilihatnya pangeran Zhang Jinzi tengah duduk bersandar di antara bebatuan menatap kosong ke arah lautan lepas.
“Apa yang kau lakukan di tempat ini?” Ucap kaisar Huan Hong kepada pangeran Zhang Jinzi seraya mengambil duduk di atas batu besar menghadap ke laut. Menyadari jika dirinya tidak lagi di tempat itu sendirian pangeran Zhang Jinzi menghentikan tiupan serulingnya. Dia menatap sekilas siluet kakaknya yang tengah melemparkan bebatuan kecil ke tengah laut.
“Menghindarimu.” Jawabnya singkat.
“Kenapa? Kau marah padaku?” Selidik kaisar Huan Hong.
“Ampun yang mulia, hamba tidak berani.” Ucap pangeran Zhang Jinzi sambil mencondongkan tubuhnya, membuat gerakan seperti menyembah.
“Apa yang kau lakukan? Jangan lakukan hal seperti itu lagi di hadapanku.” Sungut kaisar Huan Hong. Tindakan pangeran Zhang Jinzi benar-benar membuatnya kesal. Ia merasa terhina akan ucapan adiknya.
“Apa salahnya? Kau seorang penguasa inkarnate, wajar bila aku memperlakukanmu seperti itu. Lagipula aku hanya secuil bagian yang tidak begitu penting di istana.”
“Hentikan ucapanmu Jinzi!” Bentak kaisar Huan Hong seraya menatap wajah adiknya lekat-lekat. Dia menghembuskan napas kasar kemudian melanjutkan perkataannya. “Kau marah padaku karena putri Xiu Min?”
“Lebih tepatnya kecewa! Aku akui kau seorang kaisar, penguasa inkarnate. Kau bisa memberikan perintah kepada siapapun semaumu. Tapi aku mohon jangan campuri urusan percintaanku. Kau tidak bisa melarangku untuk menikahinya. Dengan atau tanpa ijin darimu aku akan tetap pergi untuk melamar dirinya siang nanti!” Ucap pangeran Zhang Jinzi menggebu-gebu.
“Itu tidak akan pernah terjadi! Kau tidak berhak atas dirinya!” Gertak kaisar Huan Hong tak kalah keras.
“Kau benar-benar egois! Kau pergunakan kekuasaanmu untuk mengenyangkan egomu.”
“Jika bukan dia wanita yang kau inginkan sudah pasti akan kukabulkan permintaanmu.”
“Memangnya apa salahnya dengan dirinya? Dia wanita baik-baik, seorang putri dari kaisar Xingguang Zao yang masyur akan kebijaksanaanya. Apa kurangnya dengan dirinya?” Tanya pangeran ihang Jinzi tidak habis pikir dengan keputusan kakaknya.
“Tidak ada yang kurang dengan dirinya, dia sempurna. Tapi permasalahannya dia venusku!”
“Hahahaha… Kau pasti sedang membual! Kau berbohong! Katakan saja jika kau juga tertarik pada dirinya!”
“Aku tidak berbohong Jinzi, itu kebenarannya. Aku bisa membawamu bertemu dengan tabib Chou untuk membuktikan kebenaran ucapanku.” Ucap kaisar Huan Hong berusaha untuk meyakinkan adiknya.
“Sial! Aku membencimu!” Ungkap pangeran Zhang Jinzi dengan kesal. Dirinya mendorong keras tubuh kakaknya hingga tercebur ke dalam air. Tak kalah cepat, kaisar Huan Hong meraih pergelangan kaki adiknya saat akan melarikan diri. Kehilangan keseimbangan, pangeran Zhang Jinzi terjerembab ke belakang kemudian ikut tercebur ke dalam air. Kini keduanya sama-sama basah, berada di dalam air, saling menyerang satu sama lain, hingga akhirnya keduanya tertawa lepas layaknya remaja belasan tahun. Mereka tersadar akan kekonyolan yang telah mereka lakukan.
“Kau lelaki bodoh! Kenapa kau bersikap acuh seolah tidak mengenalnya saat berada di kerajaan Tang?” Tanya pangeran Zhang Jinzi saat keduanya sudah keluar dari dalam air.
“Memangnya apa yang harus aku lakukan? Mengungkap kebenarannya di hadapan semua tamu undangan? Hal tersebut dapat memancing emosi ketiga kaisar gila itu.”
“Andai aku terlahir lebih dahulu, Akan kunikahi dia saat itu juga. Kau penguasa inkarnate kak, kau pemegang kekuasaan tertinggi. Ketiga kaisar itu tidak ada apa-apanya dibanding kau.”
“Menjadi penguasa inkarnate tidak semudah itu. Aku menangkap gelagat aneh putri Xiu Min, sepertinya ada sebuah misi yang sedang ia jalani. Aku tidak bisa mengacaukan misinya begitu saja.”
“Misi? Darimana kau tahu jika dia memiliki sebuah misi?” Tanya pangeran Zhang Jinzi keheranan.
“Aku sudah lama mengenalnya. Intuisi ku kuat.”
“Kepribadianmu sangat langka, kau sulit untuk ditebak. Lalu apa rencanamu selanjutnya?”
“Siang ini aku akan mengirimkan beberapa pengawal untuk menyampaikan lamaranku. Jika kau mau, kau boleh memimpin rombongannya ke kerajaan Tang.”
“Kenapa tidak kau saja yang pergi kesana?”
“Sengaja kulakukan, aku ingin dia kesal.”
“Bagaimana jika dia tidak mau berkunjung kesini? Atau bahkan jika dia menolak lamaranmu?”
“Kupastikan itu tidak akan terjadi. Menikah denganku adalah salah satu dari misinya.”
“Kau percaya diri sekali, kau selalu saja mengutamakan intuisi.”
Matahari sudah meninggi di langit timur. Kini keduanya berjalan beriringan menuju kuda masing-masing. Sepanjang perjalanan pulang menuju istana, keduanya terus berbicara. Tidak menghiraukan pakaian basah yang masih melekat pada tubuh mereka.***
Hay! 😂 Gimana kelanjutannya? Ini baru sampai di hari kedua pesta kerajaan Tang berlangsung ya... Kedepannya masing banyak kejadian seru lainnya. 😋

KAMU SEDANG MEMBACA
THE BLOODY MISSION
FantasíaKerajaan Tao merupakan penguasa inkarnate, di mana kaisar Huan Hong sebagai kaisarnya. Dalam inkarnate tersebut terdapat lima kerajaan, yang mana keempat kerajaan lainnya tunduk di bawah kekuasaan kaisar Huan Hong. Empat kerajaan tersebut terdiri da...