Chapter 9

1.4K 127 0
                                    

Putri Xiu Min termenung menatap gumpalan awan yang berarak menutupi pesona sang dewi malam.  Ia membiarkan jendela kamarnya terbuka malam ini, memberi kesempatan kepada angin malam untuk menerbangkan anak-anak rambutnya. Di atas cakrawala tampak purnama jingga memancarkan cahaya berlapis, beberapa kelelawar tampak berterbangan membuat lintasan memutar di sekeliling dahan pohon dedalu.
Gerakan yang di lakukan kaisar Huan Hong untuk menyerangku sama persis dengan gerakan menyerang yang di lakukan oleh Zhang setiap kali dirinya kesal terhadap diriku. Aku seolah-olah merasakan kehadiran Zhang pada dirinya. Bagaimana bisa hal ini bisa terjadi? Mereka berdua orang yang berbeda, apa hal ini semata-mata karena aku terlalu merindukan Zhang? Oh... Zhang yang rupawan di manakah dirimu berada? Batin putri Xiu Min seraya membenamkan wajah ayunya pada kedua lututnya yang di tekuk.
"Yang mulia kaisar telah tiba." Seru penjaga pintu kediaman putri Xiu Min di paviliun utara. Mendengar seruan tersebut putri Xiu Min segera beranjak turun dari atas ranjangnya. Ia merapikan diri di depan cermin kemudian bersiap diri untuk menyambut kedatangan ayahandanya. Suara percakapan antara ayahandanya dan putra mahkota Wang Wenxiao terdengar semakin jelas di telinganya. Tak lama berselang, pintu ganda biliknya terbuka menampakkan sosok kaisar Xingguang Zao juga putra mahkota Wang Wenxiao.
"Hormat hamba, ayahanda panjang umur hingga ribuan tahun." Ucap putri Xiu Min memberi salam penghormatan kepada ayahandanya.
"Duduklah putriku! Aku ingin berbicara kepadamu." Perintah kaisar Xingguang Zao dengan raut tertekuk. Mereka bertiga menuju karpet merah yang tergelar di pojok ruangan yang di lengkapi sebuah meja ukir berwarna keemasan. Senada dengan bantalan dudukannya.
"Aku mendengar kabar mengenai perhelatan dirimu dengan kaisar Huan Hong." Ucap kaisar Xingguang Zao membuka percakapan.
"Ampuni hamba ayahanda, kaisar Huan Hong yang memulai perhelatan tersebut." Bela putri Xiu Min tidak ingin disalahkan atas kejadian semalam.
"Kau masuk ke dalam penginapan tamu pria seorang diri tanpa adanya suatu pengawalan?" Tanya kaisar Xingguang Zao hampir seperti sebuah pernyataan.
"Tujuan hamba datang ke penginapan hanya ingin memperbaiki situasi ayahanda, tidak ada maksud lain."
"Memperbaiki situasi katamu? Kau justru memperparah situasi putriku." Tegas kaisar Xingguang Zao mulai geram. Seketika suasana menjadi hening, mereka hanyut dalam pemikirannya masing-masing. Di seberang meja putri Xiu Min tampak tertunduk memainkan ujung hanfunya. Berbagai suara memenuhi kepalanya. Kebenciannya terhadap kaisar Huan Hong semakin berkembang di dalam dirinya.
"Oh dewi... Kulitmu putih bagaikan marmer, tatapanmu tajam setajam kilauan batu giok. Akan ku bawa dirimu ke nirwanaku dewi... Dimanakah dirimu? Aku mencarimu." Tiba-tiba saja terdengar suara parau seperti orang mengigau dari luar jendela, disusul suara batuk yang tidak tertahankan yang berakhir dengan suara muntahan menjijikkan. Putri Xiu Min bangkit dari bantalan duduknya, ia berjalan menuju jendela kamarnya yang terbuka. Sama-sama diliputi rasa penasaran putra mahkota Wang Wenxiao mengikuti dirinya dari belakang.
"Oh dewi... Kau kah di sana? Kemarilah! Demi dirimu aku rela untuk menceraikan semua gundik-gundik ku." Di luar sana berdiri sosok kaisar Chen Guang dengan keadaannya yang sungguh memprihatinkan. Tangan kanannya menggenggam sebuah kendi labu berisikan arak. Jubah kekaisrannya begitu berantakan, tampak basah di sana-sini akibat guyuran arak yang ia teguk sembarangan. Dia terus tertawa layaknya orang gila dan memasang raut wajah yang begitu mendamba ketika menatap sosok putri Xiu Min.
"Bagaimana bisa dia masuk ke area kediamanku?" Tanya putri Xiu Min tanpa melepaskan tatapan matanya pada sosok kaisar Chen Guang.
"Tidakkah kau lihat? Kaisar gila itu membawa belati di tangan kirinya, dia tidak segan untuk menghunuskan belati itu kepada siapa saja yang berusaha menghalanginya." Terang putra mahkota Wang Wenxiao. “Aku rasa dirinya telah mengancam para penjaga yang berusaha menghalanginya, atau bahkan telah membunuh mereka.”
"Lalu apa yang harus kita lakukan?" Putri Xiu Min mulai panik karena kaisar Chen Guang semakin mendekat ke arah jendela sambil bergumam tidak jelas.
"Tutup jendelanya!" Perintah putra mahkota Wang Wenxiao. Seketika itu pula putri Xiu Min menutup jendela kamarnya sedikit membanting hingga menimbulkan suara berdebam.
"Dewi... Kemana kau pergi? Kau milikku, hanya milikku." Kaisar Chen Guang tiada henti berteriak meraung-raung. Suaranya parau perpaduan antara tangis juga tertawa.
"Laporkan kejadian ini kepada kaisar Huan Hong, hanya dia yang lebih berhak mengatasi perkara ini karena kedudukannya yang lebih tinggi dari semua kaisar." Perintah kaisar Xingguang Zao kepada putra mahkota Wang Wenxiao.
"Baiklah ayahanda, hamba ijin untuk undur diri." Putra mahkota Wang Wenxiao undur diri dengan langkahnya yang begitu tergesa.
"Putriku, ketahuilah bahwa seorang lelaki lebih tertarik untuk mengejar wanitanya. Kau tidak perlu terlalu menunjukkan keinginanmu pada kaisar Huan Hong, besuk Wang Shen akan membantumu. Kakak keduamu pakarnya mempermainkan hati lawan jenis, kau bisa mengorek informasi darinya." Kata kaisar Xingguang Zao dengan bijak.
"Kakak kedua? Tapi ayahanda, kakak kedua orangnya tidak pernah serius. Bagaimana bisa hamba mempercayainya?" Protes putri Xiu Min. Baginya bekerjasama dengan kakak keduanya merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan.
"Kau belum mengenal kakak keduamu dengan baik. Percayalah, dia ahlinya dalam masalah percintaan." Ucap kaisar Xingguang Zao kembali meyakinkan.
Tidak ada pilihan lain yang bisa ia ambil. Dengan keengganannya putri Xiu Min menyetujui usulan ayahandanya. "Baiklah besuk pagi hamba akan meminta bantuan kepada kakak kedua."
"Jika begitu aku sudah selesai dengan pembicaraanku.” Setelah menyelesaikan kalimatnya kaisar Xingguang Zao bangkit dari duduknya, bermaksud untuk kembali ke kediamannya.
"Kenapa ayahanda terburu-buru? Bahkan aku belum menuangkan secawan teh untuk ayahanda." Ucap putri Xiu Min sambil mengangkat poci tehnya.
Kaisar Xingguang Zao menautkan kedua alisnya "Gadisku sudah menunggu, dia akan merajuk jika aku tidak segera kembali." Ia terkekeh sesaat ketika melihat ekspresi keterkejutan putrinya.
"Ayahanda mempunyai selir baru? Dia masih gadis?" Ujar putri Xiu Min penuh selidik.
"Apa yang kau katakan? Permaisurilah gadisku. Aku tidak akan menambah lagi jumlah selirku. Asal kau tahu, bukannya diriku tidak mampu hanya saja aku tidak ingin merepotkan tabib istana untuk meracikanku ramuan perkasa setiap malamnya.”

***

Keesokan harinya putri Xiu Min bangun lebih awal daripada biasanya. Pagi ini ia berencana menemui kakak keduanya pangeran Wang Shen di paviliun burung Hong. Suasana pagi itu begitu dingin. Kabut tebal menyelimuti seluruh area kerajaan Tang. Menghiraukan udara pagi yang begitu menusuk, putri Xiu Min mempercepat langkahnya. Ia melompati beberapa anak tangga kemudian menerobos masuk ke dalam kediaman kakak keduanya.
  Sesuai perkataan kepala dayang, pagi ini pangeran Wang Shen belum bangun dari tidurnya.  Tiba-tiba saja sekelebat ide muncul di kepala putri Xiu Min. Secara perlahan ia berjalan mengendap-endap menerobos pintu ganda bilik pangeran Wang Shen. Putri Xiu Min terdiam selama beberapa saat, memperhatikan betapa memalukannya raut wajah kakak keduanya waktu tertidur. Pangeran Wang Shen  mendengkur keras dengan mulutnya yang sedikit terbuka membentuk huruf o kecil. Kedua tangannya berada disisi kepala, mencengkeram sebuah benda berbentuk ikan yang terbuat dari anyaman rotan pilihan. Sungguh menggelikan. Sekilas muncul sebuah keinginan di pikiran putri Xiu Min untuk mengusik tidur nyenyak kakak keduanya. Tidak membuang waktu, putri Xiu Min melangkah keluar menuju dapur istana.
Kedatangan putri Xiu Min di dapur istana disambut gugup oleh seluruh dayang istana, termasuk juru masak istana.  Raut ketakutan membayang di wajah-wajah pucat mereka. “Apa kau bisa memberikanku beberapa perasan air lemon?" Tanya putri Xiu Min kepada salah satu dayang istana.
“Ampun putri Xiu Min, apa putri Xiu Min menginginkan makanan tertentu dari perasan air lemon terse-?”
"Aku ingin mencampurkannya pada adonan maskerku." Potong putri Xiu Min mendahului perkataan dayang yang berada di hadapannya.
"Ba... Baik putri Xiu Min, akan segera hamba siapkan." Gagap sang dayang sebelum akhirnya ia menyelinap masuk ke dalam ruang penyimpanan.
Tak butuh waktu lama untuk menanti, dayang tersebut kembali dengan langkah tergesa memberikan secawan perasan air lemon kepada putri Xiu Min. Dengan penuh semangat putri Xiu Min meraih cawan kecil pemberian sang dayang, ia bergegas kembali ke kediaman kakak keduanya, di paviliun burung Hong. Sepanjang perjalanan putri Xiu Min menampilkan tawa terkembangnya, menyiratkan bahwa akan adanya suatu kejailan yang hendak ia ciptakan. Pangeran Wang Shen masih dalam posisinya semula, dengan langkah yang penuh kehati-hatian putri Xiu Min duduk di sisi ranjang kakaknya. Sambil menahan kikikannya ia mengucurkan perasan air lemon tersebut ke dalam mulut pangeran Wang Shen yang terbuka. Rencana putri Xiu Min berjalan sesuai dengan keinginannya. Seketika itu pula pangeran Wang Shen terbangun dari tidurnya. Ia mengumpat kasar kemudian terbatuk hingga mukanya tampak memerah, ia tersedak berkali-kali karena perasan air lemon yang terasa begitu asam di dalam kerongkongannya.
Betapa  geramnya ia ketika kedua matanya mendapati adik kelimanya yang saat itu tengah terbahak di sisi ranjangnya. Merasa kesal pangeran Wang Shen melemparkan selimut tebalnya ke muka putri Xiu Min."Dasar setan kecil, akan kulaporkan perbuatanmu kepada ayahanda!" Ancamnya kepada adik kelimanya.
"Kau sangat payah, seorang lelaki tidak pantas untuk mengadu. Dimana harga dirimu?" Kekeh putri Xiu Min tanpa henti.
"Bisakah kau keluar dari kamarku?" Gertak pangeran Wang Shen mulai kesal, ia mengacak-acak surai rambutnya kemudian membenarkan ikatan hanfunya.
"Kau mengusirku? Asal kau tahu, aku tidak takut dengan gertakanmu. Aku tidak mengira jika kau selalu tidur dengan benda semacam ini.” Ucap putri Xiu Min seraya meraih sebuah benda yang terselip di antara selimut.
"Kau! Astaga, aku benar-benar ingin memakanmu. Letakkan benda itu!” Geram pangeran Wang Shen. Memperhatikan ketenangan adiknya yang seolah tidak terpengaruh dengan perkataannya, dengan kecepatannya pangeran Wang Shen meraih benda tersebut dari tangan adiknya. Ia memasukkan benda tersebut ke dalam laci meja yang berada di samping ranjangnya, kemudian menguncinya.
"Jadi belum ada satu pun orang yang tahu tentang hal ini? Tapi mengapa pilihanmu jatuh pada seekor ikan? Bukankah singa lebih cocok untuk seorang lelaki?"
"Kau yang pertama. Asal kau tahu, lelaki itu kucing. Seekor kucing sangat tertarik dengan seekor ikan." Jelas pangeran Wang Shen sedikit ketus.
"Kau menganalogikan seorang lelaki dengan seekor kucing? Pemikiran yang menarik." Ucap Xiu Min seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Apa tujuanmu datang ke kamarku sepagi ini? Kau ingin menggodaku?" Alih pangeran Wang Shen dengan memasang tampang menggoda.
"Apa kau bilang? Aku datang kesini ingin meminta bantuanmu." Serbu putri Xiu Min penuh semangat.
"Aku tidak akan membantumu, kau telah mengacaukan mimpi manisku." Tegas pangeran Wang Shen yang sepertinya terlihat tidak main-main di mata putri Xiu Min.
"Ayolah kak, bantulah aku." Bujuk putri Xiu Min seraya mengeluarkan jurus manjanya, ia bergelayut pada lengan kakak keduanya. Terberkati lah dirinya karena di karuniai paras yang cantik.
Pangeran Wang Shen hampir saja luluh karenanya. Namun, dengan cepat ia berucap "Tak akan!"
“Hmm... Bagaimana caranya memikat hati lelaki?" Ujar putri Xiu Min tanpa basa-basi.
"Apa! Apa yang ada di dalam pikiranmu? Aku tidak akan membiarkan adikku menjadi seorang wanita penggoda.” Pangeran Wang Shen terkejut akan pertanyaan adiknya, sungguh dirinya tidak akan pernah rela jika adiknya beralih menjadi wanita penggoda.
Tidak ingin berdebat dengan kakak keduanya, akhirnya putri Xiu Min memilih untuk menceritakan seluruh rencananya bersama ayahandanya. Dirinya menceritakan tiap urutan kejadian secara rinci hingga kakak keduanya Wang Shen mengerti akan maksudnya.
"Jadi itu alasanmu? Kau senasib dengan kakak pertama." Gumam pangeran Wang Shen masih menampakkan sikap keacuhannya.
"Aku tidak butuh komentarmu, aku hanya ingin tahu trik-trik yang kau miliki untuk menaklukkan hati seorang lelaki." Gerutu putri Xiu Min tidak sabar.
"Diamlah. Hari ini di istana akan dilangsungkan acara memanah yang diikuti seluruh perwakilan Kerajaan yang berada di inkarnate, baik kaisar maupun bangsawan diperbolehkan mengikuti acara tersebut. Aku mempunyai sebuah pemikiran bagus untuk mewujudkan seluruh rencanamu."
"Cepat beritahu kepadaku apa rencanamu?" Desak putri Xiu Min dengan keingintahuannya yang begitu mengakar.
Pangeran Wang Shen memasang raut serius. Ia menghela napas sejenak sebelum akhirnya memberitahukan ide cemerlang yang sempat terlintas di dalam kepalanya kepada putri Xiu Min. Mereka hanyut dalam sebuah pembicaraan yang panjang, sesekali keduanya saling terkikik memandang satu sama lain. Mereka menghiraukan matahari yang semakin meninggi di ufuk timur, juga ritual pagi yang telah terlewatkan.









Puteri Xian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Puteri Xian


To be continue...

THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang