Chapter 18

1.2K 122 25
                                    

Suara keriuhan dari luar menyadarkan putri Xiu Min juga putra mahkota Wang Wenxiao akan pesta yang telah berlangsung di danau wine. Karenanya mereka berdua segera memutuskan untuk undur diri dari kediaman tabib istana. Dengan langkah gontai mereka bergegas menuju danau wine. Pada malam hari air danau wine tampak berwarna merah pekat layaknya lautan darah.
Kini putri Xiu Min juga putra mahkota Wang Wenxiao tengah berjalan menyusuri lorong-lorong istana kerajaan Mao menuju danau wine. Dari kejauhan tampak selir-selir kaisar Huang Yan saling berlarian. Mereka saling berebut sampan yang akan mereka pergunakan untuk menyeberang ke hutan daging. Memang kaisar Huang Yan membatasi jumlah sampan yang diperbolehkan untuk berlayar di danau wine, karenanya para selir diharuskan mengantri jika ingin menuju hutan daging.
“Tertarik untuk bersampan?” Tanya putra mahkota Wang Wenxiao kepada putri Xiu Min ketika keduanya telah berada di tepian danau wine.
“Sepertinya cukup menarik.” Jawab putri Xiu Min sambil mengedipkan sebelah matanya sebagai tanda sebuah persetujuan. Keduanya segera melangkah menaiki sebuah sampan khusus yang telah disediakan untuk para tamu kehormatan.  Keduanya mulai mendayung menuju hutan daging yang berada di tengah-tengah danau. Sampan yang mereka tumpangi melaju cukup cepat menyalip beberapa sampan lain yang dinaiki selir-selir kaisar Huang Yan.
“Wahh.” Ucap para selir ketika mendapati putra mahkota Wang Wenxiao berada di tengah-tengah mereka. Mungkin mereka terpukau akan ketampanan juga kekekaran tubuh yang dimiliki putra mahkota Wang Wenxiao.
Keduanya semakin mendekati hutan daging, tampak jelas oleh keduanya aneka daging panggang yang bergelantungan di setiap cabang pohon yang mengelilingi hutan daging. Uniknya daging-daging tersebut dipanggang secara utuh.
“Apa yang selir-selir itu lakukan?” Tanya putri Xiu Min melihat sekumpulan selir yang saat itu saling berlarian keseluruh penjuru danau wine.
“Menangkap kunang-kunang.” Jawab putra mahkota Wang Wenxiao masih fokus pada aktivitasnya mendayung sampan.
“Apa? Untuk apa mereka bersusah payah menangkapnya?”
“Ini sudah merupakan suatu bagian dari cara kaisar Huang Yan untuk menentukan selir mana yang akan menghabiskan malam dengannya. Setiap malam kaisar Huang Yan akan menerbangkan ribuan kunang-kunang di hutan daging, selanjutnya para selir akan saling berebut untuk menangkapnya. Bagi mereka yang berhasil menangkap kunang-kunang terbanyak akan terpilih untuk menghabiskan malam dengan kaisar Huang Yan.” putra mahkota Wang Wenxiao memberikan penjelasan.
“Cara yang cukup unik.” Ucap Xiu Min menanggapi. Tak lama mereka berdua tiba di hutan daging. Para selir masih sibuk dengan kunang-kunang tangkapannya. Hutan daging itu cukup luas, memiliki diameter sekitar 2 hektar dengn tumbuhan perdu tumbuh disekelilingnya. Banyak jenis daging tergantung di sana, seperti daging rusa, kelinci, ayam, juga kambing muda yang menjadi santapan terlezat bagi mereka. Beraneka bentuk cawan tersedia di setiap sisi hutan, para selir juga kaisar Huang Yan menggunakan cawan-cawan tersebut untuk mengambil wine langsung dari dalam danau. Putri Xiu Min juga putra mahkota Wang Wenxiao semakin jauh berjalan memasuki hutan daging. Di tengah hutan mereka menjumpai sebuah rak buku berukuran besar berada di sana. Di dekatnya terdapat beberapa bangku yang bisa dipergunakan untuk membaca.
“Di dalam hutan ini juga ada perpustakaan?” Ucap putri Xiu Min agak takjub dengan apa yang ia temui di dalam hutan daging.
“Aku juga baru mengetahuinya. Ayo kita lihat buku apa saja yang mereka sediakan.” Ajak putra mahkota Wang Wenxiao. Keduanya segera mengambil beberapa buku dari rak, Mereka bergegas membawa buku-buku tersebut ke bangku terdekat untuk membacanya. Putri Xiu Min juga putra mahkota Wang Wenxiao sengaja mengambil buku yang berukuran sangat tebal, mereka beranggapan jika isi buku tersebut paling lengkap di antara buku yang lainnya. Begitu duduk mereka segera membuka sampul buku tersebut. Namun, baru tiba di halaman pertama keduanya saling berpandangan. Kedua pipi putri Xiu Min tampak memerah setelah mengetahui isi dari buku tersebut.
“Apa yang kau baca?” Tanya putra mahkota Wang Wenxiao masih dengan tatapan terbelalak. Di hadapannya putri Xiu Min hanya diam seribu bahasa, segera dirinya menghadapkan buku yang baru saja ia buka ke hadapan kakak pertamanya. Betapa terkejutnya putra mahkota Wang Wenxiao, isi buku tersebut sama dengan isi buku yang ia baca. Kedua buku tersebut membahas berbagai macam posisi senggama lengkap dengan gambar ilustrasinya.
“Aku tidak mau membacanya.” Ucap putri Xiu Min sambil beranjak dari duduknya.
“Ini termasuk ilmu. Pendidikan seksual juga penting untuk kita pelajari.” Sahut putra mahkota Wang Wenxiao masih membolak-balik lembar demi lembar halaman bukunya.
“Tapi aku malu, aku tidak mau membacanya di tempat ini.” Kekeuh putri Xiu Min. Pembicaraan keduanya segera terpotong oleh sebuah teriakan kesakitan yang berasal dari balik rak buku. Karena penasaran juga takut akan sesuatu yang terjadi di balik rak tersebut keduanya segera beranjak mencari-cari sumber suara. Semakin kedalam suara teriakan orang kesakitannya semakin jelas. Betapa terkejutnya keduanya saat itu, langkah mereka terhenti ketika mendapati tubuh seorang wanita tergantung tak bernyawa dengan ikatan kain merah membelit sekujur tubuhnya. Tampak darah keluar disekitar alat vitalnya. Tak cukup itu saja, mereka berdua juga menyaksikan kekerasan yang dilakukan oleh kaisar Huang Yan kepada selirnya dalam berhubungan intim. Tampak oleh keduanya seorang wanita tergolek tak berdaya diatas ranjang berukuran besar yang dikelilingi oleh tirai tipis. Beruntung pada saat itu posisi kaisar Huang Yan membelakangi mereka. Segera keduanya memutuskan untuk meninggalkan tempat tersebut sebelum kaisar Huang Yan menangkap basah mereka. Dengan sekuat tenaga putra mahkota Wang Wenxiao mendayung cepat sampan yang mereka tumpangi meninggalkan hutan daging. Di depannya putri Xiu Min masih termenung, jemarinya tampak bergetar dengan keringat dingin membasahi kedua telapaknya. Dia masih syok dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Berapa banyak wanita yang sudah menjadi korban? Berapa banyak nyawa yang melayang dalam pembuatan danau ini? Juga berapa banyak rakyat yang harus rela kelaparan karena ketamakan kaisar Huang Yan? Komoditas utama kerajaan Mao berasal dari perkebunan anggur juga perkebunan teh. Dari perkebunan anggur mereka membuat wine yang digunakan untuk mengisi danau wine. Dari perkebunan teh mereka membuat teh putih yang diperuntukkan bagi anggota istana. Mereka mengharuskan rakyat untuk mengirimkan hasil panennya setiap musim panen. Lalu bagaimana dengan nasib rakyat? Mereka hidup hanya untuk diperas tenaganya oleh para petinggi. Kaum lelaki diperbudak untuk memproduksi wine, membuat danau, juga menjadi pasukan militer yang akan dipergunakan sebagai tameng saat terjadinya perang. Kaum wanita dipekerjakan untuk memetik anggur juga teh dari perkebunan dengan upah yang rendah. Tak sedikit dari mereka yang mendapat perlakuan tidak senonoh waktu bekerja. Akankah diriku berhasil untuk menyelesaikan misi ini? Batin putri Xiu Min sambil memandang gelapnya langit malam dari atas sampan.

***

“Berhenti.” Ucap putra mahkota Wang Wenxiao menarik paksa putri Xiu Min untuk menyelinap di balik pilar.
“Ada apa?” Tanya putri Xiu Min bersembunyi dalam gelap bayang-bayang bangunan. Pertanyaannya hanya dijawab dengan sebuah gerakan kepala oleh kakak pertamanya. Tak jauh dari tempat keduanya bersembunyi terlihat tabib Jian beserta asisten pribadinya mengendap-endap menyusuri lorong-lorong istana. Beberapa kali mereka tampak menolehkan kepalanya ke belakang untuk memastikan jika keadaan di sekelilingnya aman.
“Seluruh penghuni istana tengah berpesta di danau wine, apa yang mereka lakukan di tempat ini?” Tanya putri Xiu Min sambil mengamati pergerakan tabib Jian.
“Itu yang akan kita selidiki. Ayo kita ikuti.” Ajak putra mahkota Wang Wenxiao. Keduanya mulai bergerak mengikuti langkah tabib Jian yang semakin mendekat ke arah kediaman permaisuri. Suasana di sekitar mereka begitu lengang, tak ada seorangpun yang berjalan melintas di area tersebut. Mereka terus melangkah memasuki jalan yang kian menyempit. Putri Xiu Min mengamati pintu-pintu yang beranekaragam, aroma lembut dupa mulai tercium, makin lama aromanya semakin menguat. Satu blok dari mereka makhluk yang mereka ikuti menghilang, masuk kedalam bangunan kecil yang terselip diantara dua bangunan lain. Putri Xiu Min juga putra mahkota Wang Wenxiao segera bergegas menuju bangunan tersebut. Mereka bersembunyi di sudut bangunan sambil mencuri dengar pembicaraan yang berlangsung di dalamnya.
Di dalam, tabib Jian bersimpuh sambil membungkukkan badan memberi penghormatan kepada permaisuri Bok Ping. Pencahayaan di ruangan tersebut begitu temaram dengan sebuah perapian menyala di tengah ruangan. Di hadapan tabib Jian permaisuri Bok Ping tengah berbaring malas di atas ranjang beralaskan sutra lembut. Ujung hanfunya tampak tersingkap menampilkan kaki jenjangnya yang begitu halus. Seorang dayang tengah memberikan pijatan pada jemari kakinya yang begitu terawat. Empat orang dayang lainnya terlihat berjajar di kedua sisi ranjang dengan kepala tertunduk.
“Ada keperluan apa permaisuri memanggil hamba kemari?” Ucap tabib Jian sebisa mungkin mengalihkan tatapannya pada kaki jenjang permaisuri Bok Ping yang terlihat berkilat terkena cahaya api perapian.
“Malam ini begitu dingin tabib Jian, aku tidak yakin akan tidur nyenyak malam ini seorang diri.” Ungkap permaisuri Bok Ping sambil menopangkan salah satu tangannya untuk menyangga kepalanya.
“Hamba akan meracikkan ramuan penghangat agar permaisuri dapat tidur dengan nyenyak malam ini.”
“Sayangnya bukan itu yang aku inginkan tabib Jian. Apa kau masih bersedia mengorbankan nyawamu untukku?”
“Dua puluh tahun lalu permaisuri telah menyelamatkan nyawa kedua orangtua hamba, permaisuri juga telah menyelamatkan nyawa hamba. Sesungguhnya saat ini nyawa hamba sepenuhnya milik permaisuri.”
“Jadi kau tidak akan keberatan jika kumintai meracikkan sebuah racun untukku? Aku dengar keahlianmu dalam menciptakan racun begitu menakjubkan tabib Jian, karenanya aku ingin mencoba keahlianmu.”
“Racun apa yang permaisuri inginkan?”
“Kehidupan di dalam istana ini sangat memuakkan. Kurasa dirimu juga sependapat denganku. Aku memimpikan sebuah kehidupan yang penuh akan kedamaian di mana rakyat tidak lagi kekurangan pangan. Kau bisa mencampurkan racun itu pada beberapa tong wine di tempat penyimpanan. Kebetulan satu pekan lagi air danau wine akan diganti.”
Mendengar penuturan permaisuri Bok Ping, muncul sebongkah perasaan takut di benak tabib Jian. Rencana permaisuri Bok Ping untuk menggulingkan tahta kekaisaran sangatlah berbahaya. Gerbang kematian dengan senang hati akan menanti mereka apabila rencana tersebut tidak berjalan sesuai dengan rencana. Namun, menampik permintaan permaisuri Bok Ping juga bukanlah sesuatu yang pantas, karena dua puluh tahun yang lalu ia telah mengucapkan sumpah setia untuk mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada permaisuri Bok Ping.

TBC...

Hay Hay... 😉 Hari ini updatenya sekian dulu ya. Maaf jika slow update, kadang author stuck dengan vocabulary-nya. Dimaklumin ya, soalnya baru pertama nulis. Author sangat menerima saran dari reader demi perbaikan story ini, jadi bagi kalian yang memiliki saran untuk saya boleh meninggalkan comment di bawah. Oh, hampir lupa... Jangan lupa vote ya 😄😊😉 see you next chapter.

THE BLOODY MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang