🧸 Diary Nikah Muda. o8

318K 17.8K 1.2K
                                    

Hayi zefmon up lagi nih

Setor absen ya biar cerita ini rame dan kalian jadi bagian saat cerita ini ditulis ulang 🗑️🧸

Sudah? Terimakasii

Oh ya kemarin zefmon bilang udah dapet kerja, ternyata zefmon nggak ambil akhirnya padahal harusnya hari ini mulai masuk. Nyesel? Banget sampai nangis dan stres seharian ini, zefmon gak ambil karena berbagai pertimbangan (plin plan juga) dari kecil terbiasa diatur-atur jadi agak bimbang ambil keputusan

Haha

Sekian curhat tidak penting ini, doain zefmon dapet kerja lebih bagus ya, atau kasih kalimat penghibur biar hati ini lebih tenang 💖

Sekian curhat tidak penting ini, doain zefmon dapet kerja lebih bagus ya, atau kasih kalimat penghibur biar hati ini lebih tenang 💖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang sekolah keduanya nekat pergi ke klinik aborsi yang Bagas peroleh dari informasi internet. Setibanya di tempat, Saras keberatan untuk keluar dari mobil, ia terus aja menunduk melihat perutnya. Tetesan air mata mulai jatuh menyentuh seragamnya.

Kamu belum juga lahir ke dunia udah mau dibuang sama orangtua kamu, Nak. Maafin ibu yang gagal mempertahankan kamu.

"Udah? Udah lo nangisnya? Jangan bilang kalau lo sayang sama anak dari hasil kecelakaan itu? Dia cuma gumpalan darah, nggak perlu lo tangisin."

Saras menoleh ke Bagas, air matanya berderai, ada kemarahan dalam sorot matanya.

"Gimana pun ini anak aku, sekalipun kamu nggak ngaku, dia tetap anak yang tumbuh di kandungan aku. Orang macam kamu nggak akan tahu Gas, karena aku ibunya aku punya ikatan sama dia sedangkan kamu cuma menganggapnya kesalahan!"

"Oh yaudah." Bagas meremas setir mobil. "Kalau gitu ngapain lo gugurin? Males gue ngeladenin sandiwara lo, jangan lo kira karena lo nangis gitu terus hati gue bakal kesentuh. Jejak lo sama anak lo itu harus gue hapus dari kehidupan gue." Bagas mengambil dompetnya kemudian keluar lebih dulu dari mobil.

Saras butuh waktu lebih untuk berpamitan dengan anaknya. Walau perutnya masih rata, tiga minggu bersama, ia merasakan kedekatan dengan anaknya.

"Kamu harus tahu kalau Ibu sayang banget sama kamu, kalau perlu Ibu akan memohon di kaki Papa kamu biar dia jangan gugurin kamu."

Ketukan di kaca mobil menghentikan obrolannya. Ia menyeka air matanya kemudian keluar dari mobil. Sudah ada Bagas yang berdiri di depan plang bertuliskan nama dokter praktik kandungan.

"Ayo buruan, gue nggak bisa lama-lama nemenin lo. Entar malam gue ada les."

Hanya nilai yang bisa kamu pikirkan, Gas? Nilai lebih penting dari nyawa anak kamu?

Diary Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang