🧸 Diary Nikah Muda. 26

316K 18.1K 2K
                                    

Seperti biasa, gue up ini di kamar mandi karena nggak mungkin main hp entar ketahuan bos wkwk

Kangen cerita ini gakk

Jadi apa kabar kalian? Udah berapa lama gue gak up nih?

Absen dulu di sini, masukin apapun ke dalam keranjang ya 🧸👉

Selama kita nggak ketemu, kalian ada cerita menarik apa?

Part ini panjang poll 4000 kata, sepanjang cintaku untuk dejun

Lantunan musik mengiringi dua mata yang saling menyapa, ada rasa tertahan yang tersimpan di dalamnya namun tak bisa dikatakan secara gamblang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantunan musik mengiringi dua mata yang saling menyapa, ada rasa tertahan yang tersimpan di dalamnya namun tak bisa dikatakan secara gamblang.

Bagas tidak mampu lagi membendung senyumnya, ucapan barusan sama sekali tak pernah terbayangkan akan keluar dari mulut cowok bermoral sepertinya.

Mungkin jika Ilham tidak mengebut, tangan Bagas masih akan terus menggenggam tangan Saras. Ia lepaskan juga pada akhirnya. Hampir saja ia mengikuti setan dalam dirinya untuk mengecup tangan Saras.

Sebelum itu dia memindahkan semua permen ke tangan Saras. "Buat dia, nanti kalau dia lahir gue bakal beliin permen lebih banyak," Bagas menambahi. Ekspresinya datar tapi omongannya bikin anak di perut Saras ikut melonjak girang.

Cara Bagas menunjukan perhatiannya membuat Saras mengira Bagas memiliki rasa yang sama dengannya.

Lalu semua pemikiran itu pudar karena ketika Saras melihat langit oranye di atas sana. Bagas punya seorang cewek, itu yang Bagas katakan sendiri. Jika anak di perutnya lahir ke dunia, ia tak boleh menjadi perusak kebahagiaan Bagas. Cukuplah baginya Bagas mau mengakui anak ini.

Mau tidak mau, suka tidak suka, kapan pun waktunya tiba, Saras yang harus mengajak berpisah duluan. Sama seperti langit di atas sana yang siap menjemput malam, Saras sudah menyiapkan hati sedari jauh hari untuk menjemput kata perpisahan itu.

Delapan jam lebih menempuh perjalanan mobil, mereka akhirnya tiba di kota Pelajar tersebut. Sekaligus kampung halaman Ilham, keluarga besarnya bermukim di sini. Ilham pernah menghabiskan masa sekolah dasarnya bersama Sang nenek.

Berkat Ilham, mereka juga tidak perlu menyewa hotel, ya walau hal mudah bagi mereka untuk menyewa beberapa hari. Ilham menawarkan rumah lama keluarganya, sebuah rumah bernuansa kayu menyambut mereka. Rumah yang terbuat dari gabungan kayu jati dan tembok modern, memberi kesan rumah semi tradisional modern. Tumbuhan paku hias dan tanaman berdaun lebar yang tumbuh di pekarangan memberi kesan asri.

"Ayo masuk, emang udah lama nggak ditempatin keluarga gue sih tapi ada orang yang kerja di sini buat nempatin."

Ilham menggendong ranselnya, tak lupa mengangkatkan tas gendong Laila. Gadis itu mengekor terus kemana dia pergi. Sampai-sampai ketika dia mau masuk ke kamar, Laila juga mau ikut.

Diary Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang