🧸Diary Nikah Muda. 16

335K 18K 2.2K
                                    

Hy Kids, this is ure author

Author kalian lagi sakit makanya gak up kemarin

Mohon doanya yaa, udah berobat ke dokter sih semoga lekas pulih

Absen dulu dong disini, ayo masukin boneka ke keranjang atau apapun emot yg mau kalian masukin 🧸🗑️

Berikan banyak sayang untuk cerita ini yaa 💖✨

Berikan banyak sayang untuk cerita ini yaa 💖✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini soal yang tadi siang gue nolongin lo. Bilang ke bayi di perut lo kalau tadi gue yang selamatin ibunya. Tolong lupain niat gue yang mau ngebunuh dia waktu itu."

"Y-ya?" Saras ikutan garuk kepala. Ia tak salah dengar nih?

"Intinya gue cuma mau ngomong gitu." Bagas tak ingin membahas lebih jauh. "Gue tunggu di kamar. Siapin buku pelajaran lo, minum kopi kalau perlu karena gue kalau belajar nggak bentar."

Bagas meninggalkan Saras yang masih berdiri dalam kegamangannya. Melihat punggung Bagas menghilang di tangga terakhir di atas sana, Saras baru balik ke bumi, ia membungkam bibirnya yang tersenyum begitu lebar. Saking senangnya, ia duduk kembali di kursi.

"Kamu denger nggak Dek? Tadi Bapak kamu minta maaf sama kamu tahu, apa Ibu bilang, dia tuh sebenernya sayang sama kamu. Ibu ceritain ulang ya, tadi siang Ibu mau tenggelam tapi bapak kamu lompat nolongin." Saras tak mampu menahan lonjakan kebahagiaan saat menceritakan Bagas pada bayinya.

"Kamu jangan salah paham tapi, Ibu senang bukan karena ada rasa sama Bapak kamu ya, Ibu cuma seneng aja dia mau mulai menerima kamu." bibir Saras kembali datar. Ia jadi malu sendiri pada bayinya, berasa kepergok jatuh cinta padahal tidak.

Saras kembali ke kamarnya, sebelum pergi belajar bareng Bagas, dia sungguhan minum kopi biar matanya kuat begadang. Ia tak boleh menyia-nyiakan ilmu mahal dari Bagas. Nggak mau bikin cowok itu kesal juga kalau ketahuan ketiduran sebelum waktunya.

Saras meletakkan sisirnya. Lagi-lagi ia kepergok oleh bayinya. Saras malu sendiri karena berkaca lama di cermin hanya untuk menemui Bagas.

"Apa sih aku? Kan cuma mau belajar bareng juga. Siapa yang peduli kalau rambutku berantakan?" Saras berputar di depan cermin mengamati daster setelan baju dan celana yang ia kenakan. "Pakaianku ndak aneh kan ya? Apa aku ganti aja?"

Ia malah pergi membuka lemari mencari pakaian rumahnya yang lebih layak. Daster yang ini kumel banget, nanti kalau Bagas nggak suka gimana?

"Tapi kenapa aku harus mikirin pendapat Bagas terus sih?" Saras mematung memegangi dua baju rumahnya.

Belum sempat ia menyimpan kembali pakaian itu ke lemari, pintu kamarnya diketuk.

Saras bergegas membukakan pintu, tahu siapa yang ia temui? Tentu saja Bagas. Saras tak berkutik beberapa saat, dehaman Bagas menyadarkannya kembali.

Diary Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang