🧸Diary Nikah Muda. 1o

315K 17.5K 1.3K
                                    

Up lagi nih, ini termasuk cepet upnya loh

Ramein ya biar semangat gitu nulisnyaaa, terus juga tolong bgt kalau zefmon kasih note dibaca, masih ada aja yang main skip padahal biasa ada info penting

Ya tau sih kepanjangan, tapi biar gak miskomm 😲

Setor absen dulu, jangan malas-malas tinggal kasih emot boneka 🗑️🧸

Sudah? Gaskuyy ramein

Sesuai janji yang ia katakan pada Adipati malam itu, Bagas sungguh membawa keluarganya datang melamar Saras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sesuai janji yang ia katakan pada Adipati malam itu, Bagas sungguh membawa keluarganya datang melamar Saras. Tak ada seserahan mewah dan acara besar, hanya pertemuan kedua keluarga.

Kedatangan keluarga Bagas disambut baik oleh Adipati, biar bagaimana pun rasa kecewanya tak boleh membuat relasi keduanya ikut hancur. Lagipula menurut cerita yang ia dengar dari Ninda, Saras dan Bagas tidak dekat, bayi di perut Saras murni ada karena tak sengaja bukan maunya mereka.

"Mbok, Saras udah siap? Kasih tahu, keluarga calon suaminya sudah datang," pesan Adipati pada Budhe Tati.

"Baik, Pak." Budhe pergi ke kamar Saras.

"Mbok Tati ini sudah seperti ibu bagi Saras. Mereka dari kampung yang sama." Agatha menjelaskan tanpa diminta.

Sementara itu Saras yang sudah memakai kebaya sederhana masih menunggu panggilan telepon tersambung ke ibunya. Sejak tadi nomornya tidak dapat dihubungi. Ia mondar mandir di depan jendela. Sejak mengetahui dirinya mengandung, Saras tak punya keberanian untuk menelepon Sang Ibu. Ia takut menghancurkan hati ibunya.

"Sar, keluarga Nak Bagas sudah datang. Ayo segera temui mereka."

Saras menurunkan handphonenya. "Budhe, Ibu ndak angkat teleponku."

"Nanti biar Budhe yang coba hubungi lagi. Seharusnya memang kamu kasih tahu ibumu dari kemarin-kemarin. Ayuk keluar dulu temui keluarga calon suamimu."

Saras menoleh ke samping cermin, menatap dirinya yang memakai riasan tipis. Melihat dirinya sendiri, Saras minder, ia merasa tak pantas bersanding dengan Bagas.

"Budhe, keluarga Bagas pasti ndak nerimo aku. Bukan cuma karena aku dari keluarga ndak berada, tapi namaku sudah tercoreng di mata mereka, pasti mereka ndak suka punya menantu kayak aku."

Budhe memahami ketakutan Saras. Karena itu ia memegang lembut lengan Saras."Nduk, ndak semua orang kaya begitu pemikirannya. Mereka yang benar-benar kaya bukan hanya sekadar harta mesti yo ndak memandang hina orang di bawah mereka." Setidaknya nasihat Budhe Tati agak meringankan kecemasan Saras.

Diary Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang