47. Save My Love (2)

703 42 3
                                    

Di rumah sakit, tampak Dolly sedang sibuk berkutat dengan smartphonenya, sementara yang lain sedang memberesi barang-barang milik Dolly, begitupula dengan Norman. Ya, ia telah bangun tidur dan kini ia sedang memasukkan makanan yang dikirim oleh siapa saja yang menjenguk ke dalam kantung plastik.

Dolly mencari nomor ponsel di riwayat telepon. Begitu menemukannya, ia menekan ikon telepon warna hijau, namun ibu jarinya terhenti di udara.

‘Tidak, jangan sekarang. Aku belum sampai di rumah. Ibu bisa curiga bila aku telepon sekarang.’

Dolly menggeleng kepala lalu melempar smartphonenya, frustasi. Ia menepuk pipinya agak keras dan ini membuat semuanya menoleh lalu menghentikan aktifitas mereka.

“Dolly, ada apa?” tanya Ryan.
“Apa yang kau lakukan?" tanya Kory. Tatapannya kini berubah kesal.

“Bukan apa-apa- maksudku….lupakan,” ucap Dolly. Ia menunduk ke arah kanan, menghindari tatapan kelima kekasihnya. Lalu ia mengambil smartphonenya dan meletakkannya di saku lalu turun dari tempat tidur.

“Dasar aneh,” gerutu Kory kesal namun Dolly tidak peduli.
“Ibu baik-baik saja?” tanya Norman cemas. Ia berjalan ke arah Dolly lalu memegang erat bajunya.

Dolly menoleh lalu tersenyum sembari mengelus kepalanya.

“Ibu baik-baik saja. Tenanglah.”
“Um.”
“Akhirnya selesai juga,” ucap Dylan senang. Dolly menoleh lalu menghela nafas.

“Hah, baru saja aku mau membantu kalian, tetapi kalian malah selesai duluan.”

“Dan kau masih sakit, Dolly!” ucap Kory sebal.
“Aku baik-baik saja, Kory. Aku sudah sehat.”
“Terserah.”

“Kau yakin akan pulang, Dolly?” tanya Ryan ragu.
“Ini demi Polisi Oh, Ryan.”
“....”

“Kecuali ibu tidak membuat masalah. Meski sebal, aku bersedia tetap di sini sampai sembuh. Itupun kalau tidak ketahuan orang tua kita.”
“....”

“Aku tidak mungkin berdiam diri lalu menutup mata dan telinga.”
“....”
“Kuharap kalian mau mengerti. Untuk kali ini saja. Aku mohon,” pinta Dolly. Kedua matanya berkaca-kaca dan ini membuat Kory membuang muka, sebal. Masalahnya, jika ia memandangnya, hatinya bisa luluh dan ia bisa berhenti marah pada Dolly.

“Sudahlah. Aku bantu kalian membawa barangnya.”
“Dan kau masih sakit, Dolly!”
“Dan aku sudah sehat, Kory! Sudah berapa kali aku bilang?!”

Dolly menatap tajam ke arah Kory begitu sebaliknya. Muncul kilat diantara mereka dan Dolly manyun seketika. Ryan yang melihatnya menepuk dahi sementara Dylan, Nathan, Timmy, dan Suho menggeleng kepala mereka.

“Ibu dan ayah jangan bertengkar.…” pinta Norman. Kedua matanya berkaca-kaca dengan kedua bibir terpaut erat dan melengkung seperti membentuk huruf ‘n’, lalu ia mengancam untuk mewek.

“Kalian berdua berhenti bertengkar. Kalian membuat Norman takut!” pinta Ryan. Ia berjalan mendekati Norman lalu menggendongnya.

“Lebih baik kita angkat barang ini. Semakin cepat semakin baik. Jadinya rencanamu bisa berjalan dengan lancar,” ucap Nathan.

“Ah, kau benar, Nathan. Kau jenius,” ucap Dolly. Ia mengangkat kantung plastik yang dibawa Norman dan bersiap untuk keluar ruangan.

Kory yang melihatnya malah membuang muka. Dolly yang melihat Kory membuang muka malah ikutan membuang muka lalu ia berhenti berjalan. Ryan dan Norman menepuk dahi mereka sementara Dolly kembali berjalan keluar.

Dolly membuka pintu lalu menutupnya dari luar, kemudian menyusul kedua kekasihnya dan Timmy yang sudah pergi lebih dulu. Sementara Ryan, Nathan, Norman, dan Kory masih diam di tempat.

Five Loves for My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang