"Silakan duduk," ucap Dokter Ahli Syaraf. Ia tampak sedang melihat beberapa lembar kertas dan menatapnya dalam diam, berusaha mencerna dan memahami apa yang tertulis dalam lembaran itu.
Dolly sendiri duduk di depan sang Dokter dengan Norman yang berada di pangkuannya, sementara Nathan duduk di sampingnya.
"Jadi, putra ibu sakit apa?"
"Begini, dokter, anak saya sering sekali jatuh setiap berlari. Saya khawatir dia...." ucap Dolly cemas. Air matanya mengancam hendak terjun bebas. Nathan menatap ke arah Dolly dengan tatapan yang sulit diartikan."Jangan berfikir negatif dulu, Bu. Bisa jadi itu karena anak ibu kurang hati-hati. Atau mungkin ada masalah dengan matanya."
"Saya juga sempat berpikir demikian. Tetapi...." ucap Dolly lesu.
"Baiklah, begini saja. Pertama-tama, kita tes terlebih dahulu apakah benar anak ibu terjatuh ketika berlari atau tidak."
"....""Adik kecil, coba kamu berdiri di samping ayahmu."
"Um."Norman turun dari pangkuan Dolly lalu berjalan menuju samping kanan Nathan.
"Badanmu harus lurus dan tegap. Kaki merapat dengan kedua tangan berada si samping dan kamu harus rileks, jangan dibuat kaku."
"Um."Norman patuhi semua instruksi dari sang Dokter. Ia pun mengamati tubuh Norman.
Tegak? Sudah betul. Lalu ia mulai mencatat di kertas kosong di bawah lembaran kertas yang ia baca saat Dolly masuk ke ruangan tadi.
Lurus? Sudah betul dan ia kembali mencatat.
Kaki rapat? Di sini, sang Dokter menaikkan satu alisnya, bingung.
Entah lupa atau bagaimana, saat ini posisi kaki Norman tidak rapat.
"Adik kecil, coba rapatkan kakinya."
Norman menunduk, memerhatikan kakinya yang tidak rapat, lalu segera merapatkannya. Dolly yang melihatnya langsung merasa cemas.
'Oh, tidak.'
Berbagai pikiran negatif bergentayangan di otak Dolly, terutama tentang tiga kelainan itu. Dan gara-gara memikirkannya, air mata Dolly tidak bisa ia bendung lagi. Nathan yang melihatnya jadi ikutan panik.
"Dolly...."
"Berpikir positif, Bu."Dolly tidak menghiraukan ucapan sang Dokter. Tetapi, ia mulai berhenti menangis. Ia sendiri tengah dipeluk Nathan sementara Nathan mengelus bahunya guna menenangkannya.
"Ayah...." panggil Norman. Ia sendiri ketakutan dan hampir saja mewek.
"Kamu pasti baik-baik saja," ucap Nathan memegang tangan Norman.Sang Dokter memerhatikan Norman lagi. Kedua tangan di samping? Sudah betul. Ia kembali mencatat.
Tubuh rileks? Sudah betul. Dan ia kembali mencatat.
Sang Dokter meletakkan pulpennya dan menoleh ke arah Norman.
"Sekarang coba kau berlari sampai ke jendela itu, tetapi pelan-pelan saja."
"Um."Norman langsung berlari sesuai insruksi sang dokter. Awalnya, semua berjalan lancar. Tetapi, ketika sampai di gordin ruang periksa, Norman malah terjatuh.
Mendengar suara seperti benda terjatuh membuat Suho terkejut. Ia yang sedang duduk di bangku di luar ruangan langsung berdiri dan mengintip.
Tampak olehnya Norman terjatuh. Hal itu membuatnya terpana.
'Norman!'
Rasanya ia ingin sekali masuk ke dalam dan menolong Norman.
"Norman!" teriak Dolly. Ia lepas pelukannya dan hendak mengejar Norman namun dicegah sang Dokter dengan mengarahkan tangannya ke arah Dolly.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Loves for My Son
Fiksi PenggemarKetika lima teman sepermainanmu rela menjadi suamimu dan menjadi ayah demi anak asuh semata wayangmu, apa yang akan kau lakukan? Apalagi jika ternyata kelimanya memiliki perasaan terhadapmu. OMG! Tobot © Young Toys, Retrobot, and CJ Entertainment To...