62. Good Bye, Dolly!

790 34 104
                                    

"Ibu... Ibu... Hueee..."

Tampak Imyeong yang masih menunggu kepulangan Dolly di ruang tamu sembari mengantuk. Tetapi, begitu mendengar sebuah suara, ia pun tersadar dan seketika kantuknya hilang.

"Ibu.... Hueee...."
"Norman...."

Imyeong beranjak berdiri lalu berjalan menuju kamar dimana Norman tidur. Tetapi, begitu sampai di dekat kamar, lukisan tentang Bunga Sakura jatuh.

PRANGGGG

"Untung aku menghindar sehingga aku tidak terkena pecahannya."

....

"Tetapi, kenapa bisa pecah? Apa karena pakunya kurang kuat menancap di tembok? Atau berkarat? Atau lukisannya berat?" tanya Imyeong heran.

....

"Setelah menenangkan Norman, aku akan memberitahu Xin bahwa lukisannya jatuh."

Imyeong kembali melangkah menghampiri Norman. Tetapi, tiba-tiba, perasaannya berubah tidak enak. Ia menoleh ke sana kemari dengan perasaan cemas.

"Tiba-tiba aku merasakan firasat buruk. Ada apa, ya?"

....

"Dolly juga belum pulang. Kemana anak ini? Ini sudah larut malam."
"Ibu...hueee...."
"Ya, ya, Nenek di sini."

Mau tidak mau, Imyeong meninggalkan lukisannya lalu berlari ke kamar dengan cara berjalan hati-hati lalu melompatinya. Setelah berhasil melewati tanpa terluka, Imyeong segera ke kamar Dolly untuk menenangkan Norman yang terbangun dari tidurnya. Tanpa menyadari bahwa lukisan jatuh adalah 'pertanda' putrinya telah 'pergi'.

Siapa sangka Dolly yang baik hati pergi meninggalkan semua orang yang menyayanginya? Dan siapa sangka Dolly pergi menyusul sang ayah yang sudah lama pergi meninggalkan dunia ini? Tidak ada yang bisa menebak takdir. Namun yang pasti, takdir adalah hasil dari pilihan masing-masing dan juga keputusan dari Tuhan.

Insert song: A Thousand Tears - With Every Heartbeat from Choices Stories You Play Game, Meeru No Uta - Kuwashima Houko

.
.
.
----------------- 5💖4MySon ---------------------
.
.
.

Setelah melalui perjalanan yang agak lama, akhirnya Dolly dan yang lain sampai di rumah sakit. Dua suster pria datang dan memindahkan Dolly ke brankar kemudian mendorong brankar tersebut ke ruang IGD. Sementara itu, supir ambulans membersihkan brankar di tempat lain sebelum memasukkannya kembali ke dalam mobil ambulans. Dylan dan yang lain mengikuti dua suster itu lalu menunggu di depan ruang IGD.

"Kenapa? Kenapa semua ini terjadi? Kita ingin dia tetap hidup untuk merawat Norman. Tetapi...." ucap Nathan. Ia duduk di kursi tunggu lalu menunduk dengan kedua tangan menutup wajahnya dimana kedua sikunya bertumpu pada kedua lututnya.

"Aku masih tidak percaya ini bisa terjadi. Dia...ditembak di hadapan kita. Dia mati...di hadapan kita," ucap Dylan tidak kalah sedihnya.

"Aku pun tidak menyangka akan mengalami nasib seperti ayah," ucap Kory.
"Apa maksudmu?" tanya Ryan.

"Ternyata seperti ini rasanya menjadi duda. Ditinggal istri pergi dan terpaksa membesarkan anak seorang diri."

"Bahkan kita belum menikah dengannya, Kory," timpal Ryan sweatdrop.

"Ya, aku hanya mengucap dialog yang ada di komik drama yang ku punya."
"Dan itu sama sekali tidak lucu, Kory!" ucap Ryan kesal.

Five Loves for My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang