53. Between Past and Past

354 25 4
                                    

Saat ini, Xin, Suho, dan Chun sedang duduk bertiga di ruang tamu sementara Go dan Cho berada di kedai menggantikan Xin jualan. Tampak Cho kewalahan melayani beberapa pelanggan dan Go kewalahan dalam memasak Tteokpoki.

Sebenarnya, Xin tidak memercayai mereka berdua sama sekali. Tetapi, karena ada tamu dan tamu tersebut kelewat penting, maka mau tidak mau ia serahkan nasib kedainya pada Go dan Cho.

'Semoga aku tidak bangkrut. Semoga aku tidak bangkrut,' gumamnya dalam hati, berdoa. Ia sendiri mewek sementara Chun malah menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jadi, ayah mengenal Suho?"
"Hm....begitulah."
"Dan ayah tidak pernah cerita padaku?"
"Itu karena kau ember."
"Ha?"

"Pertanyaannya sekarang adalah mengapa kau bisa kenal dengannya?! Baiklah, kalian satu sekolah, wajar jika kalian saling mengenal. Tetapi, bagaimana dia bisa tahu kau anakku?! Kau pasti sudah cerita padanya, kan?! Mengakulah!"

"A-ampun, ayah...." ucap Chun ketakutan. Ia melindungi kepalanya yang hampir saja dijitak sang ayah.
"Dasar anak bodoh!"

Sungguh, rasanya Xin ingin menimpuk kepala Chun dengan bawang. Namun, ia enggan melakukannya karena ada Suho di sana. Ia pun berdehem dan raut wajahnya berubah serius.

"Apa yang membawamu kemari?"
"Ada yang ingin kutanyakan pada paman perihal Norman."
"Norman?"

"Chun sudah cerita semuanya kemarin jumat tentang siapa Norman sebenarnya."
"Huh!" gerutu Xin murka. Kedua matanya berubah nyalang dan ia pun mendelik ke arah Chun.

"Hehehe," bukannya menyesal, Chun malah nyengir keledai.
"Dan setelah ku korelasikan dengan masa lalu, maka bisa dipastikan bahwa Norman adalah bayi berambut cokelat yang ayah serahkan padamu. Apa itu benar?"

"I-itu...." ucap Xin gugup. Ia membuang muka lalu melirik ke arah mana saja, asal ia tidak bertemu mata dengan Suho.
"...."
"...."
"...."
"...."

"Diamnya kau menunjukkan apa yang ku ucapkan benar adanya."
"Kalau ya, kenapa?!" ucapnya sedikit kesal.

"Aku ingin bertanya siapa Norman sebenarnya? Dan kemana bayi berambut biru itu?"

"Itu bukan urusanmu!"
"Apa???"
"Chun, bawa dia pergi!"
"Ayah...."

"Dan kau ingin menentang perintah ayahmu?!" bentak Xin. Chun yang melihatnya jadi ketakutan.
"Ba-baik ayah."

"Tu-tunggu, Paman Xin, tolong jelaskan padaku dimana bayi itu!"
"Untuk apa?!"
"Ha???"

"Kau pasti akan memberitahu ibumu setelah aku menceritakan semuanya padamu. Lalu kalian akan mencarinya dan menghukumku setelahnya. Ya, kan?!"
"Tunggu, ibu?"
"Ya."

"Siapa yang ayah maksud dengan ibu?"
"Anak nenek sialan itu bukan hanya Angela tetapi dia juga!" ucap Xin sembari melirik ke arah Suho.

"Ha????" ucap Chun terpana. Kedua matanya membulat sempurna dengan mulut terbuka. Go dan Cho yang sedang sibuk melayani pelanggan dan memasak pun menoleh ke arah mereka bertiga.

"Ada apa sih? Kenapa Bos heboh sekali?" tanya Go heran.
"Entah," jawab Cho sembari mengangkat bahu.

"Aku tidak akan melakukannya. Aku janji."
"Kau pikir aku akan percaya padamu? Tidak!"

"Dan kau pikir aku sama seperti ibuku hanya karena aku anak angkatnya? Tidak!"
"...."

"Dan lagi, jika aku sejahat yang kalian pikir, seharusnya sedari jumat aku sadar Norman adalah bayi berambut cokelat itu!" ucap Suho. Sungguh saat ini ia kesal karena ia tidak bisa mendapat apa yang ia mau dari Xin.

"Dan kau tidak mungkin menemukanku dan Norman di rumah Ryan, Chun!"

"Mungkin kau sedang mengulur waktu guna mendapat informasi lebih."
"Apa???"

Five Loves for My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang