28. It's about Dolly & Tom Fuse

708 38 72
                                    

Tidak lama kemudian, Ryan, Kory, Asher, dan Dylan sampai di tempat di mana Dolly dan Nathan berdiri. Mereka tampak kelelahan dan peluh menetes membasahi dahi mereka.

"Mereka...hah...hah...sudah pergi." ucap Kory terengah-engah.

Meski terangah-engah, Ryan mengepalkan kedua tangannya. Andaikan di sampingnya ada tembok atau cermin, ia akan memukulnya berkali-kali meski harus terluka.

Ia telah mengecewakan Dolly, perempuan yang sangat ia cintai. Gara-gara tindakannya, Dolly jadi cemburu dan marah padanya. Ia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri. Tidak bisa.

"Sebaiknya kita kejar mereka!" usul Kory namun Dylan menggeleng.
"Lalu, bagaimana dengan latihannya? Ini latihan terakhir."
"Ck, sial!" gerutu Kory kesal lalu menendang jalan.

Andaikan ini bukan latihan terakhir, melainkan latihan yang ke sekian kalinya, pasti Dylan dan Kory bisa minta izin dengan alasan sakit sehingga mereka bisa mengejar Dolly. Tetapi sayangnya tidak. Ini latihan terakhir dan mereka tidak bisa mengelak.

Atau andaikan latihan dibatalkan karena suatu sebab?

Haha, itu mustahil. Bermimpi sampai Tom Fuse jadi tua juga tidak akan mungkin terjadi.

Dan Dylan hanya bisa menghela nafas, pasrah, sementara Kory menatap Ryan dengan tatapan nyalang dan langsung merenggut kerah bajunya. Ryan dan Dylan yang melihatnya jadi terkejut.

"Hey! Hey!" teriak Dylan berusaha melerai mereka namun nihil. Cengkeraman Kory menjadi semakin kuat.

"Semua gara-gara kau! Apa maksudmu diam membeku ketika Layla menciummu, hah?!"
"Maafkan aku," ucap Ryan lesu namun Kory melepas cengkeramannya lalu meninjunya.

BUGGHH

"Kory, hentikan!" pinta Dylan melerai keduanya. Tetapi Kory terus berontak dan hendak menghajarnya lagi.

Ryan terjatuh ke tanah lalu memegangi bibirnya yang berdarah. Melihat Ryan terluka membuat Dylan terpana dan panik. Asher berlari ke arah Ryan lalu jongkok di samping kanannya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Asher cemas namun Ryan diam saja.

Kory hendak meninju Ryan lagi tetapi dihalau Dylan. Ia memegang kedua lengan Kory dan menariknya ke belakang dan dirinya juga ikut ke belakang.

"Lepaskan aku, Dylan!"
"Tidak."
"Aku bilang lepas!"

"Tahan dirimu, Kory. Masih ada jalan lain untuk menyelesaikan masalah ini selain meninjunya."
"Cih!"

"Meninju Ryan tidak akan menyelesaikan masalah."
"Yang dikatakan Dylan benar. Kau tidak ingin ayahmu dan ayahnya Dylan sampai tahu tentang masalah ini, kan?" ucap Asher.

Kory yang mendengarnya terdiam, berpikir.

"Kalian benar."
"Dan lagi, kita sudah telat. Kita bahas ini nanti setelah Dolly dan Nathan pulang."
"Baiklah."

Dylan melepas kedua tangan Kory dan Kory langsung pergi meninggalkan Ryan tanpa sepatah katapun sementara Ryan berdiri dengan dibantu Asher.

Dylan menoleh ke arah Ryan dan menatapnya dengan tatapan biasa.

"Kau tidak apa-apa?"
"Aku...pantas mendapatkan ini," ucap Ryan menunduk. Dylan yang mendengarnya hanya menghela nafas.

"Kita bahas masalah ini nanti. Jadi, berhenti menyalahkan dirimu sendiri."
"...."

"Lebih baik kita langsung pergi sebelum ketahuan ayah kita."
"Baiklah."

Ketiganya berlari meninggalkan tempat mereka berada tadi lalu berpisah dimana Ryan dan Dylan berlari ke rumah sementara Asher pulang, dan tentunya ia sudah pamitan kepada Ryan dan Dylan. Begitu sampai di halaman rumah, mereka langsung masuk ke mobil dan mobil melaju meninggalkan halaman. Sementara itu, Kory sudah pergi lebih dulu ke tempat latihan.

Five Loves for My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang