22. Tangisan Dolly (1)

778 43 19
                                    

Imyeong melongo setelah mendengar cerita Franklin dan Limo mengenai Norman. Ya, dua ilmuan kece ini telah menceritakan siapa Norman yang sebenarnya kepada Imyeong.

Imyeong tidak berkedip. Ia tolehkan kepalanya ke arah Norman, Franklin dan Limo, Norman, Franklin dan Limo, Norman lagi, Franklin dan Limo lagi, terus begitu sampai dirinya kelelahan dan lehernya terasa nyeri. Franklin yang melihatnya malah cemas, Norman yang melihatnya diam saja, sementara Limo sweatdrop melihatnya.

"Mm, Nyonya Park?" panggil Franklin gugup.
"Ini...."
"...."
"Ini luar biasa!"

"Ha?" ucap mereka berdua terkejut.
"Akhirnya.... Akhirnya...."
"Nyo-Nyonya Park....?" panggil Franklin lagi namun tidak digubris Imyeong.

"Akhirnya aku punya cucu dan menantu tiga sekaligus. Hore! Hore! Hore!"

Oh, lihat, betapa bahagianya Imyeong. Begitu bangganya ia mengetahui dirinya punya cucu dan menantu walaupun cucunya bukanlah cucu kandung apalagi tiri bahkan angkat dan walau menantunya bukan (baca: belum) resmi.

Franklin menggelengkan kepala lalu menepuk dahinya sementara Limo menghela nafas dan memandang ke arah lain.

Imyeong menggendong Norman dan diangkatnya ke atas. Lalu ia lempar ke atas, tangkap, lempar ke atas, tangkap, terus begitu dan Norman kegirangan bahkan sampai tertawa, khas seorang bayi bahkan balita (meski ia sudah berusia lima tahun).

"Mm, Nyonya Park?" panggil Franklin sekali lagi dan Imyeong menoleh lalu menggendong Norman. Syukurlah kali ini ia merespon.

"Anda....tidak masalah?"
"Maksudnya?"
"Norman adalah anak asuh Dolly, Ryan, Kory, dan Dylan yang artinya Dolly ibu asuhnya sementara ketiga putra kami adalah ayahnya. Apakah anda-"
"O, ini luar biasa!"
"Ha?"

Lagi, mereka mendengar kata yang sama yang diucapkan Imyeong tadi. Apa maksudnya 'luar biasa'? Franklin dan Limo tidak mengerti.

"Aku tidak masalah mengenai hal ini."
"Apa?"
"Saat aku masih di Hokkaido, aku mendengar cerita dua wanita di tempat gym."
"...."

"Mereka asik sekali membicarakan tentang tetangga mereka yang punya cucu saat tetangga mereka masih cukup muda. Maksudku sekitar usia 40 tahunan."
"...."

"Dan itu membuatku iri," ucap Ibu Dolly sedih.
" ...."

"Tetapi, begitu aku tahu Dolly mempunyai anak meski bukan anak kandung..m."
"...."
"Ya, seperti yang kalian tahu."

Lagi, Franklin dan Limo menoleh dan saling pandang lalu menepuk dahi mereka.

"Oh, tidak, ini buruk."

Saat itu juga hati Limo hancur. Ia pikir Imyeong adalah sekutu terakhirnya yang satu pemikiran dengan dirinya dan Franklin. Tetapi ternyata....

Sebenarnya, Franklin tidak benar-benar memberi keputusan seperti itu pada Dolly. Ia hanya sebatas menguji Dolly untuk mengetahui seberapa sayang Dolly pada Norman, seperti apa bentuk tanggung jawab kedua putranya, putra angkat Limo, dan Dolly pada Norman, serta seberapa kuat mereka dalam mengurus Norman.

Itu karena faktanya, mengurus anak kandung saja sulit, apalagi mengurus anak tiri, angkat, bahkan anak asuh?

Dan mereka pikir, Imyeong akan satu suara dengan mereka berdua. Menentang pengasuhan anak semacam ini dan bersama mereka akan memikirkan jalan keluarnya untuk kebaikan keempat anak mereka dan juga Norman. Tetapi ternyata....

Harapan tinggal harapan. Coba lagi nanti, Franklin, Limo.

"Apa anda serius dengan ucapan anda?"
"Tentu."
"...."

"Kau tidak berpikir aku berbohong tentang ceritaku di Hokkaido, kan?"
"Itu...."

"Aku bicara apa adanya dan ini adalah suatu kejujuran."
"...."

Five Loves for My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang