39. The Piece of the Past (2)

481 36 10
                                    

Di jalan raya, Kory, Ryan, dan Nathan kembali fokus pada pencarian mereka. Kory tidak lagi menangis dan terus memantau jejak ban.

"Jejak bannya mulai berbaur dengan jejak ban lain. Y, apa kau bisa memilahnya?"
"Tentu saja."

Mobil Tobot Y mulai memindai jejak-jejak yang dilacak olehnya. Ada beberapa jejak di monitor dan ia pilah, lalu menghapus jejak ban yang tidak diperlukan (jejak ban lain) sampai menyisakan satu jejak ban.

"Ikuti jejak itu, Y. Kalau menemukan hal semacam ini, pilah lagi."
"Baiklah."
"Kita harus cepat, Y."

Mobil Tobot Y melaju dengan cepat membelah malam di jalanan Kota Daedo. Perlahan mobilnya menjauh dan tidak kelihatan lagi.

Sementara itu, Asher sudah sampai di jalanan pusat Kota Daedo. Ia celingukan sana sini bahkan melihat ke spion guna mencari Norman namun nihil. Motornya berbelok ke kanan lalu melaju lurus, menyusuri areal toko baju. Ia melirik kanan dan kiri tetapi tidak menemukan Norman.

"Tidak ada tanda-tanda Norman. Dimana dia?"

Dan motor Asher berbelok ke kiri lalu melewati jembatan. Setelah melewatinya, motornya melaju lurus melewati beberapa perempatan.

'Semoga dia baik-baik saja. Bertahanlah, Norman.'

.
.
.
----------------- 5💖4MySon ----------------------
.
.
.

Sementara itu....

Tok tok tok

Di sebuah kamar tampak seorang pria tengah tertidur lelap. Ia sedikit bergerak karena adanya nyamuk yang terbang sembari berdengung di sekitar telinganya.

Tok tok tok

"Paman Xin?"

Pria itu tidak mendengar suara ketukan pintu dan tetap asik tidur, sementara yang mengetuk pintu mulai tidak sabaran.

"Hish, pasti sudah tidur," gumam Go menurunkan tangannya.

Tampak Norman memejamkan kedua matanya dengan air mata masih berlinang. Tidak, ia tidak menangis sembari tidur. Melainkan ia tertidur dan membiarkan air matanya tetap di wajahnya. Ia tidak bisa mengusapnya karena ia sendiri sedang digendong Go dan Go sepertinya enggan untuk mengusap air mata Norman.

Tok tok tok

"Paman Xin, tolong buka pintunya! Ini aku, Go Min Hyuk!"

Namun pintu tidak kunjung dibuka.

Tok tok tok

"Paman!"

Tok tok tok

"Paman, aku membawa Norman. Tolong buka pintunya!" teriak Go dengan suara yang keras, sekeras yang ia bisa.

Dan entah karena keajaiban dari Tuhan atau bagaimana, pria ini mendapat kesadarannya dan perlahan membuka matanya. Ia mengerjapkan kedua matanya dan ia pun bangkit berdiri. Ia menguap lalu berjalan keluar kamar.

"Seperti ada suara. Benar ada suara yang memanggilku atau itu hanya mimpi dan halusinasi belaka?"

Pria ini- sebut saja Chou Hua Xin, berjalan menuju ruang tamu, karena kamarnya dekat dengan ruang tersebut. Lalu, ia membuka pintu dengan memutar kuncinya dan pintu pun terbuka.

Keduanya terdiam selama beberapa detik lalu Go mundur ke belakang karena didamprat Xin.

"Berisik! Maksudmu apa teriak malam-malam, ha?! Mau dimaki orang?!"

"A-ampun, Paman, habisnya Paman tidak bangun-bangun. Makanya aku teriak."
"Ganggu orang tidur saja!"

"Ah, maaf, Paman," ucap Go ketakutan.
"Ada apa kemari? Bukankah Chun bersamamu?"

Five Loves for My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang