Maafkan ku menduakanmu
Mencintai dia di belakang kamu...kamu....
Salahkan semua tingkahku
Yang keterlaluan menyakiti kamu...kamu....Maafkanlah aku melukis luka
Membuatmu bersedih
Mengundang air mata
Cinta... tak mengapa kau marah
Tak bisa tuk ku pinta
Jangan kau usaikan kitaInsert Song: Maafkan by D'Bagindas
.
.
.
------------------- 5💖4MySon --------------------
.
.
.Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya Ryan sampai di Toko Elektonik Modo. Benar saja, di depan toko tersebut berdirilah Layla, menunggu Ryan sembari lirik sana sini. Mungkin agar tidak bosan atau tidak dicap sebagai 'orang hilang'.
"Maafkan aku. Kau pasti menunggu lama dari tadi," ucap Ryan bersamaan dengan kaca jendela mobil yang terbuka secara otomatis.
"Tidak masalah," ucap Layla tersenyum simpul.
'Bahkan menunggu selama apapun aku tidak masalah.'
Ryan turun dari mobil meski mesinnya masih menyala. Tujuannya hanya satu, yaitu membukakan pintu jok depan samping jok kemudi untuk Layla. Layla tersenyum melihatnya. Ia pun berjalan melewati depan mobil lalu ke samping kiri kemudian masuk ke dalam mobil.
"Terima kasih."
"Sama-sama."Ryan menutup pintunya lalu berputar, kembali ke kursi joknya. Ia membuka pintu, masuk, duduk, dan ia segera menutup pintunya.
Tiba-tiba, sebuah lampu menyala di atas kepala Layla. Ya, ia menemukan sebuah ide.
Tangannya bergerak cepat meminggirkan sabuknya agar tidak ketahuan Ryan. Setelah berhasil meminggirkan, ia letakkan tangannya di sandaran jok, meraba mencari sabuk.
"Ah, kemana sabuk pengamannya, ya?"
Ryan menoleh dan didapatinya Layla yang mencari sabuk. Ia langsung sedikit berdiri dan ia arahkan tubuhnya ke arah Layla.
"Biar ku carikan. Permisi," ucap Ryan.
"Ya."Ryan mencondongkan tubuhnya, setengah berdiri lalu ke arah kiri Layla guna mencari sabuknya. Awalnya, ia tidak menemukannya, namun akhirnya ia menemukannya, yang ternyata terselip agak ke belakang.
"Ryan," panggil Layla. Ryan sontak menoleh dan menatap Layla.
Tiba-tiba, wajah Layla memerah. Itu karena wajahnya dengan Ryan agak dekat dimana ia hendak menyerahkan sabuknya pada Layla ketika Layla memanggilnya. Niatnya biar Layla yang memasang sendiri sabuknya.
Menyadari wajah Layla memerah, Ryan membeku seketika. Wajahnya juga ikut memerah. Itu karena ia sadar bagaimana posisi mereka sekarang.
'Yay, berhasil.'
Tetapi, Ryan segera tersadar dari keterkejutannya. Hal itu membuat Layla sebal dan ia pun cemberut sehingga rona merahnya hilang.
"Ah, ma-maaf, aku malah melamun. Maksudku-"
"Tidak apa-apa. Maaf, tidak seharusnya aku memanggilmu dalam posisi seperti ini," jawab Layla pura-pura menyesal.
"Tidak masalah."Ryan menyerahkan sabuknya kepada Layla dan sabuk itu diterima olehnya. Ryan kembali duduk namun dengan sikap sedikit gugup sementara Layla memasang sabuk pengamannya dengan tampang biasa saja.
Ryan bisa dibilang cukup baik dalam menguasai keadaan sehingga ia bisa cenderung tenang. Tetapi, sikap gugup masih agak kentara dan itu mampu dilihat oleh kedua kelereng madu Layla. Dalam hati Layla cekikikan, senang karena usahanya berhasil meski hanya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Loves for My Son
FanfictionKetika lima teman sepermainanmu rela menjadi suamimu dan menjadi ayah demi anak asuh semata wayangmu, apa yang akan kau lakukan? Apalagi jika ternyata kelimanya memiliki perasaan terhadapmu. OMG! Tobot © Young Toys, Retrobot, and CJ Entertainment To...