55. Ancaman Nenek Ma

344 28 8
                                    

Jalanan di Kota Daedo di sore hari sangatlah padat. Banyak kendaraan yang tampak mengantri agar kendaraan lain baik di seberang, di sebelah kanan, maupun di sebelah kiri dapat melaju lebih dulu. Tetapi, beruntung jalan yang dilalui Suho tidak macet karena saat ini ia tengah berada di perempatan lain.

Mobil Tobot K melaju kencang selama perjalanan. Tidak lama kemudian ia pun sampai di depan sebuah kedai. Lagi-lagi ia mengunjungi tempat yang sama yang dikunjunginya saat pagi tadi.

Suho keluar dari mobil setelah memarkirkan Mobil Tobot K dan mematikan mesinnya. Xin yang tengah memasak tanpa sengaja menatap ke arah Suho yang berjalan mendekatinya. Ia berubah terpana dan tatapannya berubah nyalang seketika.

"Kau! Untuk apa kau kemari? Bukankah sudah kubilang untuk jangan kemari lagi?!" bentaknya.
"Paman, ada yang ingin ku bicarakan dengan paman. Ini penting."

"Apa lagi?! Sudahlah, aku tidak mau membicarakan apapun lagi denganmu! Lebih baik kau pulang!"

"Aku mohon, Paman. Ini penting. Ini, ini bukan tentang Norman dan bayi berambut biru itu. Ini tentang ibuku."
"Ibumu?" tanyanya terkejut dan dijawab anggukan Suho.

Ditatapnya Suho dengan tatapan yang kini berubah menjadi serius. Dilihat dari sorot matanya, sepertinya Suho berkata yang sebenarnya. Xin terdiam melihatnya lalu mengelus dagu, berpikir. Ia menghela nafas dan ia pun berbalik memunggungi Suho.

"Baiklah," ucapnya dan dijawab sedikit senyuman dari Suho.

Insert Song: Koigokoro by Suzasaki Akane

.
.
.
------------------ 5💖4MySon ---------------------
.
.
.

Sementara itu, Dolly masih terus saja menangis dan itu membuat sang ibu cemas. Ditambah Norman yang ikutan menangis membuat Imyeong merasa putus asa karena ia tidak kunjung menemukan jalan keluarnya.

"Hera, bisa kau gendong Norman sebentar?"
"Ada apa, Nyonya Park?"

"Aku mau menelepon Franklin dan Limo dulu. Siapa tahu mereka punya jalan keluarnya."
"Baiklah."

Imyeong menyerahkan Norman kepada Hera. Hera berdiri lalu menimangnya agar ia tenang sementara Kyle dan Suri sedang diasuh Neon.

Imyeong berjalan menjauh dari Hera. Ia berjalan ke dapur lalu mengambil smartphone yang ada di saku begitu ia sampai di sana. Ia cari nomor ponsel Franklin di buku kontak lalu menekan ikon telepon berwarna hijau. Setelahnya, ia menempelkan smartphone itu ke telinganya. Tidak lama kemudian, telepon pun tersambung.

"Halo."

"Halo, Doktor Char," ucap Imyeong panik.

"Oh, Nyonya Park, ada apa?"

"Dolly.... Dolly...."

"Dolly? Ada apa dengannya? Apa terjadi sesuatu?"

"Ya."

"Apa?"

"Dia...."

"Dia kenapa, Nyonya Park?"

"Itu...."

"Nyonya Park, tolong bicaralah yang jelas!"

"Dolly...."

"...."

"Dolly bertengkar dengan Ryan dan teman-temannya."

"Apa???"

Dan Imyeong menceritakan semuanya. Franklin yang semula terkejut kini berubah terpana. Limo yang berada di belakangnya menaikkan satu alisnya, heran. Tampak di tangan kanannya ia memegang sebuah anduk. Sepertinya ia baru saja mandi.

Five Loves for My SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang