(4) 30 Juni 2013 : dia Naela

1.3K 259 20
                                    

"Do you ever wonder why things have to turns out the way they do?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Do you ever wonder why things have to turns out the way they do?"

Nicholas Sparks, A Walk To Remember

***

Minggu, 30 Juni 2013
Untuk siapapun yang membaca buku harian terkutuk Raka hari ini,

Gue muak sama kutukan gue.

Dan gue muak selalu diam setiap hal-hal buruk berguguran di depan mata.

Jadi, hari ini, waktu dalam perjalanan sendirian ke Blok M untuk beli buku bekas, gue memilih mengambil tindakan.

Jam dua siang tadi, gue lagi ada di gang sempit. Gangnya bercabang. Pas gue melewati salah satu cabangnya, mata gue menangkap ada cewek ditodong pisau.

Jadi gue turun dari motor, berdiri menatap kejadian itu.

Cewek itu kerahnya ditarik tinggi-tinggi. Kakinya setengah menggantung. Badannya miring. Dan ketika dia dan si pembunuh yang lagi-lagi bersarung tangan kulit menyadari keberadaan gue, mereka menoleh.

Cewek itu ternyata anak baru yang gue bilang minggu lalu. Dia masuk ke kelas Leony, setahu gue. Dan dalam ambang kematiannya, dia nggak kelihatan takut sama sekali.

Iris matanya yang sepenuhnya hitam, menatap gue dalam-dalam. Dia nggak memelas pertolongan. Justru kayak menyuruh gue ninggalin dia di situ.

Tapi gue nggak pergi.

Gue langsung naik ke motor. Setelah motor nyala sepenuhnya, gue melaju ke arah pria pembunuh yang cuma berjarak beberapa langkah. Pria itu lantas ketabrak motor gue, tapi dia hanya rubuh. Nggak mati, tentunya.

Si pembunuh tadi langsung lari meninggalkan gang. Menggagalkan pembunuhan cewek anak baru itu. Sangat mustahil.

Gue langsung nengok ke si cewek, dan cewek yang terduduk di aspal gang itu langsung menatap gue tepat di mata. Alisnya mengernyit.

Tapi dia langsung bilang, "Makasih banyak udah nyelamatin gue."

"Gue Naela, kita satu sekolah 'kan?" Dia nyodorin tangannya ke gue, dan segera gue jabat.

"Gue Raka."

Gue langsung bantu dia berdiri. Setelah tegak, cewek itu menepuk celana jeansnya yang kotor karena debu di aspal. Dia juga merapikan rambutnya. Rambutnya menggantung seleher, hitam legam, lurus banget. Nggak tahu dilurusin atau memang begitu dari lahir, tapi rambut super licin itu kayak nggak nyata.

Ia juga membersihkan beberapa debu di kulitnya yang sangat pucat. Beberapa bintik kemerahan muncul di sekitar tangan dan wajahnya. Setiap sudut matanya tajam, mendukung iris matanya yang gelap itu. Dalam beberapa aspek, cewek ini kayak boneka. Tapi, bukan tipe boneka yang manis nan imut.

"Lo nggak kelihatan takut sama sekali," kata gue.

"Nggak penting buat ditakutin."

Gue nggak pernah dengar ucapan semacam itu buat tipikal percobaan pembunuhan. Bahkan, nggak dari Leony yang super positif.

"Lo mau kemana? Pulang? Gue anter aja." Gue naik ke motor dan menawarkan diri mengantar orang yang nggak jadi mati itu.

"Gue ikut lo aja deh, kemanapun itu."

Kaget? Pasti.

Tapi ada hal yang lebih mengagetkan.

Naela, si cewek itu, gagal terbunuh.

Sepanjang sisa hari setelahnya, gue nggak menemui pembunuhan apapun.

Dan sekarang udah tengah malam. Udah hari Senin.

Artinya, untuk pertama kalinya;
Kutukan gue gagal.

Diary of the Cursed Eyes | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang