(25) 20 Oktober 2013 : leony

1K 183 20
                                    

  "It isn't what you have or who you are or where you are or what you are doing that makes you happy or unhappy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  "It isn't what you have or who you are or where you are or what you are doing that makes you happy or unhappy. It is what you think about it." 

Dale Carnegie, How to Win Friends and Influence People

***

Minggu, 20 Oktober 2013

Untuk siapapun yang membaca buku harian terkutuk Raka hari ini,

Banyak orang bilang, nggak ada persahabatan cowok-cewek yang tulus, pasti salah satunya memendam rasa.

Gue pikir, gue dan Leony adalah pengecualian.

Ya, Leony memang ternyata punya banyak rahasia. Tapi gue pikir, 'memendam rasa' bukan salah satunya.

"Jadi, kenapa kamu ngehindarin aku terus, Ny?" tanya gue. Setelah berhari-hari nyoba nyamper ke rumah dia--yang berpura-pura nggak ada di rumah--akhirnya gue berhasil ketemu dia.

Berkat bantuan Naela yang pura-pura ngajak Leony ke kafe. Padahal yang nunggu dia di sana itu gue.

"Nggak kok!" dustanya.

"Ny... kita temenan dari masih koloran doang. Please."

"Oke, oke!" ucap Leony akhirnya diselingi tawa. "Maaf ya, Raka. Aku nggak kuat sama banyak hal."

"Hal-nya? Kan ada aku. Kamu juga selalu ngandelin aku, ya 'kan?"

Leony tersenyum lesu. "Iya. Kamu selalu ada. Tapi... hal itu... kamu juga nggak bisa tanggung. Aku tahu papa kamu pembunuh, dan membunuh semua orang yang kamu lihat. Aku harus rahasiain itu, berat, Raka."

"Terus, apa lagi?"

"Aku bakal canggung parah kalau lihat kamu sama Naela." Tanpa alasan, Leony terkekeh.

"Kok gitu?"

"Karena... aku takut cemburu?"

"Apasih, Ny?"

Ternyata, gue salah.

"Raka tenang," Melihat gue yang mulai gelisah, Leony bilang, "Aku hanya takut. Belum tentu, ya 'kan? Makanya aku ngungsi ke New York sebelum... aku bener-bener suka?"

"Leony. Ini nggak bener." Tapi mau gimana juga, gue tetap panik.

"Aku tahu kok." Leony tersenyum lebar, menandakan dia baik-baik aja. "Kamu nggak usah khawatir. Aku nggak suka sama kamu."

Tawanya pun meledak. Tawa yang tulus. Gue pun lega.

"Leony..."

"Serius, Raka. Kamu nggak usah ngeribetin aku. Lihat terus ke depan, jalan terus ke sana. Jangan menoleh. Setelah semua masalah ini, kejar apa yang kamu inginin."

"Kamu juga."

"Pasti!"

Seperti dulu, sebelum melangkah keluar, Leony melingkarkan lengannya di lengan gue dan jalan beriringan. Seperti dulu. Sahabat.

Ya Tuhan, Leony masih hidup.

Setelah semua ini, hal itu salah satu yang paling gue syukuri.

"By the way, Naela gimana?" Nadanya ngeledek.

"Apasih!"

"Cie, malu!"

"Leony!"

"Cie... Ya Tuhan akhirnya! Raka bisa naksir orang!"

"Nggak jelas!"

Yah, paling nggak, daftar kegiatan gue udah berubah.

Nggak ada lagi minggu-minggu yang terkutuk.

[A/N]

Sampai jumpa di epilog dan catatan penulis besok!

Much love,

Mia. xo

Diary of the Cursed Eyes | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang