"It takes only a moment for the destiny to flip over."
Jyoti Arora, You Came Like Hope
***
Minggu, 9 September 2013
Untuk siapapun yang membaca buku harian terkutuk Raka hari ini,Cerita hari ini complicated.
Gue bahkan masih berusaha mencerna semuanya. Serius.
Ini nggak semudah bilang kalau ada pembunuhan lain. Walaupun cerita kayak gitu lebih seram, tapi gue udah terbiasa. Yang kayak gini? Mati aja gue.
Gue lagi nemenin Naela ke depan SDnya dulu. Bukan, bukan buat beli ayam warna-warni lagi. Tapi waktu gue kasih tahu gue suka kue cubit, dia bilang, "Eh sumpah sih, Rak, lo harus nyoba kue cubit depan SD gue. Itu enak banget! Kue cubit terenak yang pernah gue coba. Nama yang jual Adang. Aneh ya, namanya? Tapi dia baik kok! Udah punya anak dua, terus--"
"Oke, Na, oke. Kue cubit Adang yang paling enak, oke. Gue nggak butuh denger perjalanan hidupnya dia juga." Sumpah, Naela kenapa suka nyerocos, sih?
Jadi, gue sama Naela pergi lah ke si Adang yang hari Minggu gini masih jualan. Karena SD Naela deket perumahan gitu, jadi jajanannya masih buka pagi sampai sore sebelum magrib.
Dia beliin gue. Iya, gue tahu aneh kalau cowok dibayarin cewek. Tapi masa bodoh, orang Naela yang maksa bayarin gue. Katanya balas budi untuk berbagai hal.
Dan dilanjutkan, "Dan juga, gue suka sama lo. Yay!"
Biasanya gue jawab sesuatu yang bikin dia berhenti bicara. Tapi gue diam. Dan sialnya, Naela menyadari itu.
"Tumben nggak nyaut yang jahat-jahat?" ucapnya. "Kenapa? Lo udah suka sama gue juga?"
Naela tertawa penuh kepuasan seperti biasa. Tapi dia bungkam setelah ENTAH KENAPA gue jawab, "Iya, Na."
Ya Tuhan, gue berharap ada pembunuh keluar detik itu. Untuk pertama kalinya.
"HAH?!" Naela teriak ketika mulutnya terisi penuh kue cubit.
"Iya. Gue suka sama lo. Gitu deh. Apaan sih, udah ah nggak usah bahas." Canggung parah.
"Ya harus dibahas dong! Berarti kita pacaran? Pacaran, 'kan? Lo nembak gue kan?"
"Apa sih, kok maksa?"
"Iya dong! Gue jomblo kelamaan nih!"
"Sebenernya, Na, gue nggak ngerti konsep pacaran."
"Gue juga nggak." Naela mengangkat bahu, menatap gue dengan polos. Kayaknya dia lebih clueless daripada gue.
"Ya, oke. Anggap aja kita pacaran. Tapi jangan digembar-gemborin comel nggak jelas gitu, ya, Na?"
"Naela berjanji!" Terus walaupun tangannya penuh kue cubit, dia meluk lengan gue. Alhasil beberapa kuenya jatuh.
Dan, ya. Gitu.
Gue mendapat pacar pertama gue dengan cara paling aneh yang pernah ada dalam sejarah pacaran-masa-SMP. Bahkan nggak ada yang berubah beberapa jam setelahnya. Gue dan Naela tetap sama. Bicara pakai gue-lo dan sebagainya.
Tapi ada kok yang lebih aneh.
Nggak ada pembunuhan di sekitar gue dan Naela.
Tapi waktu gue dan Naela main di rumah gue sebentar--karena Naela mau main sama kucing tetangga gue yang suka main ke rumah gue--, ada koran tergeletak di meja ruang tengah.
Headline-nya, "SEORANG KETUA RUKUN TETANGGA KOMPLEKS PERUMAHAN A DITEMUKAN MATI DENGAN LUKA TEMBAK DI PERUT."
Astaga, itu Pak RT komplek gue.
Lalu tiba-tiba Naela bicara dari belakang punggung gue, "Tuh 'kan, Rak. Pembunuhan selama ini bukan kutukan lo."
"Terus?"
"Mungkin sebuah rencana."
[A/N]
Maaf sekali part ini absurd parah. Hahaha.
Terima kasih yang sudah membaca sejauh ini, enjoy!
Much love,
Mia. xo
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of the Cursed Eyes | ✔
Short Story"Terkadang gue berpikir, gue dikutuk. Mata gue terutama." Raka Angkasa menulis buku harian tentang kutukannya. Kutukan dimana ia harus melihat orang-orang terbunuh setiap hari Minggu, dan tak ada yang bisa mencegahnya. Sampai ia bertemu dengan Na...