(13) 26 Agustus 2013 : ayah

968 198 10
                                    

"A philosopher once asked, 'Are we human because we gaze at the stars, or do we gaze at them because we are human?' Pointless really... 'Do the stars gaze back?' Now, that's a question."
Neil Daiman, Stardust

***

Minggu, 26 Agustus 2013
Untuk siapapun yang membaca buku harian terkutuk Raka hari ini,

Kutukan hari ini udah berlalu. Seorang pemilik kios yang adalah seorang mantan narapidana gagal terbunuh.

Nah, sekarang, gue mau nulis tentang Papa.

Setiap Papa pulang, gue hanya nanya satu hal, "Kapan Papa pergi lagi?"

Dan jawabannya selalu, "Papa nggak tahu, Rak. Nggak lama lagi, kayaknya."

Papa gue itu, manusia paling sabar sedunia. Dia nggak pernah marah, nggak peduli sesalah apapun gue. Nggak peduli waktu kunci motor gue ketinggalan di bengkel terus besoknya hilang, dia nggak marah.

Papa juga bukan orang yang terbuka.

Mama bilang, berulang kali, dulu pas SMA dia jatuh cinta sama Papa karena Papa itu misterius dan penuh kejutan.

Papa punya ruang kerja. Biasanya, kalau lagi pulang, beberapa kali Papa ajak papanya Leony 'nongkrong' di situ. Sebenernya aneh sih Papa yang seorang travel guide punya ruang kerja. Tapi Mama bilang, ruang kerja itu hanya istilah. Sebenernya lebih kayak 'ruang pribadi Papa' gitu.

Gue sendiri nggak pernah ke sana. Selain karena Papa jarang di rumah, juga karena gue nggak tertarik aja. Sekali Papa di rumah dan pintu ruang kerjanya dibuka, bau rokok semua. Sial.

Papa Leony suka main ke rumah, khususnya ke ruang kerja Papa.

Iya, bukan gue dan Leony aja yang sahabatan. Papa kami juga.

Selasa lalu, Papa Leony main ke rumah.

"Eh, om, apa kabar?" Gue sapa Papa Leony hari itu. Terakhir kali gue ketemu dia itu waktu pemakaman Leony.

"Wah, Raka. Baik. Gimana sekolah kamu?"

"Baik, om." Rasanya pengen banget gue lanjutin, "Tapi sepi nggak ada Leony."

Hanya aja, terbesit lagi di benak gue, "Eh kalau ada Naela nggak sepi juga, sih."

Oke, gue sentil diri gue sendiri karena bisa-bisanya mikirin Naela ketika lagi mengenang Leony.

Ah, tuh cewek memang bikin gila.

"Om ke sini mau nongkrong lagi di ruang kerja Papa?" tanya gue.

"Iya. Papa kamu di dalem kan?"

"Iya, om. Masuk aja."

Dan ya dia beneran langsung masuk. Mereka ngabisin waktu sekitar empat jam di dalam. Suaranya pelan untuk ukuran bapak-bapak lagi nongkrong.

Kutuk diri gue yang menulis ini;

Ini gue suka sama Naela apa gimana, ya?

Gue sampai salah dengar bahwa waktu gue lewat depan ruang kerja, gue denger Papa nyebut nama Naela.

Kenal aja nggak Papa dan Naela.

Ah, Naela memang bikin gue gila.

Diary of the Cursed Eyes | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang