(6) 7 Juli 2013 : gebetan?

1.2K 245 14
                                    

"There are no wrong turnings, only paths we had not known we were meant to walk."
Guy Gavriel Kay, Tigana

***

Minggu, 7 Juli 2013
Untuk siapapun yang membaca buku harian terkutuk Raka hari ini,

Sejak beberapa hari lalu, Naela resmi masuk ke kehidupan terkutuk gue.

Di sekolah dia juga seringnya main ke kelas gue. Dia bilang dia nggak punya banyak teman yang asyik di kelas, jadi dia lebih milih bercerewet ria di sebelah gue.

Dia banyak nanya. Dengan nadanya yang monoton itu.

"Lo punya teman dekat?"
"Lo suka sama orang?"
"Katanya lo punya sahabat namanya Leony?"
"Lo suka Leony?"
Dan semacamnya.

Kebanyakan nanyain orang yang gue suka. Aneh dia. Kalau gue jawab nggak ada, dia nggak mau percaya. Kalau gue diemin, dia makin berisik.

Jadi gue jawab, "Ada. Tapi hanya karena dia cantik aja." Terpaksa, supaya dia nggak bawa-bawa Leony dalam setiap ucapannya.

"Siapa?" Dia nanya itu milyaran kali.

Karena sebelumnya gue asal jawab, yang ini terpaksa gue karang lagi.

"Amanda. Ketua kelas di kelas lo yang jago MTK itu."

"Oh ... Jadi tipe lo yang begitu." Habis itu, dia cekikikan. Dan berulang kali ngatain gue pakai nama Amanda. Untungnya gue nggak benar-benar suka. Jadi gue bisa bersikap tenang. Tapi kadang gue takut itu di dengar orang.

Klimaksnya, pas gue lagi ngumpul sama beberapa teman gue di kelas hari Jumat kemarin, dia tiba-tiba meletakkan pas foto Amanda di hadapan gue. Untung nggak ada yang lihat!

"Lo ngapain sih?!" kata gue sambil langsung menutup pas foto itu dengan kedua tangan.

"Itu ada di mading. Lo suka kan? Makanya gue ambilin. Sama-sama lho!"

"LO NYOPOT INI DARI MADING?!"

"Iya." Mukanya datar waktu menjawab gue. Kadang gue heran dia emang suka polos begitu atau pura-pura supaya gue nggak marah. Kalau lihat ekspresinya, memang susah marah sama dia.

Yang gue nggak bisa bayangin itu pas dia ngelepas foto Amanda dari artikel "Mimpi Para Siswa" di mading. Dia lihat-lihat dulu nggak, ya, sekitarnya?

Terlepas dari gue benar-benar suka sama Amanda atau nggak, cewek itu ada dalam daftar orang yang harus diselamatkan pagi ini.

Gue lagi di minimarket, menemani Naela yang minta ditemani beli pembalut.

Oke, ternyata dunia ke-pembalutan gue nggak berakhir dengan perginya Leony. Ini malah mengingatkan gue akan dia.

Tapi ada hal lain yang mencuri pikiran gue.

Ada perampok di dalam minimarket. Dia memaksa kasir memberikan uangnya, dengan Amanda sebagai sanderanya. Pistol sudah menempel di pelipis Amanda yang secara nggak sengaja gue dan Naela temui.

"Ini saatnya!" bisikkan Naela terdengar seperti dia sedang merasa bersemangat.

Posisi gue dan Naela sekarang tepat berada di balik punggung si perampok dan Amanda. Naela langsung mengambil langkah cepat nggak bersuara ke dekat si perampok, dan tanpa aba-aba menendang selangkangan perampok itu dari belakang.

Pistol dijatuhkannya. Gue langsung lari ambil itu dan balik menodong si perampok. Perampok yang juga pakai sarung tangan kulit itu langsung berusaha lari, walaupun habis itu dia ditangkap satpam setempat.

"Masa lo gagal sih biasanya?" tanya Naela ketika situasi kondusif dan gue sudah berada di luar minimarket, dengan es krim di satu genggaman dan plastik isi pembalut di genggaman lain.

"Biasanya situasinya lebih berbahaya dari itu."

"Wih! Gue bawa keberuntungan dong!"

Gue hanya memutar bola mata aja. Cewek ini isi omongannya suka nggak penting dan ngeselin. Tapi di sisi lain, Naela itu menyenangkan juga.

Setelah selesai ditanyai oleh pihak minimarket, Amanda menghampiri gue dan Naela lalu berterimakasih.

"Asyiiik, abis nyelamatin gebetan!" ucap Naela sambil menyikut lengan gue.

Tahu apa yang sialan? Amanda masih di hadapan kami berdua!

Cewek jago matematika itu langsung tersipu dan pamit pulang.

Gue nggak tahan. Gue jitak aja kepala Naela. "Dasar cewek gila!"

"Ih, kan gue bantuin lo!" Naela membela diri.

"Nggak nolong!"

Gue kesal.

Tapi satu hal, Naela memang ajaib. Kutukan gue kembali gagal.

Diary of the Cursed Eyes | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang