"The truth is rarely pure and never simple."
Oscar Wilde, Importance of Being Earnest
***
Minggu, 13 Oktober 2013
Untuk siapapun yang membaca buku harian terkutuk Raka hari ini,
Sebelum gue bener-bener cari tahu pesan kepulangan Leony itu, gue mau menulis pembicaraan gue sama Papa sebelum dia dibawa ke sel. Kejadiannya beberapa hari sebelum gue minta maaf ke Naela; tanggal 2 Oktober.
Waktu itu cuacanya cerah, gue inget banget. Karena bertolak belakang dengan keadaan gue yang kacau.
Ternyata gue diizinkan menemui Papa, walaupun pengacaranya sempat ragu.
Begitu berhadapan sama Papa, gue hanya terus mengajukan pertanyaan.
"Kenapa, pa?" tanya gue.
Papa hanya diam, menatap gue sedih, dipenuhi rasa bersalah.
"Papa jadi pembunuh bayaran ... lima tahun sebelum kamu lahir," jelas Papa kemudian. "Itu semua karena papa nggak punya pilihan."
"Kita semua selalu punya pilihan."
Naela yang mengajarkan gue kalau semua orang punya pilihan. Seperti ... memilih untuk menghentikan semua pembunuhan itu.
"Iya, papa tahu. Tapi, kamu dan 'kutukan' kamu, semua itu rencana papa."
"Gimana bisa?"
"Waktu kamu lahir, papa udah merencanakan kamu berdekatan dengan hal pembunuhan. Supaya, papa harap, kamu tumbuh besar dengan kesadaran menghentikan semua itu. Tapi ternyata kamu butuh dorongan. Maka, papa dan papa Leony; yang juga ingin berhenti menjadi pembunuh bayaran, meminta Leony melaksanakan misinya. Mengarahkan kamu melihat setiap pembunuhan. Tapi Leony banyak keluhan, dia nggak suka misinya. Karena itu, dia nggak meminta kamu menghentikan semua itu."
Mendengar nama Leony disebut, dada gue terasa agak sakit. Tapi kemudian gue kembali bertanya, "Kenapa Leony nggak mau?"
"Leony ... nggak suka memberi kamu banyak beban. Maka Papa minta Papa Naela; yang kayak Papa Leony, juga ingin berhenti, meminjamkan anaknya. Pacar kamu, Naela."
"Mantan."
"Iya... Begitulah. Seperti dugaan papa, kamu cerdas. Kamu bisa membongkar kedok papa."
"Kenapa papa nggak berhenti sendiri?"
"Sebagai pembunuh bayaran, kalau kita berhenti ... kita akan dibunuh. Jadi, yah, paling aman di sini. Di penjara."
Jujur, air mata gue nyaris jatuh. Gue nggak pernah salah mengenal Papa. Dia memang orang yang santai ... dan lembut sama keluarganya.
"Leony ingin skenario pembunuhannya dibuat, supaya dia bisa pergi. Dia bilang dia nggak akan tahan ketika Naela bertugas..."
"Kenapa?"
"Kamu bisa tanya Leony sendiri, Raka."
Gue meninggalkan Papa dengan perasaan hancur. Pada akhirnya, gue nangis di kamar. Bahkan pas nulis ini pun, rasanya kacau banget. Tapi gue mengerti. Mengerti bahwa Papa, Papa Naela, dan Papa Leony bukan orang jahat sepenuhnya. Mereka mencoba melindungi diri dan keluarganya; sekalipun akibatnya anak-anak mereka harus terlibat. Gue juga mengerti, Naela mengorbankan beban di hatinya untuk membantu gue dan Papa.
Tapi sialannya, setelah semua ini masih aja ada rahasia yang menggantung.
Jadi gue mulai nyari cara untuk menghubungi Leony. Dia juga berhutang banyak penjelasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of the Cursed Eyes | ✔
Short Story"Terkadang gue berpikir, gue dikutuk. Mata gue terutama." Raka Angkasa menulis buku harian tentang kutukannya. Kutukan dimana ia harus melihat orang-orang terbunuh setiap hari Minggu, dan tak ada yang bisa mencegahnya. Sampai ia bertemu dengan Na...