***
Tepatnya, kamu seperti angin. Bisa kurasa namun tak bisaku genggam. Bila tak mau memberi kepastian jangan kamu memperpanjang harapan.
Katakan bila tak suka dan katakan pula bila kamu suka, jangan membuat orang lain bingung hanya karena kelabilanmu.
Aku akan terus berharap kalau kamu juga seolah memberi harapan begitu terus tanpa ada kepastian, kita ini apa?
Ingin aku mengakiri namun rasanya aku masih sayang. Mungkin waktu bisa membuatku lupa perlahan-lahan denganmu. Kalau kamu mau sabar pasti ini akan terjadi, kamu tak perlu khawatir. Jangan heran ya bila aku tak lagi sama seperti saat aku begitu berharap padamu, bisa saja nanti aku tak lagi peduli karena kamu bukan lagi tujuanku.
Kamu tahu? Aku merasa begitu di bodohi karena berharap banyak padamu. Aku membuang-buang waktuku dan berharap menjadi satu tempat spesial bagimu untuk berteduh, bercerita, berbagi dan hal penting untukmu, yang sebenarnya itu semua hanya harapanku. Menyakitkan bukan? Apa kamu mengerti perasaan seperti ini? Lelah mengejar yang tak pasti.
Aku selalu bertanya-tanya. Kalau aku memilih berhenti dan melanjutkan kehidupanku seperti biasa, apa kamu juga akan seperti itu tanpa ada rasa sesal atau rasa ingin kembali padaku?
Kalau aku pergi seperti ini tanpa mengucapkan sepatah kata apa kamu akan rindu dan menghentikanku untuk pergi lalu memperjelas suatu hubungan?
Kalau aku pergi begini apa kamu akan langsung mempunyai seorang kekasih yang selalu kamu kejar? Apa selama ini aku penghalang bagimu?
Apa aku sudah cukup meninggalkan kesan baik untukmu?
Ah ya, sialnya setiap pertanyaan yang kuberi selalu menyimpan banyak harap. Mungkin saat ini aku masih belum bisa berhenti. Aku serahkan masalah ini pada waktu saja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepada sang pencipta rindu
RomanceKepada siapa aku harus berbagi rindu ini, jika kamu saja enggan menjadi penadah rinduku lagi? Aku terlena pada cinta kasih yang kamu berikan tanpa tahu bahwa aku telah jatuh pada jurang yang salah. Kini harus ku berikan pada siapa rindu ini setelah...