Suaramu itu aku rindu #7

256 61 14
                                    

***

Aku mengabaikan dentingan pesan darimu. Selama beberapa hari rindu dan rasa kesal seolah berperang tanpa henti. Bahkan rasa takut kehilangan kamu. Mereka berperang saling berlawanan setiap harinya. Pikiranku seolah penuh tentangmu. Semuanya sangat tidak nyaman.

Di tengah tidurku aku terbangun. Dengan mata yang agak berat aku merasakan sesuatu yang tak nyaman di perutku. "Aku lapar" bisikku. *garink bat lu thor sumpah:v*

Aku menoleh pada jam yang berdiri tegak di samping lampu meja redup milikku. Ia menunjukkan pukul 3 pagi. Bahkan subuh inipun kamu masih terus berkeliling di pikiranku. Seolah kamu tak lelah terus berlari-lari di pikiranku.

Emosiku mulai mereda subuh ini. Mungkin aku mulai bisa melihat dari sisimu. Kamu tak sepenuhnya salah. Ya, kamu hanya berbuat ramah padanya karena ingin mengetahui tentang aku. Bahkan saat itu temanku yang menelponmu bukan kamu. Mungkin kamu mengangkatnya karena kamu hanya ingin berbuat baik. Aku mengambil ponselku mengusap pola yang menjadi kode pengamanan ponselku. Membuka aplikasi yang mempertemukan aku dan kamu. Banyaknya pesan yang kamu kirim, membuatku banyak merasa bersalah. "Kamu kenapa" begitu semua isi pesan yang aku baca. Menanyai kabarku dan sebab aku marah padamu. Maaf ya aku menjauhimu karena keegoisanku dan juga aku berbuat begitu tanpa memberi tahumu dahulu sehingga membuatmu sebegini khawatir.

"Kamu sudah tidur?" Balasku. Hanya pesan yang bisa aku kirimkan padamu saat ini. Mungkin kalau jarak kita dekat aku bisa menghampirimu dan bicara. Atau sebelum aku datang kamu pasti sudah datang lebih dahulu untuk mencari kabarku.

Tak lama pesanku kamu baca. Aku agak kaget karena aku kira kamu sudah tertidur pulas di temani mimpimu.

"Belum, aku kebangun" balasmu yang membuatku tertawa kecil. Karena kita bisa terbangun di waktu yang sama. "Kamu kemana aja?"

Aku tersenyum membaca pesanmu. Rasanya rindu bisa saling mengirim pesan lagi sambil tersenyum seperti ini.
"Maaf ya" balasku di temani dengan penjelasan mengenai kesalahpahamanku. Kamu pun tak sungkan memaafkanku dan menjelaskannya kalau kamu hanya menyukai aku. Bukan dia, atau dia atau bahkan dia.

Hanya temanku saja yang merasa kamu memiliki perasaan lebih padanya. Dia bahkan berani menelponmu begitu. Rasanya aku cemburu saat mendengar orang lain yang menyukaimu bisa mendengar suaramu di telepon. Rasanya aku jadi ingin menelponmu berkali-kali tapi ini sudah malam kamupun pasti sudah mengantuk. Tetapi malam itu aku kaget dan juga tersenyum melihat namamu muncul di layar ponselku menandakan kamu sedang ingin menelponku. Aku mengangkatnya. "Halo" bisikku. Kamu kebingungan aku bicara apa karena suaranya kukecilkan. "Maaf ya aku egois"
"Lama juga tidak mendengar suaramu yang terus bertanya aku bicara apa karena suaraku kecil."
"Ngomong-ngomong aku rindu" ucapku di telepon sambil terkekeh.

Tak lama aku mendengar kamu tertawa. Tawamu yang serak dan imut itu lucu sekali, aku rindu. Kamu bercerita hari-hari tanpaku lalu menceritakan hal lucu yang kamu alami selama hilangnya kabarku. Kamu banyak tersandung karena jalanpun kamu jadi tak konsen. Memandangi ponselmu terus menunggu ponsel itu memunculkan balasan dariku.

Setelah lama bercerita tiba-tiba panggilan itu hening. Kamu terdiam tak membalas pertanyaanku. "Haloo?? Kamu tertidur?" Tanyaku.

Tak ada balasan, lalu aku berniat mematikan telepon tapi kemudian kamu menjawab dengan suara bersemangatmu. "Tunggu aku ya disana" katamu.

Aku terdiam sejenak lalu menatap panggilan. "Yang benar?" Tanyaku lagi. Lalu dia berkata lagi. "Ya.., siapa suruh kamu buat aku jadi ingin menemuimu? Kenapa 4 jam bisa jadi masalah? Aku pasti bisa. Makanya tunggu aku" lanjutnya. Aku tersenyum menatap ponsel. Lalu kemudian aku terkekeh. Seolah tak sabar aku bertanya.

"Kapan?" Lalu kamu terdiam lagi. Hahaha kamu pasti sedang berpikir. "Tanggal 28"

"Ohhh jadi tanggal 28 kamu mau kesini?" Lanjutku.

"Engga hehe, tanggal 28 aku lanjut suntik diftery yang ke dua hehe" balasmu menyebalkan.

"Apaansih ga nyambung. Orang aku tanya kapan kamu kesini juga" aku cemberut walaupun sebenarnya geli juga mendengar recehmu itu.

"Rahasia lah, biar surprise kan kamu suka kejutan."

"Apasih sok tahu dasarrr" aku terkekeh mendengar recehnya dia.

"Tunggu aja sih, ga suka nunggu ya?" Tanyanya lagi dengan nada menyebalkan.

"Kalau gak suka ngapain aku nungguin kamu sampai 2 tahun gini haaaa. nyebelin bangett."

Dia tertawa mendengar balasanku. Lalu hening kembali. Aku kira kamu tertidur namun aku tertipu dua kali olehmu. "Makasih ya udah mau nunggu" ucapnya pelan di temani dengan menyebut namaku lembut.

"Sama-sama" balasku sambil tersenyum. "Aku bakal nunggu orang yang ngasih coklat diam-diam dateng deh, aneh juga sih ngasih coklat tapi coklatnya doang yang dateng orangnya sih enggak. Mistisss" ledekku.

"Yauda maunya apa???"

"Maunya orangnya lah yang dateng" balasku cemberut. Lalu tak lama kamu tertawa lagi dengan tawa manismu. Seolah kamar yang tadinya sunyi jadi lebih menyenangkan saat bisa mendengar suaramu lagi. Kami terlarut dengan banyaknya cerita yang mengisi pagi itu. Aku harap semuanya tak pernah berubah begini.

***

Kepada sang pencipta rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang