***
Aku sampai lupa meceritakan tentang sahabatku, seolah ku tak lupa dengan bagaimana dia menemaniku dari banyak hal sulit. Membuat hariku semakin menyenangkan dan penuh tawa. Dia yang paling dekat denganku. Foto kecilkupun kamu tak lupa untuk sering mengirimkannya ke kekasihku sekarang. Cukup menyebalkan, akan ku tunggu saat-saat pembalasanku kalau kamu nanti punya seorang kekasih.
Lalu sekarang dimana sahabat dekatku yang biasa selalu mencariku? Dimana orang yang selalu membangun tawaku? Dimana kamu yang selalu mau mendengar ceritaku tentang dia? Sekarang kamu cukup berbeda. Seolah aku bukan lagi orang terdekatmu. Aku seperti terhalang benteng besar yang kamu bangun sendiri. Kamu menjauhiku.
Saat itu merupakan hari yang begitu panas dan melelahkan. Aku dan temanku yang lain sedang berbicara akan banyak hal yang bisa saja menjadi hiburan di teriknya matahari saat itu.
Seolah tak tahan dengan keluhanku mengenai sahabatku yang sekarang mulai berbeda, temankupun akhirnya menyerah. Dia bercerita bagaimana kamu, sahabatku. Kamu menyimpan perasaan pada orang yang kucintai. Sangat menyakitkan saat mendengar orang yang selama ini kita percayai mencoba merebut orang yang kita cintai.Sesak saat mendengar orang yang kita cintai juga dicintai sahabat sendiri. Sedih saat mendengar sahabatku menyimpan rasa dengan orang aku cintai. Sangat tertekan saat mengetahui bahwa orang yang aku percayai ingin menjadi orang ketiga dalam hubunganku.
Ternyata dugaanku salah. Aku kira kamu menjauhiku karena aku ada salah padamu namun ternyata kamu menjauhiku karena kamu merasa bersalah padaku. Mendengar itu dari temanku lidahku seolah beku. Diriku enggan mengucapkan sepatah kata. Tatapankupun hampa. Entah bagaimana pikiranku saat itu. Bahkan menatap matamu dengan senyuman seperti biasanya rasanya sulit, sahabatku. Bila ditanya aku kecewa padamu saat itu, ya aku kecewa.
Saat amarah menutupi pikiranku. Seolah tak bisa melihat dari sisi lain. Aku pulang tanpa mengucapkan kata. Maaf teman, sulit membicarakan masalah itu saat ini. Mungkin nanti saat hati sudah mulai tenang. Aku juga butuh saat dimana air mataku tak membendung lagi seperti sekarang.
Aku akan menunggu cerita menyakitkan yang akan kamu jelaskan esok teman. Aku ingin mendengarnya dari mulutmu, semoga aku cukup tegar mendengarnya. Dan semoga ini tidak akan merusak hubungan pertemanan kita yang telah lama kita bangun.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kepada sang pencipta rindu
RomanceKepada siapa aku harus berbagi rindu ini, jika kamu saja enggan menjadi penadah rinduku lagi? Aku terlena pada cinta kasih yang kamu berikan tanpa tahu bahwa aku telah jatuh pada jurang yang salah. Kini harus ku berikan pada siapa rindu ini setelah...