Paradox, sebuah hukum kontradiksi.
Melawan aturan Tuhan.
Melawan tatanan semesta.
"Kau lemah, Pujangga Petir," komentar laki-laki itu. The Messenger meletakkan ujung pedangnya ke depan kepala sang pujangga, sedikit menggores kulit sang pujangga.
"Kau, kau tahu sendiri akibat melanggar aturan semesta kan?" tanya sang pujangga kepada lawannya. The Messenger tersenyum sinis. Mesin di belakang mereka mulai menyala dahsyat.
"Sebentar lagi Paradox akan tercipta! Black akan tiada! Kalian pun akan tamat!" teriak The Messenger dengan bangganya.
'Sial, kalau mesin itu aktif, semuanya akan sia-sia. Aku harus melakukan sesuatu,' gumaman sang pujangga terjawab dengan sebuah petir yang menyambar tepat di depan The Messenger yang sempat menghindar dalam sepersekian detik sebelum mengenainya. Selanjutnya, sebuah pisau terbang menggores wajah sang pembawa pesan.
"Deathbringer?" ucap sang pembawa pesan dengan ragu. Dia melihat ke arah sumber, begitu pula sang pujangga. Seorang laki-laki dengan pakaian berwarna hitam yang membalut tubuhnya bisa terlihat di antara ruangan yang bercahaya oleh mesin kebanggaan Shadow Walker.
"Lama tak berjumpa, The Messenger. Ah, bukan, Jeanne?" sapa lawannya yang membuat The Messenger tersenyum. Dia dengan mudah melepaskan topeng wajahnya, menunjukkan wajah seorang perempuan di balik wajah laki-lakinya. Penampilan baru itu tentu mengejutkan sang Pujangga Petir.
"Lama tak berjumpa pula, Ash. Ash Maverick, pengkhianat Shadow Walker, tangan kanan Pedang Emas," balas Jeanne seraya mempersiapkan pistolnya. Ash mempersiapkan tangannya untuk melepaskan pedang yang tersabuk.
"Kau tidak akan bisa menggunakan senjatamu, Ash," tantang Jeanne seraya menembakkan pistol pertama, sebelum hujan peluru mengejar Ash yang terus berjalan, bukan, berlari menghindar.
"Apakah kau masih terluka dengan pengkhianatanku, Jeanne?" tanya Ash seraya bergerak mendekati Jeanne, masih menghindari hujan peluru dari Jeanne.
"Tentu saja, kau pikir-" ucapan Jeanne terpotong saat Ash tiba-tiba menghilang dari hadapannya. Sebuah pedang muncul di sisi kanan leher Jeanne, mengejutkannya.
"Langkah Kilat," komentar Jeanne menyadari tindakan Ash. Ash mendekatkan pedang itu ke leher Jeanne, hingga setetes darah jatuh dari leher Jeanne yang terkena sayatan tipis pedang itu. Jeanne berusaha menghindar sebelumnya, namun dia menyadari bahwa Ash sudah mengunci gerakannya dengan racun.
"Racun, kapan?" tanya Jeanne yang menyadari bahwa dia terkena racun. Ash tersenyum.
"Pisau yang menggoresmu sebelum kita bertempur," jawab Ash. Ash menahan pedang itu dari membelah kepala Jeanne. Tiba-tiba, mesin kebanggaan Shadow Walker mengalami semacam error dan energi di dalamnya seperti akan meledak, namun justru seluruh energi itu menghilang tanpa jejak, mengejutkan mereka.
"Bunuh aku, bukankah itu yang kau inginkan? Aku sudah gagal," tanya Jeanne lagi, dengan nada memohon. Dia tahu Lord akan marah saat mengetahui kegagalan ini. Pada titik ini, tidak ada lagi yang bisa dia lakukan.
"Tidak ada yang bisa kalian lakukan?" tanya seseorang balik yang membuat ketiga orang di ruangan itu menjadi terkejut. Lebih tepatnya, sang pujangga dan Jeanne yang terkejut dan Ash yang menatap tajam ke sumber suara yang keluar dari kegelapan. Seorang laki-laki dengan pakaian hitam, bersama seorang anak kecil laki-laki dengan pakaian biru. Sebuah penutup mata menutup mata kiri sang anak kecil.
"Kalian akan lebih berguna membantuku," ucap sang anak kecil dengan penutup mata.
"Siapa kau?" tanya Ash, nadanya setajam pisau. Orang berbaju hitam itu membungkukkan badannya.
"Kami? Tuan adalah orang-orang yang akan mengubah tatanan dunia. Siapa kami tidak penting," jawab orang berbaju hitam itu.
"Kenapa memilih kami?" tanya Jeanne.
"Aku melihat kemampuan kalian. Mengendalikan petir, memainkan senjata dengan mahir, tanpa ragu membunuh," jawab sang anak kecil.
"Apa yang kami dapat dari kalian, yang tidak kami dapatkan sebelumnya?" tanya sang pujangga.
"Oh, banyak sekali, tuan Ardi," jawab sang anak kecil dengan sebuah senyuman.
Sementara itu, Conan, Plato dan Death Bullet berjalan menuju tempat di mana Ayumi di tahan. Mereka sudah membunuh banyak anak buah Shadow Walker, termasuk para penculik yang sebelumnya mereka kira tewas : Cure, Razor, dan Kind. Mereka juga bertemu Hand of Light dan membunuh orang itu. Lebih tepatnya, Death Bullet dan Plato yang membunuh mereka. Conan masih tidak ingin mengakhiri dengan darah, namun semuanya sia-sia.
Akhirnya, mereka tiba di depan ruangan sang pemimpin mereka. Plato memegang gagang pintu masuk yang keamanannya telah dihancurkan oleh Death Bullet.
"Siap?" tanya Plato kepada Conan dan Death Bullet. Mereka berdua mengangguk dan Plato membuka pintu.
"Ini mimpi buruk nyata."
"Lapor tuan, Shadow Walker telah kehilangan sebagian besar pasukannya. Seseorang telah menyapu para elit mereka dari dalam," ucap seorang laki-laki yang membungkuk hormat seraya menyerahkan sebuah laporan dalam kata-kata.
"Bagus. Teruskan serangannya. Buat mereka semua hancur. Buat mereka ketakutan," ucap orang yang bersembunyi dalam gelap itu. Sang pembawa pesan mengangguk dan pergi meninggalkan tempat itu.
"Siap tuan."
![](https://img.wattpad.com/cover/77686762-288-k821632.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Metantei Conan : Assassinate [TAMAT]
FanfictionFanfic Detective Conan/Case Closed + Magic Kaito [CoAi/ShinShi] Setelah 9 tahun telah berlalu, Conan -dengan bantuan para intelejen dari berbagai negara- berhasil menyelesaikan kasus Black Organization. Semua anggota berhasil di tangkap atau di bunu...