27. True Storm

563 41 0
                                    


"Beritahu aku, di mana kakakku?" Sebuah pistol mengarah ke kepala laki-laki yang sedang duduk di meja belajar, sedangkan yang mengarahkan pistol berdiri di sebelah kirinya.

"Kau tahu, dia akan mati jika kau membunuhku kan?" tanya laki-laki yang terancam nyawanya.

"Benar, kalian akan membunuhnya. Setidaknya aku sejauh itu," ucap laki-laki yang mengancam. Namun, pistol itu semakin mendekati kepala yang mendapat ancaman. Dengan nyawanya semakin mendekati ajal, dia menoleh ke arah orang itu.

"Katakan, Death Bullet, bagaimana cara kami mendapatkan teknologi The One Eye milik kakakmu, dan dia akan selamat," ucap orang yang berada pada posisi terancam.

"Kalian mengancam dia untuk The One Eye? Aku kira kalian takut dengan kemampuannya," ucap Death Bullet dengan senyuman menyeringai. Dia menjauhkan pistolnya.

"Sekarang aku mengerti," ucapnya lagi, "kenapa kalian tidak membunuhnya. Kalian hanya menekan kakakku sampai dia mengatakan di mana dia menyembunyikan teknologi legendaris itu. Biar aku sampaikan padamu, dia telah menggunakan teknologi itu untuk mengirim lokasi markas rival kalian ke rival kalian yang lain."

Orang yang sebelumnya terancam itu menatap tidak percaya. "Apa? Padahal Pedang Emas mengawasi dia dengan sangat ketat!"

"Jujur saja, kalian sangat awam dengan apa yang sebenarnya aku panggil dengan istilah The One Eye," suara seseorang yang membuat yang sebelumnya terancam pistol Death Bullet menatap ke sumber suara. Di sana, seorang laki-laki yang serupa dengan dirinya berdiri dengan santai, namun senyuman menyeringai terlihat di wajahnya.

"Mata kiriku adalah The One Eye," ucapnya lagi, setelah itu waktu seakan berhenti sebelum orang yang tadinya terancam hilang dari dunia itu, tanpa jejak.

"Aku mengetahui perbuatannya. Dia mencoreng namaku sebagai Deathbringer," ucap orang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai Deathbringer. Death Bullet menyunggingkan sebuah senyuman.

"Kau tidak membunuh detektif itu kan?" tanya Deathbringer. Death Bullet menggelengkan kepalanya. Deathbringer berjalan ke kursi yang sebelumnya menjadi tempat duduk duplikatnya.

"Jadi, apa tugas kita selanjutnya?" tanya Deathbringer kepada Death Bullet. Death Bullet tersenyum, menyerahkan sebuah kertas peta kota London.

"Mari kita mulai," ucap Deathbringer, seraya mengeluarkan laptopnya.

Sementara itu, di helikopter rekan Assassinate...

Conan dan teman-temannya duduk di helikopter yang ternyata jauh lebih besar dari perkiraan mereka. Mereka menatap tidak percaya dengan bagaimana luar dan dalamnya jauh berbeda.

"Teknologi miniaturisasi. Membuat sebuah objek dapat berubah ukuran sesuai keperluan," ucap rekan Assassinate. Haibara menatap ke arah orang itu, melontarkan pertanyaan.

"Aku tidak menduga ada teknologi seperti itu. Dari mana kau mendapatkannya?" tanya Haibara. Orang itu menjawab dengan satu kalimat yang membuat mereka semua cukup terkejut.

Pedang Emas

"Kau pengkhianat Pedang Emas berarti?" tanya Conan. Orang itu tersenyum tanpa menoleh kepada Conan dan teman-temannya, lalu menggeleng.

"Aku dapat dikatakan orang yang sangat loyal. Hanya saja, pekerjaanku adalah caraku sendiri. Aku punya privilege kalau mereka menyebutnya, dan bos percaya kepadaku," jawabnya yang membuat mereka terkejut.

"Jadi, kau memburu kami ya?" tanya Conan mempersiapkan stun gun miliknya. Orang itu hanya tersenyum tanpa menoleh, lalu menjawab santai.

"Tugasku sebenarnya adalah membunuh Sherry, dan aku tahu siapa Sherry. Dia ada di helikopter ini, dengan penampilan menawan yang akan menipu teman-temannya sendiri. Benarkan, Ai Haibara?" balasnya yang membuat mereka semua terkejut.

Metantei Conan : Assassinate [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang