34. Execute

549 33 2
                                    

WARNING : MENGANDUNG KEKERASAN BERLEBIH!

This is, the end.

The contract, is fulfilled.

Your time, is up.

"Ayumi!"

Mata perempuan itu seperti kehilangan cahayanya. Conan hanya bisa menatap tidak percaya dengan apa yang dia lihat.

Rahasia yang selama ini dia simpan dengan rapat. Rahasia yang selama ini tersusun rapi. Akhirnya mengejarnya dengan konsekuensi.

"Tidak ada Lord," ucap Plato seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan itu. Death Bullet menggelengkan kepala sebelum menembak ke salah satu sudut gelap di ruangan itu. Terdengar suara menghindar.

"Bagaimana kau bisa tahu, Death Bullet?" tanya seorang laki-laki dewasa yang menampilkan dirinya dari dalam kegelapan. Plato menggenggam tangannya erat.

"Lord."

"Ah, Plato. Lama tak berjumpa, apa kau masih ke kuburan orang tua mu?" sindir Lord yang membuat Plato marah. Plato segera mengeluarkan pistol dan pisau yang dia ambil dari anak buah si Lord. Dia segera menembak Lord hingga kehabisan peluru dari pistolnya sebelum berusaha menyerang Lord dengan pisaunya.

"Clavier Darkcrow, kau keparat sialan yang telah merampas hidupku!" teriak Plato yang mengejutkan Death Bullet.

Sebuah pertempuran antara Plato dan Clavier terjadi. Adu tinju, adu pisau, hingga tembakan bersuara di pertempuran mereka. Mungkin Plato sangat hebat, namun Clavier dapat menguncinya setelah delapan belas menit mereka beradu sementara Conan dan Death Bullet mengevakuasi Ayumi, meninggalkannya sendiri.

"Sial kau!"

"Anak bangsat! Kau tidak tahu terima kasih kepada yang merawatmu!"

"Merawat? Kau bilang merawat? Kau membunuh ibu!"

Tamparan pertama mengenai wajah Plato yang berdarah. Namun, Plato tetap berusaha untuk bertahan dengan hidupnya. Clavier mengeluarkan sebuah suntikan dan menyuntikkan sebuah racun ke tubuh Plato.

"Racun apa-"

"Racun agar kau segera mati."

"That's enough, Clavier Darkcrow," suara itu mengejutkan Clavier dan Plato. Plato yang sudah kesulitan menggerakkan tubuhnya menoleh perlahan ke sumber suara, sementara Clavier menatap tidak percaya dengan orang yang dia lihat adalah orang yang dicari dunia, Deathbringer. Sang pembawa kematian telah berkunjung.

"It's useless to resist death," ucapnya lagi dan detik selanjutnya dia berada di belakang Clavier, pedang berjarak 2 cm dari sisi kiri wajahnya.

"Bagaimana... bisa?" tanya Clavier dengan terbata. Deathbringer tersenyum sadis.

"I have come to harvest soul, so I shall,"

Dan dengan itu sebuah ledakan terjadi bersama ribuan listrik yang menyambar ruangan itu.


Conan dan Death Bullet mendengar suara gemuruh dan melihat ke arah sumber. Api mulai berkobar di gedung tempat mereka berada akibat ledakan di ruangan utama. Mereka segera ke ruangan di mana Detective Boys berkumpul. Conan mendobrak pintu dan para Detective boys terkejut dengan Conan dan Death Bullet dan Ayumi, sebelum mereka tersenyum senang.

"Kalian berhasil!" ucap Genta bersemangat. Namun, wajah Conan tampak sendu.

"Maafkan aku," ucap Conan pelan. Haibara, menyadari ada yang janggal, segera berdiri meski harus menahan nyeri dari luka sebelumnya, dan melihat ke tubuh Ayumi. Dia hanya bisa menahan mulutnya yang ingin muntah dan air mata yang ingin jatuh.

"Maaf, Haibara," ucap Conan lagi, pelan. Haibara tersungkur. Temannya telah menjadi korban. Meskipun dia hidup, dia telah kehilangan cahaya.

"Kita simpan semua emosi untuk nanti. Sekarang, kita harus pergi," ucap Death Bullet memecah kesedihan. Api yang terus merambah mendekati ruangan mereka.

"Ayo!" dan semua bergegas melarikan diri dari tempat itu, barely clinging to their lives.


"Maafkan aku Ayumi-chan!" dan saat mereka berhasil keluar dan berkumpul, Haibara hanya bisa menangis dihadapan tubuh Ayumi yang tidak sadarkan diri. Hanya air mata yang dapat menjelaskan, hanya air mata yang dapat diteteskan.

"Haibara-san," ucap Conan pelan.

Dan semuanya hanya bisa berduka bersama hujan. Keberhasilan mereka seperti sia-sia.


Sebuah petir menyambar dihadapan mereka, lalu menampilkan Deathbringer yang tiba-tiba datang.

"Kerja bagus, Death Bullet. Sayang kita tidak bisa memastikan semua sesuai rencana," komentar Deathbringer seraya menatap ke laki-laki dengan penampilan dingin itu.

"Tidak apa. Sepertinya mereka juga bergerak," ucap Death Bullet.

"Satu langkah untuk mereka," komentar Deathbringer. Laki-laki itu menatap ke arah Haibara.

"Assassinate, Akechi dan Fairy, mereka tidak selamat," ucapnya lagi yang mengejutkan mereka.

"Kenapa... kenapa orang-orang harus menjadi korban atas dosaku?" Haibara bertanya kepada langit, putus asa mendengar kalimat Deathbringer. Death Bullet menatap rekannya heran.

"Kenapa disampaikan?" tanyanya.

"Mereka berhak tahu," jawabnya seraya menutup mata. Siapa sangka jika mereka bergerak sekarang dan menghabisi potential allies-nya?

"Kalau begitu, kita harus segera bergerak. Pedang Emas dan Shinso kehilangan banyak pula dalam perang ini. Mereka akan memanfaatkan situasi ini," komentar Death Bullet.

'Mereka?' gumam Conan dan dia menatap ke arah dua rekan misteriusnya itu secara bergantian.

"Siapa mereka?" tanya Conan.

"Sesuatu yang akan kalian ketahui sendiri," ucap Deathbringer seraya menatap ke satu titik yang jauh. Seorang sniper tampak mengamati pergerakannya, namun tidak menembaknya karena dia tahu bahwa lawannya memerintah badai dan petir seperti pion catur. Deathbringer menutup matanya sejenak dan sebuah petir membunuh orang itu.

"Ayo pulang, Death Bullet," ajak Deathbringer. Mereka berdua pergi meninggalkan Detective Boys. Namun, sang pembawa kematian berhenti sejenak saat mereka belum terlalu jauh.

"Oh, dan Conan, intelku mengatakan bahwa Ran masih hidup. Sampai jumpa."

Mohon maaf jika sangat kurang memuaskan dalam aftermath serta grand clash nya. Selanjutnya adalah epilog dari cerita. Epilog akan saya post besok atau lusa.

Metantei Conan : Assassinate [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang