Besoknya di sekolah.
Semalam gue gak bisa tidur dengan nyenyak, gue susah tidur. Bukan karena gue ada penyakit imsomnia, gue gak bisa tidur karena kepikiran masalah semalam pas mau cium Dora tapi gak jadi.
Malu banget gue, parah.
Arghh! Kenapa juga sih gue jadi pengen cium dia? Harus kayak gimana kalo ketemu dia entar.
Ernes, Alfi dan Elios ngeliat gue dengan tatapan curiga.
"Lu kenapa bro, semalam gimana jalan sama Dora, enak?"
Tanya Ernes yang gue balas dengan pelototan tajam. Dengar nama Dora bikin gue sensi, apalagi ingat kejadian gagal ciuman tadi malam, gara-gara dia bersin, gue yang malu."Sssttt, diam deh. Ada istrinya Andrio tuh." seketika mereka bertiga diam waktu Si Dora baru datang dan duduk ke tempatnya dengan muka lempengnya, seolah semalam tidak terjadi apa-apa.
"Pfftt." Elios udah nahan tawa.
"Kayaknya ada sesuatu nih semalam?"
Celetuk Alfi asal, tapi benar.Gue melototin mereka satu-satu, biar mereka langsung balik ke tempat duduk masing-masing.
Dengan santainya Si Dora ngeluarin buku dari dalam tas nya. Dia gak ngerasa canggung apa sama kejadian semalam, apa cuma gue doang yang ngerasa aneh.
Gue masih membaringkan kepala gue di meja, mager mau ngapa-ngapain. Lagi gak ada guru juga pagi ini.
"Dora, elusin kepala gue dong, mau tidur nih. Ngantuk."
" Ckck. Masih pagi udah udah mau tidur mau jadi apa bangsa ini kalau penerusnya kayak lu gitu?" gumamnya yang kemudian mengabsen anak-anak di kelas yang lagi berisik banget. Berhubung dia menjabat sekertaris di kelas, jadi dia yang tiap hari ngabsenin kita.
Berkali-kali dia teriak manggil nama mereka, tapi mereka malah ngacangin dan gak peduli sama cewe gue yang teriak-teriak.
"Syifa Nadia."
Bla bla bla bla bla bla bla bla
"SYIFA NADIA"
tak ada satupun makhluk yang menggubris Anjali, mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing.
Gue yang tadinya mageran, jadi kesel sendiri ngeliat kelakuan temen gue yang kebanyakan apatis. Jadi kayak gini perasaan Anjali selama ini? Di abaikan.
BRAKKKK....
Gue berdiri memukul meja gue.
Seketika kelas jadi hening. Mereka semua melihat ke arah gue.
"LO SEMUA BISA JANGAN BANYAK BACOT GAK SIH?! LU HARGAIN DONG DORA YANG LAGI NGABSENIN, JANGAN PADA APATIS SAMA TEMEN SENDIRI!"
Mereka saling ngeliat satu sama lain.
"Lanjut aja ngabseninnya." gue duduk kembali di kursi gue.
Setelah ngabsenin, Dora kembali duduk di samping gue.
"Makasih buat yang tadi."
Bisiknya di telinga gue, mungkin dia pikir gue gak dengar karena tidur. Padahal sebenarnya gue gak lagi tidur saat itu.***
Tin tin tin
Gue menepikan mobil gue di pinggir jalan begitu ngeliat Dora yang lagi nunggu angkot.
"Eh Dora, mau pulang barenggak?"
"Gak usah, gue naik angkot aja." anjirlah gue tawaran gue di tolak tanpa di pertimbangin dulu.
"Oh yaudah."
Gengsi gue terlalu gede buat nawarin dia lagi, ngapain juga gue bujuk kalau dianya aja nolak.
Gue mematikan mesin mobil gue, turun dari mobil dan ikut nemenin dia nunggu angkot.
"Rio lu ngapain? Gak balik."
"Gapapa, gue pengen nemenin lu dulu sampe dapet angkot."
Mukanya yang bulat langsung bersemu merah.
"Gak usah GR, gue cuma takut lu di culik, soalnya sekarang lagi marak penculikan anak." lanjut gue.
Dia menggembungkan pipinya karena kesal. "Lu pikir gue anak kecil apa?!"
Gak lama, dia mengangkat tangannya menghentikan angkot, tapi angkot itu gak mau berhenti, mungkin karena kepenuhan penumpang kali ya.
Karena dari tadi angkot yang lewat kebanyakan penuh, gue yang greget langsung nyetopin taxi yang lewat.
"Pak, tolong anterin dia ya ke komplek cemara Indah. " ucap gue pada supir, lalu gue menyerahkan uang lembaran ratusan ribuan ke supir taxi itu.
"Ayo masuk." ucap gue setelah ngebukain pintu mobil.
"Tapi Rio--"
"Udah, sana pulang."
Dahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Call Me Dora! [Cinta Lama Belum Kelar]
Teen FictionGenre :TEENFICTION [Story 2] Semua berawal ketika masa orientasi sekolah dulu. Anjali--gadis dengan rambut mirip seperti Dora--tak pernah menyangka bahwa surat cinta yang ia buat akan menjadi pembuka cerita untuknya. Ia tak pernah menyangka bahwa...