. Cerita ini menggunakan alur mundur.
Playlist i Miss you
🌵🌵🌵
Astaga, pagiku benar-benar kacau. Bagaimana bisa kaos kaki masuk ke dalam kulkas?Lalu apa lagi ini? Es batu di atas wajan penggorengan?
Aku tau siapa pelakunya.
Dengan rambut tergelung berantakan serta baju daster di lapis celemek memasak, aku datang ke ruang menonton TV sambil membawa sendok kayu di tangan.
"ANDRIO!"
Teriakku kesal.Namun anak kecil berumur enam tahun yang aku panggil itu hanya duduk asyik menikmati kartun paginya.
"Andrio, Mama lagi ngomong sama kamu loh."
Lagi, anak kecil itu masih saja diam.
Geram melihat tingkah nakalnya yang seolah bertelinga bebal, aku kemudian datang di sampingnya. Ku cubiti pipi chubbynya yang semerah buah delima.
"Awuhhh. Sakit Mama."
Ringisnya kesakitan.Iya, namanya Andrio. Andrio kecil yang selalu mengingatkanku pada cinta pertamaku dulu saat SMA.
Ternyata bukan hanya namanya yang sama, tapi kelakuan tengilnya juga gak beda jauh. Apa seharusnya dulu aku gak perlu memberikan nama yang sama ya dengan cinta pertamaku?
"Kamu tau kan tadi Mama panggilin kamu, nyebut nama kamu malah, kok Rio gak nyaut?"
Andrio kecilku menyeringai menunjukkan bagian depan giginya yang ompong dua gigi. Runtuh sudah pertahananku, dia paling tau apa yang membuatku berhenti memarahinya.
Aku kemudian mengusap lembut pipi kecilnya.
"Rio, kok kamu iseng banget sih? Siapa yang nyuruh naroh kaos kaki bekas di dalam kulkas? Terus siapa yang ajarin taruh es batu di wajan?"
Tanyaku sedikit lembut agar dia mau jujur."Abisnya Rio bosen Ma, tiap hari di rumah terus ih. Waktu itu kan Mama janji mau jalan bareng sama Rio, Mama gak asik ah!"
"Ya kan kamu tau Mama banyak banget kerjaan."
Kuperhatikan wajahnya yang merengut sedih. Salahku juga sih, padahal aku sudah berjanji membawanya pergi jalan-jalan setiap akhir pekan, namun semua itu terkendala karena tugas kantor yang tiada hentinya membuatku pusing.
"Kalo Papa kamu tau kamu nakal begini, pasti dia sedih banget deh." ujarku sambil mengusap rambut hitamnya. Wajahnya begitu persis dengan Papanya. Kulitnya, hidungnya, bahkan caranya tersenyum selalu berhasil membuatku kembali jatuh cinta pada sosok Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Call Me Dora! [Cinta Lama Belum Kelar]
Teen FictionGenre :TEENFICTION [Story 2] Semua berawal ketika masa orientasi sekolah dulu. Anjali--gadis dengan rambut mirip seperti Dora--tak pernah menyangka bahwa surat cinta yang ia buat akan menjadi pembuka cerita untuknya. Ia tak pernah menyangka bahwa...