BAB 17

21.8K 1.4K 319
                                    

MAAF TELAT BEUD. PAS NULIS AGAK NGADT2 IDE:( COMMENT YG LALU BELUM DIBACA SEMUA, AKU SIBUK SEKALI CEYENK:( SEMOGA SUKA YAA, JAN LUPA BINTANG SAMA KOLOMNYA PLEASE. KEY BIASA KEEP ACTIVE KLO COMMENT AWAL.:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Magnus."

Putri Harmony tersentak, membuka matanya dan menatap ke sekeliling ruangan. Ini bukan ruangan yang sama seperti ruangan ia melihat Magnus. Ini adalah kamar atas—kamar Pangeran Silas yang mana ia sempat berdebat dengan pangeran itu soal tempat mereka tidur.

"Apakah mimpimu sangat indah, Harmony?" Nada menyindir itu terdengar sangat kentara.

Putri Harmony langsung beranjak dari tidurnya, menemukan Pangeran Silas bersandar di pojok ruangan, berdiri dengan kedua tangan terlipat dan kedua kaki yang menyilang. Pria itu tampak gelap dengan mata tajamnya juga setelan turtleneck hitam yang membungkus tubuhnya.

"Silas, bagaimana kau bisa ada di sana?" tanya Putri Harmony heran.

"Mungkin aku memang bisa muncul tiba-tiba." Pangeran Silas tersenyum miring, kemudian dalam sekejap, senyum itu hilang berganti dengan wajah dingin juga sinar mata yang beku.

"Siapa yang kau mimpikan, Istriku? Apakah itu Magnus?"

Mimpi? Pangeran Magnus... Semua itu hanya mimpi?

"Tidak, Silas." Putri Harmony membantah, menggelengkan kepalanya kuat-kuat menolak gagasan Pangeran Silas. "Magnus... Dia... Dia ada di sini. Dia mememelukku tadi. Dia mengecupku. Di mana dia, Silas? Dia pasti bersembunyi, kan? Kau pasti menyembunyikannya, kan? Kau bersekongkol dengannya? Kau dan Raja Maranello...."

Putri Harmony tiba-tiba menyibak selimut, beranjak dari ranjang dan tergesa-gesa berjalan tanpa arah.

"Magnus," teriaknya.

"Magnus... Magnus...." panggilnya sekali lagi, frustasi karena tidak mendapat jawaban. Konyolnya, Putri Harmony sampai menuju almari dan membuka pintu almari tersebut.

Pangeran Silas menggertakan gigi, mengetatkan rahang dan bersiap mengeluarkan lahar panas.

"Berhenti, Harmony," ujar Pangeran Silas dingin. "Berhenti menyebut nama Magnus!" bentaknya.

Putri Harmony seketika bungkam, terperangah mendengar bentakan Pangeran Silas. Ia kemudian lebih terkejut lagi ketika Pangeran Silas secepat kilat menerjang maju dan memegangi kedua bahunya erat.

"Bukankah aku sudah pernah bilang padamu, Perempuan?" Mata cokelat Pangeran Silas berkilat marah. "Jangan pernah berani-beraninya menyebut nama pria lain di wilayahku dan sekarang...." Pangeran Silas mendesis tidak suka. "Lihat kelakuanmu, Putri Yang Terhormat..."

"Kau. Dengan. Beraninya. Menyebut. Nama. Pria lain. Di atas ranjangku!" tekan Pangeran Silas keras.

"Biar aku jelaskan padamu...." Pangeran Silas menggerakkan lidahnya kejam. "Apapun yang kau mimpikan tadi bersama Pangeran Impianmu, semuanya adalah mimpi. Hanya mimpi. Magnus tidak ada di sini. Pengecut itu tidak ada di sini." Pangeran Silas memajukan wajahnya, mengintimidasi Putri Harmony yang tampak tidak berkutik di bawah tekanannya. "Hanya kau dan aku yang ada di sini. Kita," bisiknya tajam.

Detik selanjutnya, Pangeran Silas mencium bibir Putri Harmony, mencecap bibir itu tidak sabar seolah-olah tidak akan ada kesempatan lagi untuk menciumnya. Tidak peduli Sang Putri yang enggan diciumnya, Pangeran Silas memainkan lidah Putri Harmony dengan penuh emosi.

Merasa ciuman Pangeran Silas yang kasar, Putri Harmony tentu tidak membiarkan dirinya di bawah kuasa pangeran itu. Dengan berani, ia menyentak tubuh Pangeran Silas, mendorongnya menjauh dan tanpa bisa diduga oleh Pangeran Silas, ia menampar keras pipi pangeran itu.

"Itu untuk ciumanmu." Putri Harmony memberanikan diri menatap marah pada Pangeran Silas. "Dan ini...." Tangan Putri Harmony kembali menampar pipi Pangeran Silas yang lainnya. "Itu untuk kata-kata menghinamu terhadap Magnus!" teriaknya.

Dan lepaslah....

Lepaslah seluruh kesabaran Pangeran Silas.

Pria itu kini berdiri bagaikan predator yang siap memangsa umpannya.

"Berani-beraninya kau menamparku, Perempuan!" Pangeran Silas menyambar leher Putri Harmony, tidak tanggung-tanggung mencekiknya dengan rasa tidak terima. "Berani-beraninya kau menamparku dan membela pria lain di depan wajahku!"

Putri Harmony tentu merasa napasnya sesak, berusaha mencari udara melalui mulutnya. Pangeran ini sungguh-sungguh mencekiknya, bukan hanya sekedar tarik-ulur semata. Akan tetapi, ia bisa bernapas lega ketika cekikan tersebut hanya berlangsung sebentar.

"Bersyukurlah karena kau adalah istriku, Harmony." Pangeran Silas menepuk kedua tangan bolak-balik seolah-olah ia membersihkan debu dari tangannya. "Jika bukan, mungkin aku sudah...."

"Kau mau membunuhku?" potong Putri Harmony dengan suara keras. "Bunuh saja aku! Aku lebih baik mati daripada harus hidup dengan orang gila sepertimu!" jeritnya.

"Kau gila, Silas! Kau tidak waras. Kau gila!" sentak Putri Harmony.

Pangeran Silas menggeram, mencengkram rahang Putri Harmony menggunakan salah satu tangannya. "Ya, Harmony. Aku gila. Aku tidak waras. Terserah apa katamu...." desisnya.

"Dan biar kita lihat apa yang bisa orang yang kau anggap gila ini lakukan," sambung Pangeran Silas dingin.

Hal selanjutnya yang terjadi adalah Putri Harmony meronta di dalam kurungan Pangeran Silas yang merobek kasar pakaiannya.

"Kau mau lihat... Kau milikku. Hanya aku dan bukan Magnus," bisik Pangeran Silas sebelum memaksakan kehendaknya pada Putri Harmony.

The Secrets of Prince Silas (WealthBridge Kingdom Series #1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang