BAB 4

27.8K 1.5K 167
                                    

"Aku ingin membuat perjanjian pra-nikah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku ingin membuat perjanjian pra-nikah." Pangeran Silas duduk di hadapan Raja Maranello dengan wajah dinginnya seperti biasa. Pesta resepsi baru saja selesai dan menurut Pangeran Silas, itu adalah acara paling membosankan dan melelahkan sepanjang hidupnya.

"Magnus tidak mengadakan perjanjian pra-nikah." Raja Maranello menjawab Pangeran Silas tanpa basa-basi.

"Bagaimana bisa?" Pangeran Silas terperangah. "Apa dia sudah gila? Bagaimana kalau tiba-tiba istrinya meninggalkannya dan mengambil takhta kerajaan secara cuma-cuma? Dasar lelaki bodoh!" umpatnya.

"Silas!" Raja Maranello menyipitkan matanya, memberi tatapan tajam pada Pangeran Silas yang dengan berani menghina kakaknya sendiri di hadapannya dengan kata kasar.

Pangeran Silas tersenyum sinis.

"Itu sudah menjadi aturan kerajaan, Yang Mulia. Bagaimana mungkin kau mengizinkan Magnus tidak membuat perjanjian pra-nikah? Apakah kau juga sudah ikut-ikutan gila seperti Magnus?" sindir Pangeran Silas tajam.

Raja Maranello berdesis tidak terima. "Aku sudah memperingatkannya dan dia tetap keras kepala. Dia menolak untuk membuat perjanjian pra-nikah."

"Kalau begitu, aku tetap ingin membuatnya. Aku adalah aku dan aku bukan lah Magnus yang bodoh."

Raja Maranello menarik napasnya panjang, memijat ujung pelipisnya. "Terserah padamu. Kau bisa menghubungi Hilson jika kau memang ingin membuat perjanjian pra-nikah."

"Well... Aku akan melakukannya." Pangeran Silas meninggalkan ruangan Raja Maranello tanpa mengucapkan pamit ataupun membungkuk hormat. Ia bahkan meninggalkan kursinya dengan bunyi decitan yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang pangeran. Hal tersebut tentu membuat Sang Raja perlu berdesis di kursinya, menatap tajam punggung putra bungsunya dan mengusap wajahnya kasar.

Sampai kapanpun, anak bungsunya itu sulit untuk diatur. Pangeran Silas tidak pernah tahu yang namanya aturan, bahkan ketika usianya nyaris menyentuh kepala tiga.

Bagaimana bisa dia mempercayakan takhta kerajaan pada Pangeran Silas?


"Well, selamat malam, Ratuku Yang Terhormat"

Putri Harmony sedang memandang langit malam yang diselimuti kegelapan ketika sebuah suara yang tidak pernah ingin didengarnya muncul dari arah belakang. Ia membalikkan tubuhnya dan menemukan Pangeran Silas yang masih mengenakan setelan putihnya berdiri di ambang pintu.

"Mengapa kau memandang langit dengan wajah sedih?" Pangeran Silas bertanya dengan nada meremehkan. Memasuki ruangan dan menutup pintu di belakangnya. "Apakah langit gelap juga sedang mengejekmu?" lanjutnya sinis.

Pangeran Silas membuka tuxedo-nya, melepas dasi kupu-kupu yang sejak tadi sangat mencekik lehernya. Ia membuang begitu saja ke sembarang tempat. Lalu, berjalan selangkah demi selangkah mendekati Putri Harmony.

"Kenapa mundur, Istriku? Apakah kau takut dengan suamimu ini, Hm?" Pangeran Silas menyindir Putri Harmony yang terus melangkah mundur seiring dengannya yang melangkah maju.

"Seharusnya kau senang, Sayang, kau berhasil menjadi ratuku di antara banyak perempuan yang sangat menginginkan posisi itu." Pangeran Silas mengurung gerakan Putri Harmony dengan menumpukkan satu tangannya pada jendela kaca yang kini menjadi tempat sandaran Putri Harmony.

"Silas, kumohon, ini salah," ucap Putri Harmony dengan nada memohon.

Pangeran Silas tersenyum miring, memiringkan kepalanya ke satu sisi agar jarak wajahnya dengan wajah Putri Harmony semakin dekat.

"Apa yang salah, Sayang? Kita telah menikah sekarang. Katakan padaku, apa yang tidak bisa kita lakukan di kamar ini, Hm?"

"Silas, kumohon."

"Putri yang memohon pada pangeran, eh?" Pangeran Silas tersenyum mengejek, membuat Putri Harmony semakin tersudut, apalagi sepasang mata cokelat gelap itu selalu memancarkan aura dingin, meskipun terdapat senyum di bibir Sang Pangeran.

"Kau mengatakan pada semua orang bahwa pernikahan ini hanya untuk mempertahankan harga diri kerajaan," ucap Putri Harmony.

"Ya." Wajah Pangeran Silas semakin mendekat, nyaris hidungnya menyentuh hidung Putri Harmony. Hal tersebut tentu membuat Sang Putri semakin gemetar.

"Menyingkir dariku, Silas," peringat Putri Harmony.

"Kenapa?" Pangeran Silas berbisik pelan. "Kau tidak menyukai ini? Aku bisa memberi kehangatan padamu. Di ranjang itu. Percaya padaku, kau akan meminta lebih setelahnya."

Putri Harmony menelan ludahnya. Bukan rahasia umum jika banyak terdengar putra bungsu dari Raja Maranello adalah seorang cassanova yang hampir setiap malamnya tidur dengan perempuan yang berbeda. Putri Harmony tentu tidak ingin menjadi salah satu dari deretan perempuan yang ditiduri Pangeran Silas.

The Secrets of Prince Silas (WealthBridge Kingdom Series #1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang