BAB 24

20K 1.3K 178
                                    


I know its beeen so looooooong loooong time since Key post last chapt. Bukannya ngilang or gamau lanjut, but Key lagi sibuk2nya dgn real life. So sorry bikin kalian menunggu sampai mungkin lupa sama chapt sebelumnya. Hopefully kalian ttp antusias yapp dgn story ini. Jan lupa klik star & kasih reaksi habis baca ini. ILY :'

"Faktanya Magnus tidak menjemputku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Faktanya Magnus tidak menjemputku." Pangeran Silas bergumam dingin, menolak gagasan jika Pangeran Magnus menemuinya sebelum pemberkatan pernikahan pangeran nomor satu itu berlangsung.

"Carlos yang menjemputku, lebih tepatnya mengancamku. Benar begitu, Penasehat?" tambah Pangeran Silas disertai gerutuan, mengingat bagaimana Carlos lengkap bersama para anak buahnya mendatanginya di Beverly Hills dan secara cuma-cuma memberikan doktrin bahwa ia harus mau ikut bersama mereka atau proyek pembangunan pemukiman bagi anak-anak yatim yang direncanakan oleh Pangeran Silas tidak akan disetujui Raja.

Carlos mengangguk, membenarkan jika memang dia sendiri lah yang turun langsung ke Beverly Hills untuk memaksa agar pewaris tahkta nomor dua ini mau datang dalam pernikahan kakaknya.

"Alright.  Aku berubah pikiran." Pangeran Silas menarik napasnya pelan. "Aku mau ikut denganmu, Carlos. Aku akan pulang ke istana," putus Pangeran Silas.

Pada akhirnya, Carlos bisa menghirup napasnya lega. Setidaknya, Istana Wealthbridge bisa kembali stabil, akan ada yang menggantikan tugas Sang Raja sementara Raja Maranello masih terbaring lemah.

"Mari, Pangeran," ucap Carlos, mempersilahkan Pangeran Silas dan Putri Harmony untuk berjalan lebih dahulu.

"Well... Anggap saja aku bersimpati dengan Magnus yang diculik," kata Pangeran Silas cuek ketika berjalan melewati Carlos dengan Putri Harmony yang berada dalam genggaman tangannya.

 Anggap saja aku bersimpati dengan Magnus yang diculik," kata Pangeran Silas cuek ketika berjalan melewati Carlos dengan Putri Harmony yang berada dalam genggaman tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Gail, antarkan Putri Harmony ke dalam kamarku. Siapkan air mandi dan pakaian tidur untuknya." Pangeran Silas memberi perintah pada Gail Winslett ketika ia dan Putri Harmony telah sampai di istana yang tentunya langsung diiyakan oleh kepala pelayan istana itu. "Dan kau, Harmony, ikut Gail, bersihkan dirimu dan tidur," ucapnya tak terbantahkan pada Putri Harmony di sampingnya.

"Kau mau kemana?" tanya Putri Harmony.

Pangeran Silas mengerutkan dahinya, menunjukkan ekspresi tidak suka. "Aku punya urusan dengan Carlos."

"Silas." Putri Harmony memegang erat tangan Pangeran Silas. "Aku mau ikut denganmu," katanya.

Pangeran Silas menurunkan pandangannya ke arah tangan Putri Harmony yang menggenggam kuat tangannya layaknya seorang anak meminta gendong pada ayahnya. Ia lalu menatap Sang Putri sembari menyuguhkan senyum miring.

"Aku tersanjung, Harmony. Biasanya kau lebih suka aku jauh-jauh darimu." Pangeran Silas meraih pinggang Putri Harmony, menarik perempuan itu
agar lebih dekat dengannya. Hal itu tentunya membuat Putri Harmony merasa terintimidasi, apalagi berada di bawah tatapan mata cokelat intens milik Pangeran Silas.

"Well, Istriku yang manis...." Pangeran Silas sengaja menekan kata akhirnya, lalu berdeham sebelum kemudian melanjutkan ucapannya. "Sayang sekali aku sedang tidak dalam mood untuk bermain-main denganmu." Pangeran Silas melepaskan genggaman tangan Putri Harmony, mundur selangkah untuk kemudian menatap istrinya dengan pandangan beku.

"Kau pikir aku bodoh?" Pangeran Silas berujar dingin. Rahangnya mengeras menahan geram. "Tidur dan istirahat. Hentikan setiap pikiran Magnus dalam kepalamu. Hapus nama Magnus dalam kepala cantikmu. Aku tidak menghendakimu memikirkan Magnus. Dia bukan siapa-siapamu," desisnya marah.

"Silas, dia kakakmu. Jika memang benar dia diculik, kita harus...."

Dalam sepersekian detik, Pangeran Silas beringsut maju, mencengkram rahang Putri Harmony sampai perempuan itu tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

"Pangeran." Gail yang masih berada di sana mencoba untuk menghentikan pangerannya yang tampak sedang berapi. Namun, baru akan menggerakan kakinya, Pangeran Silas lebih dulu mengangkat tangannya ke udara.

"Jangan ikut campur, Gail." Pangeran Silas memberikan tatapan peringatan. "Pergi. Laksanakan apa yang aku katakan. Siapkan kebutuhan Putri Kita Yang Terhormat ini. Dia masih perlu diberi pelajaran supaya menghormatiku."

"Pergi, Gail," peringat Pangeran Silas tajam ketika Gail tak kunjung angkat kaki.

Gail menatap Putri Harmony dengan pandangan meminta maaf sebelum mundur perlangkah dengan ragu-ragu.

"Dengar, Harmony." Pangeran Silas mengetatkan cengkramannya. "Cukup kau mempermalukanku di hadapan Carlos dan sekarang bertambah Gail. Kau adalah istriku. Apa kau bisa memahami itu? Kau. Istriku." Pangeran Silas menekankan akhir kalimatnya, nyaris terdengar seperti desisan.

"Apa kau pikir kau pantas bersikap seolah-olah kau adalah kekasih Magnus? Apa kau pikir kau terhormat menunjukkan sikap di hadapan orang lain bahwa kau masih menginginkan pangeran yang telah meninggalkanmu di atas altar itu, Hm?"

"Seharusnya kau memikirkanku, bukan Magnus. Tapi persetan dengan itu, aku tidak peduli kau mau memikirkanku atau tidak selama kau bisa mengendalikan dirimu untuk bersikap sebagai istriku. Berhenti untuk menjatuhkan harga diriku di depan orang lain, Harmony." Mata Pangeran Silas tampak menggelap. "Dan kau pikir, kau di sini memikirkan Magnus, mengkhawatirkannya dengan asumsi yang belum tentu benar, Magnus memikirkanmu di luar sana, Hm?" Pangeran Silas tersenyum mencemooh.

"Mana tahu dia sekarang sedang bersenang-senang dengan perempuan lain di luar sana dan kau justru dengan bodohnya memikirkan dia. Kalau aku jadimu, Harmony, aku lebih baik melupakannya dan bersenang-senang dengan yang lain." Pangeran Silas menyipitkan matanya, melihat ekspresi Putri Harmony yang mulai membeku.

"Hentikan bersikap memuja Magnus. Hentikan seolah-olah kau adalah kekasih Magnus. Kau bukan kekasihnya lagi. Dia bukan milikmu. Dia takkan mau kembali lagi padamu."

"Camkan ini, Harmony...." Pangeran Silas menarik wajah Putri Harmony agar lebih dekat dengan wajahnya. Ia menundukkan kepalanya sedikit untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Putri Harmony. "Magnus tidak pernah mau mencicipi perempuan yang telah aku cicipi," bisiknya kejam, menghempaskan cengkramannya begitu saja.

"Pikirkan baik-baik kalimatku. Kau yang paling tahu bagaimana seharusnya kau bersikap," ucap Pangeran Silas, meninggalkan Putri Harmony yang terpaku di tempatnya tanpa kata.

Dia bukan tidak ingin melawan. Dia bukan tidak ingin membantah. Pangeran Silas benar....

Magnus bukan miliknya lagi sejak pangeran itu meninggalkannya di atas altar. Magnus telah mengubah segalanya; hidupnya, statusnya dan harapannya.

Dia adalah istri Silas sekarang. Kalaupun Magnus kembali, Magnus tidak mungkin mau bersama dengan istri dari adiknya sendiri, kan?

Memikirkan semua hal yang terjadi dalam hidupnya belakangan ini, Putri Harmony perlahan-lahan merosot, berjongkok dan menangis di tengah-tengah ruangan tamu bangunan utama Istana Wealthbridge.

The Secrets of Prince Silas (WealthBridge Kingdom Series #1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang