BAB 5

28.4K 1.5K 160
                                    

PLEASE LEAVE VOTE & COMMENT UNTUK NEXT BAB-NYA, OKI?

Bunyi ketukan pintu membuat Putri Harmony yang sedang melamun memikirkan nasibnya tersentak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunyi ketukan pintu membuat Putri Harmony yang sedang melamun memikirkan nasibnya tersentak. Ia melirik cemas ke arah pintu yang tertutup. Ketakutan jelas terasa dalam dirinya, berpikir mungkin yang sedang mengetuk pintunya saat ini adalah Pangeran Silas. Pria itu pasti akan berbuat sesuatu untuk membalas dendam akibat perbuatannya semalam.

Putri Harmony mengitari sekeliling kamar dengan matanya, berharap terdapat sesuatu yang dapat ia temukan untuk antisipasi apabila memang benar itu adalah Pangeran Silas. Namun, pada saat ketukan pintu ketiga kalinya, ia merasa lega ketika mendengar suara Gail.

"Ini saya, My Lady. Apakah Anda akan membuka pintunya untuk saya?"

Dengan tergesa-gesa, Putri Harmony membuka pintunya dan menemukan Gail berdiri di sana.

"Gail, ada apa?" tanya Putri Harmony.

Gail menyampaikan maksudnya, "Raja Maranello menyuruh saya untuk memanggil Anda turun ke bawah. Sarapan telah siap. Raja Maranello dan Pangeran Silas sudah menunggu Anda di bawah."

Mendengar nama Pangeran Silas, Putri Harmony kembali teringat sikap kurang ajar pria yang seharusnya menjadi adik iparnya itu semalam.

"Tidak bisakah aku sarapan di sini?" pinta Putri Harmony sopan.

Gail tersenyum meminta maaf. "Maaf, My Lady, ini perintah Raja Maranello."

Putri Harmony menghela napasnya panjang. Jika ini adalah perintah dari raja, maka ia tidak dapat membantah, apalagi posisinya sekarang adalah menantu dari Raja Maranello sehingga ada banyak aturan yang harus dipatuhi.

"Baiklah. Aku akan turun ke bawah," kata Putri Harmony pada akhirnya.

Suasana ruang makan terasa mencekam ketika Putri Harmony menemukan Pangeran Silas sedang duduk santai di sana dengan secangkir kopi panas juga koran politik yang ada di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana ruang makan terasa mencekam ketika Putri Harmony menemukan Pangeran Silas sedang duduk santai di sana dengan secangkir kopi panas juga koran politik yang ada di tangannya. Tatapannya kemudian jatuh pada Raja Maranello yang sedang duduk membelakanginya. Ia berjalan lambat-lambat, mendekati meja makan dan mulai menyentuh kursi meja makan yang terasa dingin di tangannya. Belum pernah selama hidupnya ia merasakan keadaan mencekam dalam rumah seperti ini.

"Se... Selamat pagi. Maaf saya terlambat." Putri Harmony menemukan dirinya sendiri terbata-bata ketika menyapa.

Raja Maranello dan Pangeran Silas yang mulai menyadari kehadirannya segera mengangkat wajah mereka.

"Pagi, Harmony. Aku harap hal ini tidak terulang lagi," kata Raja Maranello tegas.

Putri Harmony mengigit bibirnya. Bukan kalimat tegas Raja Maranello yang mengganggunya sebab ia sudah terbiasa mendapatkan teguran dengan nada seperti itu bila ia melakukan pelanggaran di rumahnya, melainkan tatapan tajam Pangeran Silas yang tak lepas menatapnya.

"Aku dengar kau sangat menyukai bubur gandum dengan siraman kaldu ayam. Ini adalah hasil tangan Dior. Mungkin rasanya akan sedikit berbeda dengan koki di rumahmu." Raja Maranello membuka percakapan datar.

Putri Harmony memandang bubur gandum yang telah disiapkan untuknya dengan keenganan untuk makan. Aroma kaldu ayam itu memang kuat, namun tidak menggugah perutnya sama sekali. Ia tidak sedang lapar saat ini dan sarapan dalam keadaan mencekam jelas mengganggunya.

"Kita bisa mulai sarapan sekarang." Raja Maranello mulai membuka piringnya. "Gail," panggil Sang Raja dengan nada memerintah.

Gail dan dua orang pelayan mulai membantu Raja Maranello, Pangeran Silas dan Putri Harmony untuk mengambil sarapan mereka.

"My Lady, apakah Anda ingin buah selain apel?" tanya salah seorang pelayan yang bertugas melayani Putri Harmony.

Putri Harmony tersenyum ramah. Menolak dengan halus, "Tidak, terimakasih. Ini saja cukup."

The Secrets of Prince Silas (WealthBridge Kingdom Series #1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang