BAB 6

26.5K 1.5K 156
                                    

VOTE & COMMENT, PLEASE :'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lavendar." Putri Harmony menemukan suaranya bergetar ketika ia memutuskan untuk menelepon saudarinya. Putri Lavendar hanya terlalu lama menjawab panggilan teleponnya sehingga membuatnya cemas. Dalam deringan kelima, sambungan teleponnya baru dapat terhubung.

"Ya Tuhan, Kak, ada apa?" Suara Putri Lavendar sama cemas seperti dirinya. "Kau baik-baik saja, bukan? Kak, katakan padaku kau baik-baik saja. Apa yang terjadi padamu?"

"Tidak, Lavendar, tidak." Putri Harmony ingin sekali menangis mendengar suara adiknya. Rasanya akan lebih baik jika saat ini ia berada di pelukan adiknya. Selama ini, hanya Putri Lavendar lah satu-satunya orang yang selalu menjadi sandaran baginya ketika ia lemah. Mereka dibesarkan di lingkungan yang sama, dengan cara yang sama dan dalam keadaan yang sama pula. Mereka besar tanpa ibu dan sudah menjadi kewajiban bagi mereka untuk saling menguatkan.

"Lavendar, aku takut," lirih Putri Harmony.

"Jangan takut, Kak, ada aku di sini," ucap Putri Lavendar dengan nada menenangkan.

Putri Harmony terisak. "Lavendar, aku mau pulang."

"Apakah Pangeran Silas melakukan sesuatu yang buruk padamu, Kak?" tebak Putri Lavendar.

Putri Harmony mengigit bibirnya. "Silas... Dia...."

Ketukan di pintu membuat Putri Harmony tersentak dan tidak melanjutkan kalimatnya. Ia melirik pada pintu dengan cemas. Kemarin, Pangeran Silas tidak pulang ke istana. Pagi tadi pun, ketika Putri Harmony bergegas untuk sarapan, pangeran dingin itu tidak muncul di ruang makan. Putri Harmony bisa sedikit lega mengetahui Pangeran Silas tidak berada di sekitar. Akan tetapi, hatinya tetap tidak bisa tenang memikirkan rencana Pangeran Silas yang akan membawanya ke Beverly Hills, apalagi mengingat perlakuan pangeran sialan itu kepadanya kemarin.

"Nyonya, ini saya."

Suara Gail dari luar membuat Putri Harmony menarik napas lega. Ia memutuskan untuk mematikan teleponnya setelah mengucapkan kalimat penutup basa-basi pada Putri Lavendar.

"Nyonya, saya diperintahkan oleh Raja Maranello untuk menyuruh Anda bersiap-siap."

Putri Harmony melebarkan mata di tempat duduknya. Ia tidak ingin pergi ke Beverly Hills. Sekeras apapun Raja Maranello memaksa, ia tetap akan menolak sama kerasnya.

"Nyonya...."

Putri Harmony akhirnya memutuskan untuk membuka pintu dan menemukan Gail tersenyum keibuan padanya. Ia menjadi sedikit lebih tenang melihat senyum itu. Pikirnya, ia bisa merasa aman selama Gail berada di sini.

"Saya pikir terjadi sesuatu pada Anda. Anda tidak menjawab saya."

"Aku baik-baik saja, Gail."

Gail mengangguk. "Apakah Anda butuh bantuan untuk bersiap-siap?"

"Apa Silas sudah kembali?" Harmony justru balik bertanya.

"Pangeran Silas belum kembali, My Lady. Saya hanya diperintahkan untuk menyuruh Anda bersiap-siap. Anda akan diantar ke Beverly Hills oleh Aiden."

Kening Putri Harmony berkerut. "Aiden?"

"Dia pekerja baru di kerajaan, My Lady."

"Di mana Silas sekarang?" tanya Putri Harmony lagi.

"Maaf, My Lady, saya tidak tahu," jawab Gail jujur.

Pangeran Silas memang sedari dulu memiliki sifat semena-mena. Ia bisa menghilang dan datang kapanpun ia mau tanpa peduli dengan aturan kerajaan maupun dari raja sendiri. Gail masih ingat ia bahkan pernah tidak sengaja mendapati Pangeran Magnus menggeram marah ketika menangkap basah Pangeran Silas yang keluar dari kamar seorang pelayan kerajaan sambil tersenyum lebar dan mengancingkan kancing kemejanya.

Putri Harmony mengangguk paham. "Apakah aku bisa bicara dengan Raja Maranello?"

"Tentu, My Lady."

The Secrets of Prince Silas (WealthBridge Kingdom Series #1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang