BAB 1

38.2K 1.8K 139
                                    

"Mengapa lama sekali?" Putri Harmony mondar-mandir tidak jelas di dalam ruangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mengapa lama sekali?" Putri Harmony mondar-mandir tidak jelas di dalam ruangan. Setelah mendapat banyak rakyat yang bersorak gembira ketika tadi ia membuka jendela, ia memutuskan untuk menutupnya kembali, lalu duduk dengan maksud menenangkan dirinya. Namun, setelah menunggu terlalu lama di dalam ruangan, ia tiba-tiba merasa semakin cemas daripada sebelumnya sebab perasaannya terasa aneh.

"Sabar, Kak. Mungkin Pangeran Magnus masih menghafalkan janji pernikahannya," kata Putri Lavendar, berusaha menenangkan kakaknya yang sedari tadi layaknya setrika. Ia sendiri sebenarnya cemas. Sudah waktunya ayah mereka menjemput Putri Harmony untuk diserahkan kepada Pangeran Magnus, tetapi sampai kini ayahnya pun belum muncul.

"Apakah aku benar-benar tidak boleh bertemu ayah?"

Itu merupakan pertanyaan konyol. Sebagai seseorang yang sudah memiliki gelar putri sejak bayi, Putri Harmony tentu mengetahui setiap detil aturan kerajaan.

"Kakak hanya boleh turun ketika ayah sudah menjemput."

"God, aku hampir mati di sini." Putri Harmony bereaksi berlebihan. Sebagai ganti karena ia tidak bisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya, ia meremas kedua tangannya.

Pada saat itu, Raja Henry akhirnya muncul di pintu, membuat Putri Harmony maupun Putri Lavendar menghela napas lega dan tersenyum bahagia.

"Akhirnya... Ya Tuhan, Ayah, Kak Harmony sudah gelisah setenggah mati sejak tadi," adu Putri Lavendar pada ayahnya.

Raja Henry tampak tidak biasa. Raja kelihatan gelisah, bukannya bahagia seperti kedua putrinya, padahal Putri Harmony dan Putri Lavendar yakin senyum lebar tidak pernah hilang dari bibir ayahnya ketika mendengar pernikahan putrinya dengan Pangeran Magnus akan terwujud nyata.

"Ayah, ada apa?" tanya Putri Harmony, menyadari ada yang tidak beres.

Raja Henry memijat pelipisnya. "Harmony, maafkan ayah."

"Ayah, ada apa?" ulang Putri Harmony dengan nada menuntut. Perasaannya semakin tidak menentu.

"Pernikahan ini batal," ucap Raja Henry dengan nada menyesal.

"APA?" Putri Harmony dan Putri Lavendar mengekspresikan keterkejutannya bersama. Putri Lavendar bahkan sampai berjingkat berdiri dari duduknya.

"Apa maksud ayah? Ayah sedang bercanda bukan? Tidak lucu, Ayah. Jangan membuat lelucon untukku saat ini. Ini tidak lucu sama sekali. Tidak." Putri Harmony berujar beruntun. Nada suaranya bergetar dan ia bisa merasakan hatinya gelisah tak karuan.

"Maafkan ayah, Harmony," kata Raja Henry pelan, menunduk tidak berani menatap ke dalam mata putrinya.

Sejak mengabarkan lamaran Pangeran Magnus kepadanya, Raja Henry bisa merasakan kebahagiaan putrinya melalui binar mata yang paling cerah yang pernah dilihatnya setelah bertahun-tahun Putri Harmony ditinggalkan ibunya ketika usianya baru saja lima tahun.

Dan sekarang, rasanya sulit melihat binar mata itu berganti dengan bulir air mata yang ditahan agar tidak jatuh.

"Tidak!" Putri Harmony tiba-tiba berteriak, mencengkram kedua sisi gaunnya erat hingga membuat gaun cantik tersebut kusut. "Ayah bohong! Pernikahan ini tidak batal! Katakan padaku, Ayah, kenapa dengan Magnus? Dia... Apa dia tidak bisa menghafalkan janji pernikahannya dengan baik? Itu tidak masalah buatku. Pernikahan ini tidak boleh batal! Tidak boleh!"

Raja Henry menarik napasnya. Rasanya berat untuk mengatakan hal ini kepada putrinya. Tetapi sebagai seseorang yang mendudukki posisi sebagai raja sebuah kerajaan, ia harus selalu bisa menyampaikan berita sepedih apapun.

"Pangeran Magnus lari dari istana. Dia meninggalkan surat untukmu dan Raja Maranello," kata Raja Henry dengan nada berwibawa menyodorkan surat yang sebelumnya telah dibuka oleh Raja Maranello.

Putri Harmony langsung merampasnya, membacanya dan menutup mulutnya tak percaya. Ia menggeleng kuat-kuat, merobek dan melempar surat tersebut ke lantai.

"Tidak! Magnus tidak mungkin melakukan ini, Ayah! Tidak!" teriak Putri Harmony.

Putri Harmony berlari ke arah pintu dan akan melewati ayahnya ketika Raja Henry menangkap tubuhnya dan memeluknya erat.

"Tidak, Harmony. Ayah mohon jangan membuat kekacauan lagi. Cukup Magnus yang membuat Raja Maranello malu. Tolong kau tetap di sini sampai keputusan Raja Maranello selanjutnya keluar."

"Aku ingin mencari Magnus! Lepaskan aku, Ayah! Lepaskan!" Putri Harmony meronta.

"Ayah mengerti perasaanmu, Nak. Tapi ayah mohon sekali lagi supaya kau tenang. Raja Maranello akan lebih marah besar lagi jika sampai kau keluar dengan kacau seperti ini." Raja Henry menarik putrinya agar lebih dekat, membiarkan kepala putrinya bersandar pada bahunya dan mengelus lembut punggungnya.

"Lavendar," panggil Raja Henry pelan.

"Ya, ayah?" Putri Lavendar yang sedari tadi ikut mengeluarkan air mata melihat kondisi kakaknya bergumam.

"Tolong ambilkan air," pinta Raja Maranello.

Putri Lavendar mengangguk, menghapus sisa-sisa air matanya dan beranjak keluar dari ruangan.

The Secrets of Prince Silas (WealthBridge Kingdom Series #1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang