《04》 Call It What You Want

7.3K 886 537
                                    

A/n: HADUUH AKU TERHARU BANYAK BANGET YANG SUKA FF INI :') dengan segenap semangat ramadhan, chapter ini udah dibuat aman se-aman-amannya :')

"I'm laughing with my lover, making forts under covers, trust him like a brother
Yeah you know I did one thing right.
Starry eyes sparking up my darkest nights"—T. Swift, Call It What You Want

𝕽𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

Jihoon mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya sebelum akhirnya benar-benar membuka matanya.

Hal pertama yang Ia sadari adalah, Ia berada di ruangan serba putih yang tak pernah Ia lihat sebelumnya.

Tidak, Ia sangat yakin ini bukan rumah sakit.

Suite room sebuah hotel bintang lima? Mungkin.

Jihoon mendudukkan dirinya di atas kasur itu, dan merasakan sakit di kepalanya. "Fuck" umpatnya. Ia meremas kasar rambutnya sendiri. "Apa yang terjadi semalam?"

Ia memejamkan matanya seraya berusaha mengingat apa yang terjadi.

Twitter. Ahn Hyungseob. Lai Guanlin. Jihoon pergi ke mansion Guanlin, dan—

Jihoon langsung membuka matanya lebar-lebar dan menatap tubuhnya yang hanya terbalut kemeja putih kebesaran.

"Oh, no" gumamnya. Ia segera bangkit, mengabaikan rasa sakit di kepalanya dan melangkah menuju sebuah cermin besar di depan meja.

Ia terlihat kacau, dengan surai kecoklatannya yang berantakkan, bibir yang sedikit membengkak, dan bercak merah keunguan di sekitar leher dan dadanya yang terekspos karena kemeja kebesaran yang Ia kenakan.

"Shit. Jihoon, kau harus belajar untuk tidak mengajak tidur siapapun yang berada denganmu saat kau sedang mabuk" umpatnya. Ia mengacak rambutnya kasar. "Dengan Lai Guanlin? Yang benar saja. Siapapun asal bukan dia"

Jujur, sebelum kejadian semalam, Jihoon mau-mau saja melakukan "itu" dengan Guanlin.

Damn, that was an understatement. Jihoon mau melakukannya dengan Guanlin. Pria itu benar-benar memancingnya dengan cara yang bahkan tak pernah dibayangkan Jihoon sebelumnya.

Sejak semalam? Setelah mereka bertengkar hebat karena kebodohan Guanlin, dan berakhir dengan Guanlin yang dengan santainya berkata "lagipula ini semua sudah terjadi, kan? Mereka sudah terlanjur mengira kita berkencan, dan sudah menjadwalkan press conference untuk besok, jam 7 malam" dan mengajak Jihoon untuk melupakan semuanya dengan minuman beralkohol.

Satu hal yang Jihoon ketahui, Lai Guanlin itu menyebalkan. Pria itu bukan hanya arogan, Ia juga memiliki ego yang sangat tinggi.

Dan tidak, terima kasih. Jihoon tidak akan pernah mau terlibat lagi dengan pria itu.

Ia melirik ke arah pintu dan segera melangkah keluar, berpapasan dengan seorang wanita paruh baya yang mengenakan seragam pelayan.

Hening. Pelayan tersebut nampak terkejut mendapati penampilan Jihoon yang berantakkan, dan Jihoon yang merapikan rambutnya dengan canggung, dan menarik turun kemeja yang Ia kenakan saat menyadari bahwa Ia nyaris tak mengenakan apapun.

"Pagi, tuan" ujarnya seraya membungkukkan badannya. "Saya baru saja akan membangunkan anda. Tuan Guanlin—"

"Mana Guanlin?"

"Eh?"

"Mana si brengsek Lai Guanlin itu?"

Pelayan itu nampak bingung sejenak sebelum akhirnya menjawab "tuan Guanlin ada di ruang makan, haruskah—"

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang