《11》 Delicate (B)

4.7K 779 473
                                    

A/n: chapter ini diketik kilat banget, cuma 1 hari 😭😭 belum ada draft, tapi karena hari ini ulang tahunku, aku mau kasih hadiah buat kalian :*

BAIK GA AKU?? BAIK DONG.

"My reputation's never been worse, so you must like me for me"—T. Swift, Delicate

𝖗𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

"Kalian anak Woojin dan Hyungseob kan?"

Sebuah pertanyaan yang dilontarkan Guanlin itu sontak membuat kedua anak yang menangis itu menghentikan isakan mereka dan beralih menatap Guanlin. Begitu pun Jihoon yang kini sudah mengalihkan perhatiannya dari suaminya itu.

Kedua anak itu menatapnya bingung, namun terlihat takut untuk memulai percakapan. Dan Jihoon yang justru menatapnya curiga malah tidak membantu situasi sama sekali.

"Aku sering melihat nama dan foto mereka di media sosial, okay? Stop staring at me like I'm some kind of a serial killer"

Jihoon terlihat tidak mempercayai itu selama beberapa detik sebelum kembali mengalihkan perhatiannya pada kedua anak itu. "Apa benar yang dikatakan paman tadi, hm?" Tanyanya lembut. "Kemana orang tua kalian?"

Si anak perempuan-lah yang pertama kali mengusap matanya, Ia menganggukkan kepalanya perlahan namun masih menunduk. "Di— apartemen" lirihnya.

Jihoon menatap sekelilingnya. Mereka kini berada di lobby sebuah pusat perbelanjaan. Bukan tempat yang umum untuk dikunjungi anak sekecil kedua anak ini sendirian. Jadi Ia mengulas sebuah senyum, berusaha untuk mengurangi ketakutan kedua anak itu dan mengusap pelan kedua punggung mereka. "Jadi, kalian ke sini dengan siapa?" Tanyanya lagi. "Nenek kalian?"

Kali ini, giliran si anak laki-laki yang menjawab. Ia menggelengkan kepala kecilnya pelan."Kami kabur"

Kali ini giliran Jihoon dan Guanlin yang terdiam. Jihoon menatap Guanlin yang terlihat sama terkejutnya dengannya.

Guanlin segera ikut berjongkok di hadapan kedua anak itu untuk menyamakan tingginya. "Kabur kenapa?" Tanyanya dengan nada selembut mungkin. "Tidak boleh seperti itu, orang tua kalian pasti khawatir"

Si anak laki-laki menggelengkan kepalanya. "Mama dan Papa tidak peduli pada kami" lirihnya. "Mama dan Papa terus menerus bertengkar, tidak mempedulikan kami sama sekali"

Baik Jihoon maupun Guanlin sama sekali tidak tahu harus melakukan apa dengan informasi ini. Walaupun mereka berdua sudah tahu bahwa Woojin dan Hyungseob tidak sebahagia itu bersama, tetap saja mereka tidak menyangka akan seperti ini.

Maksudnya, bagaimanapun, mereka-lah yang dulu memilih berkhianat untuk bersama satu sama lain, kan? Sekarang mereka sudah memiliki segalanya, mengapa masih terus bertengkar?

Guanlin berdeham pelan. "Mau kami antar pulang?"

Sesungguhnya, bertemu Hyungseob ada pada daftar paling terakhir dari hal-hal yang ingin Guanlin lakukan saat ini, tapi Ia tidak bisa membiarkan kedua anak ini berkeliaran begitu saja, kan?

Kedua anak itu segera menggeleng dan akhirnya mendongak menatap Guanlin. "Jangan!" Jawab mereka kompak.

Dan barulah kedua anak itu menatap Jihoon. Mata si anak perempuan segera membulat saat melihat Jihoon, seolah terkejut.

"Baiklah, apa yang dikatakan Ibu mereka tentangku sampai mereka sekaget itu melihatku?"

"Jinri, itu kan—"

Si anak perempuan yang dipanggil Jinri itu mengangguk. "Park Jihoon!" Teriak Jinri ceria, seolah melupakan fakta bahwa Ia baru saja menangis sekitar 5 menit yang lalu dan segera mengambur ke dalam pelukan Jihoon yang lagi-lagi nyaris saja kehilangan keseimbangannya jika Guanlin tidak segera menangkapnya.

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang